Ketika seorang gadis menyukainya, mereka akan berusaha menarik minatnya, terang-terangan menunjukkan sisi baik serta ketulusan mereka, berupaya agar dia tersentuh dengan sisi terbaik mereka.
Alih-alih hatinya terenyuh dengan itu Jay malah merasa pasai, selain itu dia merasa upaya mereka tidak ada nilainya.
Dia mengganggap gadis-gadis yang menyukainya itu berpikiran dangkal, dan tak semurni sikap serta perlakuan mereka padanya.
Seseorang yang sungguh-sungguh tulus melakukan sesuatu tidak akan mengharapkan balasan apapun, lantas bagaimana ia bisa merasa apa yang mereka lakukan tulus disaat tujuan mereka bersikap baik padanya adalah agar dia membalas perasaan mereka padanya.
Sudah bisa ditebak. Ya, apabila mereka tak suka padanya mereka tidak perlu repot-repot berbaik hati dan peduli padanya. Jadi, setelah mendapat perhatian dari seorang gadis Jay tak merasa banyak, bahkan hatinya terasa hambar seolah itu mati rasa dengan gadis-gadis yang mengingini nya.
Akan tetapi sikap Ningning yang sembunyi-sembunyi memperhatikannya, menjaganya dari jarak yang tidak terdeteksi justru mempengaruhinya seketika.
Apa yang dia buat bukan sesuatu yang besar seperti dilakukan oleh gadis lain, seperti memberikannya barang-barang yang mahal atau bagus, mencoba membantunya disaat dia perlu atau berusaha terlihat baik di matanya.
Namun dia sekedar mengawasi dari tempat berbeda, karena dia sejujurnya mengkhawatirkannya tetapi dia tak ingin diketahui seolah-olah niatnya sangat murni tanpa pamrih.
Hatinya bergetar serta goyah, dia mempengaruhinya, ketenangannya segera teralih, dia berhasil mengusik pikirannya. Dan disaat yang sama juga dia merasakan ketidakberdayaan atas apa yang ia lakukan, ia tidak bisa menghentikan dirinya untuk tak memikirkannya.
Ini bukan sesuatu yang bisa dikendalikan, ini diluar kendalinya, rasanya seperti dia terkena sihir.
Dia benci dirinya yang lost control, berkat gadis yang bernama Ningning, ia juga benci gadis itu berbohong padanya. Seharusnya dia langsung pergi saja disaat ia mengatakan akan pergi, tetapi dirinya tinggal diam-diam dan menggangunya semalaman.
Keluar dari mobil matanya ditutupi oleh kacamata hitam, wajahnya nampak dingin dan tak ingin di usik seakan-akan wajahnya yang biasanya lembut adalah ilusi mata. Meski begitu dia masih mengundang perhatian dari kaum hawa yang tidak bisa menutup kekaguman dan keinginan padanya, tetapi wajahnya yang dingin membuat gadis itu sekedar terpesona ditempat tanpa bergerak banyak.
Menyadari seorang Jay tak ingin di ganggu gadis-gadis hanya bisa mundur sesaat serta merasa agak menyesal, bertanya-tanya siapa yang menyebabkan suasananya hatinya buruk? Terkutuk lah orang itu!
Ningning yang tidak tahu bahwa banyak gadis yang mengutuknya, memperhatikan sosok Jay dari jauh dan rasa bersalah kembali timbul ketika melihat ia mengenakan kacamata.
Apakah matanya belum membaik hingga dia pakai kacamata? Dia akui ketampanannya bertambah menggunakan benda itu, tapi Jay tak pernah memakainya di sekolah. Jadi, ini bukan kebetulan kan? Terlebih semalam dia lah penyebab matanya merah.
Ningning menghela nafas, tidak sadar bahwa atensinya telah diambil Jay, bahkan dia sudah lupa sejenak masalah mantan pacarnya.
Disisi lain ketika Jay memasuki kelasnya dia menemukan sebuah kotak warna hitam, terletak tepat di atas mejanya. Dia mengerutkan keningnya penasaran siapa yang dengan berani meletakkan sebuah barang ditempatnya? Dia telah menolak semua hadiah yang diberikan dari seorang gadis kepadanya, jadi gadis-gadis yang mengetahui hal ini tak pernah berani lagi memberikannya sebuah hadiah.
Apakah ada gadis baru yang menyukainya? Makanya dia dengan santai meletakkan hadiah diatas mejanya.
Tanpa melihat isi dalam kotak tersebut dia mengangkatnya, berniat membuangnya tetapi dibawah kota itu ada sebuah pesan yang bertuliskan kata 'maaf'.
Dia tertegun dan bingung, gadis yang menyukainya tidak mungkin mengatakan kata 'maaf' yang tak ada hubungannya sedikitpun dengan perasaan sukanya.
Lantas dengan ragu-ragu ia membuka kotak tersebut, dia melihat baju olahraganya, saat dia mengeluarkan baju itu dibawahnya terdapat kue kering terbungkus dengan plastik bening. Kue itu berbentuk kupu-kupu, dia teringat saat pertama kalinya dia mendatangi Ningning tepat bola ia lemparkan padanya ia melihat di lehernya ada kalung berbentuk kupu-kupu.
Dengan adanya baju olahraganya telah cukup membuktikan bahwasanya Ningning lah yang memberikannya ini, karena ini bukan hadiah maka dia akan menerimanya.
Suasananya hatinya yang suram perlahan-lahan membaik, seakan-akan keluhannya yang semalam tak ada sama sekali, dia tersenyum kecil.
“Wow, ini kue dari siapa? Eh lu kenapa pakai kacamata?”
Senyum Jay lenyap kala Jake bertanya.
Jay mengabaikannya, dan Jake tidak peduli. Walaupun dia penasaran kenapa sahabatnya memakai kacamata tetapi dirinya lebih tertarik dengan kue berbentuk kupu-kupu itu, apalagi dia merasa agak lapar.
Selagi Jake mau mengambilnya, Jay menjauhkannya dari jangkauannya, memeluknya dari samping, menyatakan kepemilikannya.
“Punya gue, kalau mau beli sendiri,” serunya menyimpan kotak itu dalam lacinya.
Jake cemberut, dengan gumaman yang bisa didengarkan temannya.
“Dasar pelit.”
📷
Melihat pesan dari Junho, yang menanyakan kapan dia akan bertemu dengannya bersama dengan 'cowok disukainya', suasananya hatinya segera berubah.
Dia belum memberikannya kepastian, dia masih tak harus bagaimana? Ningning mau tidak mau ingin menarik rambutnya kesal, tetapi sebelum dia melakukannya seseorang memegang tangannya seperti menghalangi dia menyakiti dirinya sendiri.
Ningning tersentak, matanya menemukan pelakunya dan dia menarik cepat tangannya.
“Lu mau ngapain?”
Sunghoon cukup terganggu akan reaksinya, gadis disekelilingnya yang sebatas mendapat tatapan matanya akan tersipu malu, namun Ningning sendirian tampak berbeda.
“Balikin uang tip dari lu.”
Dia memang menjadi pelayan saat itu, tetapi biarpun begitu dia tidak membutuhkan uangnya. Rasanya selepas dia mengatakan betapa hebatnya dia, disaat yang sama dia menjatuhkan dirinya dengan uang darinya.
Sunghoon tak menginginkan rasa kasihan darinya, dia mempunyai harga diri yang tinggi bahkan jika dia bukan orang kaya.
Apa mungkin gadis ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan gadis lainnya? Apa mungkin dia juga memandangnya rendah? Akan tetapi kenapa dia mengatakan dirinya hebat, namun memberikannya uang telah cukup menghapus kesannya.
“Kenapa dibalikin?”
Lantaran dia bekerja sebagai pelayan, tentunya dia dalam situasi sulit kan? Tak mungkin dia melakukannya sebab, ia sedang iseng. Ini tidak lucu.
“Sebelum itu, kenapa lu kasi gue uang ini? Apa lu kasihan.”
Menyadari matanya jauh dari keramahan, Ningning berkata jujur.
“Karena gue kira lu dalam keadaan sulit, tapi gue gak pernah kasihan sama lu. Saat orang lain dalam keadaan kesusahan banyak orang merasa kasihan, tapi gak semua orang berniat ingin membantu. Karena itu alih-alih kasihan sama lu gue justru ingin membantu dengan harapan apa yang gue lakukan bisa meringankan beban lu.”
Sunghoon terdiam, dia terpana dengan jawabannya. Jawabannya jauh sekali dari apa yang ia pikirkan tentangnya, kemudian Ningning berkata lagi.
“Tapi gue gak tau, kalau itu bikin lu gak suka. Saat itu gue mestinya gak asal-asalan, tapi tenang aja dilain waktu hal seperti ini gak akan terulang kembali.”
Selesai dengan kalimatnya dia berjalan mau meninggalkannya, namun Sunghoon menahan lengannya dan Jay menyaksikan semuanya.
13/05/22
Jujur capek ngetik...-__-
Ini pertama kalinya Jay, dan Sunghoon ada dalam satu chapter🎉🎉.
Jangan lupa ya klik suka atau tekan bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
polaroid love 📷
FanficDemi menghentikan pengejaran mantan pacarnya yang terus-terusan Ningning mengatakan menyukai Jay, cowok yang sejujurnya tidak disukainya. Jay cowok famous di sekolahnya selalu dikelilingi oleh gadis-gadis dan seringkali mendapatkan pengakuan cinta...