Salah satu ketidaknyamanan menjadi seorang perempuan ialah ketika mereka datang bulan mereka akan mengalami sakit pinggang. Seperti sekarang yang dialami sendiri oleh Ningning.
“Lu punya obatnya gak?”
Juhyeon barusan dari kantin beli sebotol air mineral.
“Ada kok.”
Ningning membuka tasnya untuk mengambil obat itu, tapi matanya juga menemukan gantungan kunci yang kemarin dia temukan di depan ruangan loker tersebut.
Memikirkan gantungan ini dia merasa ada sesuatu yang salah, atau ini sekedar perasaannya semata?
Setelah beberapa menit sakit bagian pinggangnya berkurang, dia mengeluarkan gantungan kunci itu dari tasnya.
“Ini punya lu kan?”
Juhyeon tertegun.
“Ah, iya. Dapat dari mana lu?”
Kemarin seingatnya gantungan ini masih di saku bajunya, tapi saat dia di rumah dia menyadari gantungan ini hilang, atau entah terjatuh dimana.
“Di depan ruangan loker, apa mungkin lu kesitu?”
Jika ini kejadian biasa tanpa ada hubungannya dengan Ningning dia tak akan bertanya sama sekali, tetapi Ningning merasa dia membutuhkan konfirmasi dari sahabatnya.
Kemarin itu dia bertemu dan bersama Jay, bahkan keduanya sempat berbicara. Dan yang paling Ningning takutkan ialah fatwa bahwa temannya melihat, atau sadar kebersamaannya bersama Jay.
Sudah sangat jelas kesekian kalinya dia tegaskan bahwa dia dengan Jay tidak ada hubungan apa-apa. Ini akan berbeda bila temannya menemukan keduanya, dan Ningning cuman bisa berdoa serta berharap pikirannya tak menjadi kenyataan.
Juhyeon ragu-ragu, sampai menatap Ningning dengan serius.
“Kemarin lu lama banget ke lokernya, jadi gue nyusul. Awalnya gue telpon lu tapi lu gak angkat dan... ”
Sebelum Juhyeon melanjutkan ucapannya dia membalas pesan Liz, yang katanya akan datang padanya dan Ningning.
“Oh, iya hp gue gak ada nadanya, tapi kenapa lu gak nyamperin gue?”
Sekarang sepertinya ada sesuatu yang salah, yang bukan sebatas perasaannya.
Juhyeon sontak tertawa, dan mengatakan sesuatu yang tidak selucu tawanya.
“Gimana gue mau nyamperin lu, kalau lu lagi sama Jay. Apa sekarang lu masih mau bilang kalian gak ada apa-apa? Saat lu berdua tersenyum dekat.”
Ningning terpana, sial dia ketahuan.
Melihat temannya yang tampak berpikir keras, Juhyeon berkata lagi.
“Lu tau gak, dibandingkan kenyataan lu dekat dengan Jay, gue justru lebih berharap lu jujur dengan gue. Gak masalah lu pacaran sama dia atau gak, tapi yang paling penting adalah lu gak bohong sama gue.”
Apabila Ningning masih terus-terusan menyangkal, kemungkinan besar sahabatnya akan marah. Terlebih, apa gunanya berbohong saat keduanya diciduk? Memalukan.
“... Sebenarnya gue sama Jay pacaran.”
“Apa?!”
Meski barusan bilang kejujuran lebih utama dari fakta hubungan Ningning dengan Jay. Juhyeon tetap terkejut mendengarnya.
“Gue dan Jay pacaran,” kata Ningning bersamaan pintu UKS terbuka.
“APA! NINGNING LU DAN JAY PACARAN!”
Liz yang awalnya mau mengangetkan temannya malah kaget sendiri dengan omongan Ningning.
Dibelakang sekolah jauh dari keramaian anak siswi perempuan, ada segerombolan anak siswa yang sibuk dengan makanan masing-masing.
Jake muncul penuh keringat, seolah dia adalah maling yang dikejar warga.
Tanpa permisi dia meminum minuman Jay, yang menatapnya tajam.
“Jangan marah, ini juga karena lu.”
Jay mendengus, membuang tisu ke dalam mangkuk.
“Gak jelas.”
“Benar, gak jelas makanya gue mau nanya sama orangnya langsung.”
“Maksud lu apaan?” tanya Jay tak paham.
“Apa lu beneran pacaran dengan Ningning?”
Jay tersentak, bagaimana bisa temannya tahu hal ini sementara dia tidak bilang apa-apa dan ini juga mau Ningning.
“Siapa yang bilang?”
“Katanya Liz temannya Ningning yang bilang. Jadi lu pacaran atau gak sih sama Ningning?”
Jay tersenyum tipis.
“Dasar kepo.”
20/03/23
Jangan lupa vote.
Kita ketahuan, kita pacaran gak?
KAMU SEDANG MEMBACA
polaroid love 📷
Fiksi PenggemarDemi menghentikan pengejaran mantan pacarnya yang terus-terusan Ningning mengatakan menyukai Jay, cowok yang sejujurnya tidak disukainya. Jay cowok famous di sekolahnya selalu dikelilingi oleh gadis-gadis dan seringkali mendapatkan pengakuan cinta...