Part #8: Kunjungan

95 44 3
                                    

Halo teman-teman. Setelah fakum dari dunia orange cukup lama, saya kembali dengan cerita yang belum selesai. Kali ini mencoba lebih konsisten dalam menulis, jadi selamat menikmati.

 Kali ini mencoba lebih konsisten dalam menulis, jadi selamat menikmati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Asta sangat sulit untuk fokus saat menerima pembelajaran hari ini. Pria itu tidak dapat memperhatikan dengan baik penjelasan dari dosen sebab pikirannya hanya terpaku pada Shela. Asta belum bisa berhenti mengkhawatirkan keadaan gadis itu.

"Asta," panggil Bu Natasya. Namun, Asta tidak menyadari hal itu.

"Asta!" panggil Bu Natasya lagi, kali ini dengan nada yang lebih tinggi, tetapi belum ada respon dari Asta.

Agus pun mengambil langkah cepat dan menepuk pundak sahabatnya itu dari belakang. Usahanya berhasil menyadarkan Asta dari lamunannya.

"Lo dipanggil sama Bu Natasya," bisik Agus.

"Shela," ucap Asta kaget.

"Shela?" ulang Bu Natasya. "Kamu dari tadi tidak mendengarkan penjelasan saya?!" sambungnya kesal.

"Maaf Bu," jawab Asta.

"Sekarang kamu resume pembahasan hari ini, lalu kirimkan ke email saya paling lambat nanti malam!" suruh Bu Natasya. Meski wanita paruh baya itu memiliki paras ayu rupawan, tetapi ia cukup disiplin dalam menjalankan tugasnya sebagai dosen.

"Baik Bu," pasrah Asta.

***

Setelah jam pelajaran Bu Natasya selesai, Asta, Agus, dan July bergegas ke kantin sekolah. Asta tampak sangat lesu hari ini, sekilas pria itu terlihat seperti kehilangan gairah hidup. Agus dan July yang kebingungan atas tingkah kikuk Asta pun mulai melontarkan pertanyaan bagaikan seorang wartawan profesional.

"Ta," panggil Agus. "Lo habis ditolak Shela, ya?" tebak Agus.

"Atau Shela unfollow akun Instagram lo?" sambung July. Gadis itu pun ikut menerka-nerka.

"Kemarin ...," Asta menghela napas panjang. " Kemarin gue mimpi kalau Shela kayak mau pamit dan pergi selamanya dari dunia ini. Makanya gue khawatir kalau itu beneran kejadian," jujur Asta. Hal tersebut sebenarnya bukan mimpi, tetapi karena tidak memiliki cukup bukti, pria itu dengan mudahnya percaya dengan apa yang diucapkan Shela saat mereka berdua berada di dalam ruangan rumah sakit.

Agus dan July pun terdiam. Ternyata masalah yang dialami oleh sahabatnya lebih rumit dari apa yang mereka pikirkan.

"Kita bantu doa ya, Ta. Semoga Shela bisa sembuh dari penyakitnya," ucap Agus.

"Iya, Ta. Kalau lo butuh teman cerita, atau hal lain, gue sama Agus siap bantu, Kok," sambung July. Gadis itu mencoba menenangkan pikiran Asta.

"Makasih, ya." balas Asta dengan senyum simpul yang sedikit dipaksa. Hal yang dilakukan oleh sahabatnya memang bisa membuat pria itu sedikit lebih tenang, tetapi tetap saja Shela masih jadi tokoh utama yang terjebak dalam pikirannya.

Astala [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang