BAB 1

12K 789 120
                                    

Bumi tak akan mengerti apa yang Tuhan lakukan pada hamba nya yang mencoba tunduk dan hidup damai dengan membagi kasta, mungkin saja Tuhan sempat marah karena makhluk bumi mengabaikan rasa akan kasih dan sayang sesamanya, lebih mementingkan bagaima...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bumi tak akan mengerti apa yang Tuhan lakukan pada hamba nya yang mencoba tunduk dan hidup damai dengan membagi kasta, mungkin saja Tuhan sempat marah karena makhluk bumi mengabaikan rasa akan kasih dan sayang sesamanya, lebih mementingkan bagaimana kehidupan berjalan dengan baik, harta yang berlimpah, mereka yang tunduk dan persaingan yang tanpa adanya rasa kasihan.

Beberapa mengatakan ini kutukan, beberapa mengatakan inilah keajaiban. Tampaknya Tuhan salah bermain, pemikiran manusia tetaplah sama, tetap tentang persaingan dan bagaimana mereka menguasai dunia. Kastanya dianggap kutukan bagi si lemah, dan dianggap keajaiban bagi mereka yang kuat.

Alpha yang terkuat, Beta yang berada di antara, dan Omega si lemah yang membutuhkan perlindungan. Tidak, tidak mungkin seluruh omega mengutuk kasta yang Tuhan berikan. Begitu juga dengan sosok pria kecil yang kini terdiam dengan kaki yang ditekuk sembari menatap ke arah bunga yang bergerak karena angin dihadapannya seolah bunga berwarna ungu itulah yang paling menarik diantara bunga yang lainnya.

Salah satu dari ribuan banyak nya omega yang Tuhan takdirkan untuk hidup di buminya, dengan pasangan yang Tuhan tetapkan dan hanya alpha itu yang mampu memberikan kehidupan untuknya. Jika seorang omega tak mampu menemukan mate nya, di akhir usia 25 tahun, maka omega akan kembali pada Tuhan karena sakit yang di derita. Omega tak mampu hidup tanpa sentuhan dan janji yang telah Tuhan tetapkan baginya.

Omega, tak akan mampu menjalani kehidupan tanpa seorang alpha di sisinya hingga Tuhan berbaik hati, memberikan pelindung bagi para omega di bumi nya. Begitu juga dengan omega kecil yang kini menatap kebingungan.

"Kau tampak berbeda, bunga kecil."

Bibir tipisnya bergumam, menatap satu- satu nya bunga berwarna ungu di antara bunga berwarna putih di sana. Mungkin, pemilik kebun salah menaruh bibit hingga bunga ungu itu terpisah dari teman- temannya. Pria kecil itu tampak muram karenanya dengan bibir merah muda yang melengkung ke bawah serta jemari dengan kulit seputih susu nya menyentuh pucuk bunga.

"Tak apa, kau akan baik- baik saja, bunga kecil," bibirnya kembali bergumam dengan pandangan yang kini teralih hingga rambut sehitam jelaga itu tampak bersinar terkena sinar mentari pagi.

Iris nya mengedar seolah mencari kawanan bunga berwarna ungu yang mungkin akan menjadi tempat yang lebih baik bagi si ungu yang kini tampak kesepian. Tubuh nya memutar, mengelilingi taman yang cukup luas, tetapi tak satupun bunga berwarna ungu yang terlihat.

Pria kecil itu tak gentar untuk mencari hingga kaki kecilnya pun kini melangkah bersama dengan sepatu berwarna putih yang melindunginya dari rumput semata kaki. Dirinya tengah mengingat, rasanya tak ada bunga berwarna ungu di taman nya.

Namun, iris nya membesar, menangkap sekumpulan bunga ungu yang berada di dekat rumah dengan aksen putih yang kental di sana. Senyumannya merekah, kakinya melangkah lebih cepat hampir berlari menghampiri sekumpulan bunga berwarna ungu di sana. Mungkin, ia harus mencari Paman Dae, meminta nya memindahkan bunga putih itu.

Et Cetera (Etc) [ TAEKOOK ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang