Bag 12. lamia and the think

616 127 21
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Matahari semakin lama mulai menghilang dan mengganti tugasnya dengan bulan untuk menyinari kegelapan. Layaknya seorang gelandangan yang tak punya rumah, Lamia masih berdiam diri di sebuah taman yang entah di mana tempatnya. Lamia sudah cukup jauh berjalan kaki sampai ke sebuah daerah yang tidak dia ketahui. Hal itu semakin membuat dirinya frustasi.

Malam ini Lamia sedang duduk dengan melipat kedua kakinya, di rerumputan di sebuah taman.

"Hiks, gue capek, pengen pulang, kangen bunda... Hiks... Kenapa sih gak ada yang jemput gue?" monolog Lamia frustasi.

Untungnya Lamia pintar memilih tempat, taman yang dia pakai untuk beristirahat sangat ramai dengan pasangan muda mudi yang sedang berpacaran. Namun, setelah ini Lamia akan pergi ke mana?

"Hiks... Gue harus telepon bunda buat minta maaf."

Lamia mengeluarkan handphonenya dari dalam tasnya, Lamia kembali merengek karena handphonenya mati kehabisan baterai.

"Aaaaa... Hiks... Dewi fortuna jahat banget sama gue, kenapa sih pakai lowbat segala!"

Lamia kembali di buat frustasi. Di daerah yang entah di mana posisinya berada serta orang-orang yang tidak dia ketahui sifatnya, membuat Lamia semakin gila dan hilang akal. Dia pun jadi menyesali semua hal yang sudah dia lakukan.

"Siapapun, tolong gue... Hiks..." Lamia menyembunyikan wajahnya di balik kedua kakinya.

Siapa bilang kalau dewi fortuna tidak berpihak pada Lamia, di saat yang bersamaan datang seorang lelaki di hadapannya. Lamia yang menyadari ada orang di depannya spontan mendongakkan kepalanya, seketika tangisan Lamia semakin menjadi.

"Jean... Hiks..."

Memang untuk saat ini lebih baik dia bertemu dengan Jean, dia sudah terlanjur malu dengan Ares karena ocehan mulutnya sendiri.

"Lo ke mana aja sih!" tanya Jean frustasi.

Tangisan Lamia semakin keras ketika mendapat pertanyaan itu, lalu ia berdiri dan memeluk Jean untuk menenangkan hatinya. Meski terlihat bingung, untungnya Jean membalas pelukan Lamia.

"Gue mau pulang, Jean." ucapnya di sela pelukan mereka.

Jean yang mendengarnya langsung menganggukkan kepalanya, karena setelah berkeliling cukup jauh di wilayah Jakarta akhirnya ia bisa menemukan Lamia.

Selama perjalanan menuju rumah, Lamia masih terdiam memikirkan semua masalah yang menimpa dirinya. Kedua matanya sudah sembab dan memerah, sebab sudah seharian ini dia menangis. Rasanya sangat lelah baik dari fisik maupun batin.

Kini mereka sudah sampai di rumah Lamia, terlihat jelas kalau bundanya sedang menunggunya di teras rumah.

"Gak usah takut, bunda khawatir sama lo."

SLOWMOTION | ASAHI NINGNING✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang