09 : Memories

352 59 0
                                        

Abraham tersenyum tat kala dia menggendong gadis itu dalam pelukannya. Wajah cantiknya saat dia tertidur benar benar menawan hatinya. Intinya, apapun yang dilakukan oleh gadis itu, selalu saja mampu menarik perhatiannya.

Dia ingat waktu dia dan gadis itu masih duduk di bangku SMP. Wajah cantiknya selalu saja tersenyum dengan sangat indah. Berbeda dengan sekarang, wajah cantik itu tidak pernah sekalipun dia dapati tersenyum kepadanya.

Hanya ada raut wajah kebencian ataupun tidak suka yang begitu kentara di saat berhadapan dengan nya. Walaupun hal itu terkadang membuat nya sedih, tapi dia tidak peduli. Selama dia masih bisa bersama gadis itu, dia akan melakukan semuanya.

Termasuk mendapatkan kepercayaan dan juga cinta dari gadis itu kembali.

"Enghhh..." Alaia menggeliat sambil meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku sehabis tertidur pulas.

Dan di saat dia menyadari bahwa saat ini wajahnya menempel sempurna di dada bidang seseorang. Dia mulai marah tanpa disadari. "Turunkan aku" Geramnya.

"Kau mau telanjang di depan semua orang An?"

"Telanjang?"

Pikiran Alaia mengembara dalam beberapa waktu yang lalu. Dan dia juga ingat betul setelah seragam nya telah dikoyak tanpa dosa oleh orang yang saat ini tengah menggendongnya. Pipinya bersemu merah. Mengingat pasti laki-laki itu pasti sudah melihat seluruh tubuhnya.

Lalu dia mulai menyadari bahwa tubuhnya tengah dililit oleh sebuah kain. Dia sadar seragam nya yang terbuka masih ada di balik kain tersebut. "Kenapa aku tidak boleh telanjang di depan orang lain? Ini tubuhku, jadi aku berhak menentukan di depan siapa aku akan memperlihatkan nya. Dan kau, bukan termasuk dalam daftar itu brengsek"

"Oh ya?"

"Turunkan aku sekarang"

"Jangan keras kepala An. Sebentar lagi mobilku akan datang dan menjemput kita. Jadi diam sampai saat itu atau aku.."

"Aku apa? Kau akan membunuh ku?"

Abraham terkekeh melihat Alaia. Dia lalu mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu, ingin melihat langsung sang gadis cantik nya itu saat sedang marah. "Ketimbang membunuhmu, aku akan memilih mengancam mu dengan mencium mu An" Ujar nya lirih sambil tersenyum menggoda.

"Itu ancaman klasik.."

"Itu memang klasik. Itu sebabnya aku menyukainya. Kau tidak percaya?"

"Tentu saja tidak brengsek"

'Cup'

"Mpphhh...akhh.. aphh.. apa yang.."

Bibir Abraham melumat perlahan bibir Alaia. Berusaha mencari kehangatan di sana. Walaupun gadis itu tetap saja terus meronta-ronta tak membiarkan dirinya melakukan lebih. Tapi tanpa gentar dia terus saja mengecap bibir manis yang sudah menjadi candunya itu. Membuat sang empu kewalahan dibuatnya.

"Lepphh..ah.. Abraham!"

Akhirnya pangutan bibir itu terlepas. Dan untuk itu Alaia tidak henti-hentinya untuk terus memukul dada bidang laki-laki itu melampiaskan amarahnya. Sementara Abraham hanya bisa tersenyum melihatnya.

"DASAR BRENGSEK!" Makinya tanpa henti.

"Yes I am" Ucapnya dengan suara seraknya yang khas diiringi dengan kerlingan mata yang menggoda.

#####

"Gue sama Cleo ada di Manhattan" Ucap seseorang dari seberang telepon.

OBSESSION DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang