Bel tanda pulang telah bunyi dari beberapa menit lalu tapi Ningning masih berada di ruangan loker mengambil jaketnya, selagi dia memakainya hpnya berbunyi.
Ada panggilan dari temannya.
“Halo... iya gue udah mau jalan nih... ok tunggu aja.”
Ningning kebetulan masih ada di lantai dua untuk itu dia sedang berjalan menuju lantai satu, sebelum itu dia mesti menuruni sebuah tangga.
Seraya dia berjalan melewati anak tangga matanya melihat ada dua sosok pemuda dan gadis berdiri tepat depan tangga.
Tadinya saat dia berjalan semua tempat terasa kosong, dia mengira semestinya semua teman sekolahnya telah pergi dan hanya sisa dia sendirian, tapi sepertinya itu tidak lagi.
Ningning berpikir ketika ia tiba di anak tangga terakhir dia akan menyuruh dua orang ini menyingkir agar tak menghalangi jalannya.
Pikirannya terputus tepat melihat gadis itu setengah berlutut dan memegang seikat bunga dan menatap dalam pemuda didepannya.
Langkah Ningning segera terhenti dan bertanya-tanya apa yang gadis itu lakukan? Posturnya seperti akan menyatakan cinta atau melamar tapi gaya ini seharusnya dilakukan oleh seorang anak laki-laki.
“Kamu mau jadi pacarku? Jika iya, kamu bisa ambil bunganya,” ucap gadis itu.
Mata Ningning terbelalak mendengar pengakuannya, sedangkan Jay yang menerimanya tampak biasa saja.
Bukan sesuatu yang baru lagi bila seorang gadis mengutarakan perasaannya padanya, dia seringkali melihat serta mendengar hal-hal itu jadi dia tak bereaksi banyak malah merasa ini terasa membosankan, tapi dia tidak menampilkannya.
Ya, hanya berbeda dengan reaksi Jay justru Ningning nampak terkejut dan merasa ini hal yang sangat besar, yang terjadi tepat depan matanya tetapi dua orang yang terlibat adegan drama ini tidak menyadari keberadaan Ningning.
Memperlihatkan sedikit perasaan bersalah Jay berkata.
“Maaf, gak bisa,” tolaknya.
Gadis yang bernama Jihan menatapnya sedih matanya penuh perasaan tertekan, dia sudah mengumpulkan keberaniannya sebanyak ini bukan untuk ditolak dan pemuda disekitarnya menyukainya keimutannya, tapi kenapa Jay menolaknya?
Air matanya terjatuh, ketika dia menangis pemuda yang melihatnya pasti akan menghiburnya sebab itu dia sengaja menunjukkan sisi lemahnya, sayang sekali Jay tak tergerak atau merasa tersentuh.
“Gak usah nangis itu jelek.”
Jihan berhenti menangis dan Jay sendiri langsung pergi.
Ningning yang menjadi saksi adegan ini lagi-lagi tercengang dengan semua yang disaksikannya, dalam perasaan bingung dia berjalan pelan-pelan.
Dia telat 15 menit gara-gara menyaksikan pernyataan cinta itu.
“Lu telat!” tegur Liz tepat Ningning duduk di kursi.
“Iya, kenapa lu telat?” tanya Juhyeon mengigat temannya mengatakan telah berada di jalan.
Ningning tersenyum sedikit bersalah.
“Sorry, tadi ada kejadian yang menghalangi perjalanan gue.”
“Kejadian apa?”
“Gak terlalu penting, mending kita pesan makanan gue udah lapar,” jawab Ningning.
Semuanya seketika fokus dengan makanan.
“Itu bukannya Sangah ya?” tanya Liz kurang yakin.
“Mana-mana?” timpal Juhyeon.
Ningning mengikuti tatapan temannya.
“Oh, iya itu dia.”
Jujur Ningning tidak tahu siapa sosok yang diperhatikan temannya.
“Dia siapa?”
“Itu salah satu anak sekolah SMK depan,” seru Liz.
“Kalian kenal dia?” tanya Ningning kurang paham.
Juhyeon mengisyaratkan Ningning mendekatinya.
“Dia itu pernah nembak Jay, tapi ditolak karena itu kita tau dia,” seru Juhyeon disetujui Liz.
Sekarang rasa penasaran Ningning berpindah ke arah lain.
“Kenapa ditolak?”
Dari yang dia lihat gadis itu berpenampilan menarik dan cantik, tadi juga dia melihat dia menolak gadis tepat didepannya Ningning jadi penasaran kenapa Jay tak menerima salah satu dari dua gadis ini.
Keduanya jelas terlihat baik-baik saja dalam hal penampilan.
“Apa lu gak pernah dengar dia itu udah sering nolak cewek yang nembak dia, gak tau sih apa alasannya tapi itu udah rahasia umum di sekolah.”
“Gue pernah dengar, tapi gue kira itu gosip doang.”
“Tapi wajar juga sih misalnya dia nolak, lagian dia seganteng itu pasti punya selera lebih tinggi,” timpal Liz.
“Gue malah kasian cewek yang ditolak, dia emang ganteng tapi menurut gue dia rada mengerikan."
Mendengar pernyataan Ningning yang blak-blakan temannya menatapnya.
“Ganteng tapi rada mengerikan, maksud lu?”
“Nah, iya kenapa lu bilang dia rada mengerikan?”
“Gini ya, dia itu keliatan ramah dan baik ke semua cewek tapi sikap kayak gini yang buat cewek salah paham sampai naksir dia. Sayang seperti yang kalian bilang dia nolak semua cewek yang suka dia, bukannya ini mengerikan?”
Mendengar penjelasannya temannya kehilangan kata-kata, tapi tak lama Liz membuka suaranya.
“Iya, juga sih tapi tetap aja dia keliatan paling menggoda diantara semua cowok di sekolah.”
“Bener banget,” setuju Juhyeon.
Ningning menggeleng tidak setuju.
“Menurut gue gak.”
“Terus menurut lu siapa yang lebih menggoda dari dia?”
“Iya, siapa yang lebih baik dari Jay?”
Ningning menatap serius kedua temannya dan berkata.
“Sunghoon, menurut gue dia lebih baik dari Jay.”
Ningning tak sadar nama terakhir yang dia sebut terdengar sendiri oleh orangnya.
25/02/22
Finally bab pertama up.
Yuk vote atau tekan bintang
KAMU SEDANG MEMBACA
polaroid love 📷
FanficDemi menghentikan pengejaran mantan pacarnya yang terus-terusan Ningning mengatakan menyukai Jay, cowok yang sejujurnya tidak disukainya. Jay cowok famous di sekolahnya selalu dikelilingi oleh gadis-gadis dan seringkali mendapatkan pengakuan cinta...