Sebuah motor sport telah terparkir didepan gedung apartemen.Mereka berdua yang tak lain adalah Lusi dan Jisung.Mereka berdua pergi menuju apart Lusi.Jisung terus memegang tangan Lusi yang terkena air panas tersebut ,ia melakukan hal tersebut agar tangan Lusi tidak semakin sakit.Lusi hanya menghela nafas pelan ,padahal hanya tangannya yang terluka ,namun Jisung terlalu berlebihan menurutnya.
"Jisung ,nunna tidak apa-apa ,kau tidak perlu sekhawatir itu"Jisung tidak memperdulikan perkataan Lusi.Ia akan tetap membantunya walaupun Lusi terus menolaknya.Mereka berdua telah sampai di depan apart Lusi.Jisung langsung menekan sandi untuk masuk ke dalam apart Lusi.
Saat mereka berdua masuk ,Jisung terkejut melihat keadaan apart Lusi yang berantakan.Sedangkan Lusi hanya menyengir dan menggaruk belakang kepalanya ,memang inilah kebiasaan Lusi.Ia akan membersihkan apartnya saat pulang dari kerja.Maka dari itu apartnya saat ini masih berantakan.
Jisung menghilangkan keterkejutannya itu ,ia tetap akan masuk dan menyuruh Lusi duduk di sofa yang ada disitu.Lusi hanya menuruti apa yang dilakukan Jisung ,ia hanya duduk sambil menunggu Jisung yang sedang mengambil obat untuk lukanya itu.Lusi merasa bosan akhirnya memilih untuk membuka laptopnya.Ia membuka file yang berisi cerita karangannya yang belum selesai.
Jisung kembali dengan membawa kotak obat di tangannya.Ia duduk di sebelah Lusi dan mulai mengobati tangan lusi yang sedang terluka tadi.Lusi menggunakan tangan sebelah kirinya untuk mengetik melanjutkan karangan ceritanya yang belum selesai itu.Jika ditanya apakah tidak susah menggunakan tangan kiri untuk mengetik ,pastinya jawabannya adalah susah ,namun tangannya terluka jadi dirinya terpaksa.
Jisung selesai mengobati luka Lusi ,ia meletakkan kotak obat tersebut di meja yang tersedia.Jisung melihat apa yang ditulis oleh Lusi.
"Nunna"
"Hm"
"Menurutku kalau nunna membuat cerita yang bertema dewasa seperti ini ,seharusnya kan...ya nunna tahulah" Lusi menghela nafas ia menyandarkan badannya di sofa ,ia memikirkan perkataan Jisung memang benar.Tapi ,dirinya tidak tahu bagaimana adegan dewasa itu.
"Hufft ,Jisung ,bagaimana nunna bisa menulis hal seperti itu ,bahkan nunna tidak pernah mengalami hal itu lho"Jisung terkejut bagaimana mungkin ,bukankah nunnanya dulu pernah menikah ,seharusnya dirinya sudah pernah melakukan hal tersebut.
"Dulu mantan suami nunna tidak pernah melakukan hal itu ,ia hanya sekedar mencium.Bahkan dia jarang pulang ke rumah ,karena bisnisnya itu"Jawab Lusi saat melihat raut keterkejutan di wajah Jisung.Jisung hanya mengangguk-anggukan kepala mendengar apa yang dikatakan Lusi.
Lusi masih memejamkan mata ,ia hanya pusing dengan hidupnya yang terkadang rumit ,sudah puluhan kali ,ia mengirimkan ceritanya ke perusahaan pencetak tapi tetap saja ditolak ,entahlah dia bingung kenapa ditolak.Tiba-tiba dirinya merasakan bahwa ada sesuatu yang menidihinya.Lusi langsung membuka matanya ,betapa terkejutnya dirinya melihat Jisung berada diatasnya.Jisung hanya tersenyum tanpa dosa.Ia mendekatkan mulutnya di telinga kiri Lusi.
"Eummh...kalau begitu bagaimana kalau nunna mencoba denganku saja"bisik Jisung dengan suara pelan membuat Lusi merinding.Jisung kembali menatap Lusi ,ia menatap mata Lusi yang begitu indah dan wajah yang begitu imut.Bohong jika dirinya tidak mempunyai perasaan terhadap Lusi.Ia sudah lama jatuh ke dalam pesona Lusi ,bahkan sejak pertama kali mereka bertemu di cafe appanya.
"Jisung jangan aneh-aneh ,sudahlah menyingkir ,kau berat lho"Perintah Lusi tidak di dengarkan oleh Jisung.Dirinya malahan semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Lusi.Sedikit lagi bibir mereka berdua akan bersentuhan.Lusi tidak bisa menghindar tangan kirinya dipegang erat oleh Jisung ,sedangkan tangan kanannya yang terluka juga dipegang namun ,tidak seerat itu.Hati Jisung begitu senang ,sebentar lagi keinginannya tercapai.Ia tidak perduli untuk hubungan mereka setelah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ROSE : OBSESSION || HUANG RENJUN
Diversos{FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA} Pertemuan yang tak pernah diharapkan oleh Lusi , dimana pertemuan tersebut membuatnya harus membuka luka lama yang sudah ia coba lupakan. "Aku membencimu Renjun " - Zhao Lusi "Aku Merindukanmu Lusi " - Huang Renjun Uca...