Part #18: Tersirat

79 23 3
                                    

Asta kembali membuka laptopnya untuk segera menyelesaikan tugas proposal miliknya, sembari menunggu pembukaan perdana food truck keliling nusantara yang akan diadakan malam nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Asta kembali membuka laptopnya untuk segera menyelesaikan tugas proposal miliknya, sembari menunggu pembukaan perdana food truck keliling nusantara yang akan diadakan malam nanti. Pria itu terlihat sangat serius sampai beberapa kali tidak menghiraukan Shela yang sedari tadi mencoba memecahkan fokusnya itu.

Shela melakukan berbagai cara untuk mengusik Asta, mulai dari meneleponnya berulang kali agar terganggu saat browsing, menyetel musik dengan volume tinggi, bahkan sampai mondar-mandir di hadapannya. Namun, usahanya itu sama sekali tidak menampakkan hasil sesuai dengan apa yang gadis itu inginkan.

"Gue capek, Ta," keluh Shela yang sudah lelah berjalan. "Gue bosen juga. Lo lagi ngapain sih?" sambungnya kemudian mengambil tempat duduk tepat di samping Asta.

"Gu---e lagi kerjain proposal skripsi," balas Asta gugup.

Shela tersenyum simpul, ia baru ingat jika memiliki strategi rahasia untuk bisa membuat Asta tidak lagi fokus dengan laptopnya. Shela semakin mendekatkan dirinya dengan Asta, berpura-pura ingin tahu tentang isi proposal skripsi itu.

"Kalau landasan teori fungsinya apa, Ta?" tanya Shela.

"Buat penguatan isi proposal, bantu peneliti buat hipotesis, sama bantu buat rumusan masalah," jawab Asta lugu.

"Terus kerangka berpikir gunanya apa?" tanya Shela lagi.

"Em, sejenis penyusunan alur penelitian."

"Terus kalau---"

"Kenapa sih semua orang harus gangguin gue buat susun proposal ini?! Enggak boleh ya gue dapat ketenangan biar ini bisa selesai?" kesal Asta. Emosi pria itu sangat mudah berubah akhir-akhir ini.

"Maaf," lirih Shela. Gadis itu tidak bermaksud membuat Asta marah. Shela pun beranjak dari tempat duduknya, kemudian berjalan pergi menjauhi Asta. Mata Shela berkaca-kaca, ia merasa telah mengacaukan semuanya.

Sementara di lain sisi, Asta mulai menyesali tindakannya. Ia ingin segera menghampiri Shela, tetapi pria itu merasa saat ini bukanlah waktu yang tepat. Ia pun berpikir keras, mencari cara untuk meminta maaf. Asta tidak ingin hubungannya dan Shela menjadi renggang hanya karena masalah sepele seperti ini.

Tidak lama kemudian, terlintas ide brilian di benaknya. Asta terpikirkan untuk membuat doodle dengan menggambar karakter-karakter sedih bertuliskan maaf yang ia posisikan di tengah-tengah. Pria itu menggunakan kertas HVS dan pensil miliknya. Asta tidak trampil dalam menggambar, tetapi ia tetap melakukannya karena ingin kembali memperbaiki hubungannya dengan Shela. Terlebih gadis itu juga suka hal-hal yang berbau seni rupa dua dimensi.

Satu jam berlalu, Asta berhasil menyelesaikan doodle miliknya. Tanpa menunggu lebih lama lagi, ia pun segera mencari keberadaan Shela. Rumah itu cukup besar, membuat Asta tidak mudah untuk menemukannya, terlebih Asta juga sangat enggan membuka sembarang ruangan karena merasa tidak punya hak untuk itu.

Astala [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang