Asta terbangun dari tidurnya. Pagi ini, pria itu tidak dikejutkan oleh jam weker yang ia setel, melainkan dering ponselnya sendiri. Ibunya mencoba menghubungi Asta untuk memberi kabar yang kurang mengenakkan.
"Asta," panggil Wiska Dayana. "Hari ini kamu bisa pulang? Bapak kamu sakit," sambungnya.
"Bapak sakit apa, Bu?" tanya Asta khawatir.
"Ibu juga enggak tahu. Bapak cuma bilang mau ketemu kamu hari ini," jawab Wiska.
"Nanti aku minta izin di tempat kerja dulu, Bu. Kalau dikasih izin, aku langsung berangkat," balas Asta cemas.
Asta hanyut dalam dilema yang diciptakan oleh pikirannya sendiri. Di satu sisi, pria itu ingin segera pulang dan mengunjungi ayahnya yang tengah sakit, sedangkan di sisi lain, ia berat untuk meminta izin.
Namun, Asta tidak memiliki pilihan lain sebab orang tuanya adalah prioritas utamanya saat ini. Ia pun membulatkan tekadnya dan pergi ke rumah Widia. Pria itu ingin menyampaikannya secara langsung.
***
Setibanya Asta di rumah Widia, ia melihat Shela yang sedang duduk termenung di teras rumah. Asta pun memarkirkan kendaraannya dan segera menemui Shela.
"Lo habis dihipnotis lagi?" tanya Asta penasaran.
"Emang orang duduk di teras rumah sendiri itu penyebabnya cuma karena dihipnotis aja?" tanya balik Shela.
"Bukan sih," balas Asta.
"Lo pagi-pagi udah bikin gue kesal aja," sambung Shela.
Widia yang mendengar pertikaian antara Asta dan Shela pun bergegas ke luar untuk menghampiri mereka. "Shela lagi datang bulan, jadi gampang emosian," bisik Widia pada Asta.
Asta akhirnya memahami tentang keadaan Shela sekarang.
"Asta, kamu tolong temenin Shela di rumah ya. Tante mau ke kantor papahnya Shela untuk presentasi laporan kerja," pinta Widia.
"Tapi, Tante." Asta menggantungkan ucapannya sejenak. "Bapak saya sakit, saya diminta pulang hari ini," sambung Asta dengan berat hati.
"Tempat tinggal orang tua kamu memangnya di mana?" tanya Widia.
"Di Cimahi, Tante," jawab Asta.
"Enggak terlalu jauh dari sini. Kamu bisa ke sana bareng Shela pakai mobil Tante," balas Widia.
"Shela mau di rumah aja, Mah. Ke Cimahi kan juga butuh tiga puluh menit perjalanan, capek," sahut Shela.
"Kamu di rumah enggak ada yang temenin. Ini juga kesempatan buat kamu bisa jalan-jalan kan? Sekalian cari referensi buat melukis," ucap Widia. "Di Cimahi banyak lokasi wisata buat refreshing," sambungnya.
"Shela enggak mau melukis lagi!" tegas Shela. Walaupun sebenarnya, gadis itu masih mempertimbangkan perkataan ibunya.
"Oh, iya Asta. Kamu mau berangkatnya kapan?" tanya Widia mencoba memastikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astala [Hiatus]
Dla nastolatkówMengidap penyakit gagal ginjal di usia muda, membuat kehidupan Shela tidak seperti remaja pada umumnya. Untuk menggantikan ginjalnya yang sudah tidak berfungsi dengan baik, gadis itu harus melakukan cuci darah rutin. Hal monoton seperti ini membuat...