Kedatangan Shela disambut hangat oleh keluarga Asta. Wiska dengan segera mengajak Shela masuk ke rumah untuk menikmati hidangan makan malam, meski terkesan sederhana, tetapi gadis berkulit putih pucat itu selalu dapat menikmatinya.
"Nanti kamu tidurnya sama Tante ya. Papahnya Asta, Tante suruh tidur di luar," pinta Wiska.
"Em, enggak usah Tante," tolak Shela ragu-ragu.
"Terus kamu mau tidur di mana? Di kamar Asta? Belum boleh. Harus nikah dulu," tuduh Wiska sedikit bercanda. "Kamu tidur sama Tante aja," sambungnya.
"Iya, Tante," pasrah Shela. Ia kehabisan alasan untuk menolak tawaran itu.
***
Di lain sisi, Nataprawira dan Digo seolah mengadakan kuis dadakan yang ditujukan untuk Asta. Mereka meminta Asta duduk di sebuah kursi berwarna hitam pekat, lalu melontarkan berbagai pertanyaan.
"Kak Asta sama Kak Shela udah menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius?" tuduh Digo, entah dari mana ia mempelajari kalimat itu.
"Hah?" bingung Asta.
"Nak," panggil Nataprawira tulus. "Kita memang dari keluarga biasa, enggak kaya ataupun punya bayak warisan, tapi kalau kamu beneran suka sama Shela, pasti Bapak, Ibu, dan Digo akan dukung kamu sepenuhnya," sambungnya dengan raut wajah serius.
"Bapak sama Digo kenapa?" tanya Asta. Pria itu masih belum memahami maksud dari tuduhan bertubi-tubi yang dilontarkan keluarganya.
"Kamu suka Shela, kan? Agus barusan chat Bapak kalau kamu udah dapat restu dari mamahnya Shela untuk ke jenjang selanjutnya," jelas Nataprawira. Pria paruh baya itu sudah termakan gosip yang disebarkan oleh sahabat anaknya sendiri.
Asta menarik napas panjang. "Semuanya cuma salah paham, Pak. Agus emang suka ngelantur, kok Bapak sama Digo langsung percaya sih?" heran Asta. Pria itu lalu masuk ke rumah, meninggalkan ayah dan adiknya yang masih dilema akibat gosip dari Agus.
***
Pukul enam pagi, Asta melakukan rutinitasnya setiap berada di Cimahi, yaitu berkeliling sembari melakukan seuatu yang dapat memberikan manfaat bagi banyak orang. Namun, ia dikagetkan oleh gadis berkulit putih pucat yang ternyata sudah mengikutinya sedari tadi.
"Lo kenapa tiba-tiba ada di sini?" heran Asta. Pria itu sama sekali tidak pernah memberitahukan tentang kepergiannya pada Shela.
"Mau ikut jalan-jalanlah. Lo pikir kemarin gue enggak langsung pulang emangnya gara-gara apa?" balas Shela.
Asta terdiam sejenak. Pria itu cukup lega sebab merasa kalau Shela tidak termakan gosip yang disebarkan oleh Agus. "Ya udah. Ikut aja, tapi jangan ngeluh kalau capek, soalnya gue enggak bawa kendaraan," ucap Asta.
Mereka berdua kembali melanjutkan perjalannya, sebenarnya Shela dihantui rasa penasaran yang cukup besar. Gadis itu sangat ingin tahu tentang kegiatan apa yang selalu dilakukan oleh Asta. Ia seolah punya niat untuk mengenal lebih dekat tentang sosok pria yang saat ini berada di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astala [Hiatus]
Novela JuvenilMengidap penyakit gagal ginjal di usia muda, membuat kehidupan Shela tidak seperti remaja pada umumnya. Untuk menggantikan ginjalnya yang sudah tidak berfungsi dengan baik, gadis itu harus melakukan cuci darah rutin. Hal monoton seperti ini membuat...