Tak ada pilihan lain. Permainan hompimpa yang akan menjadi keputusan menyeramkan itu adalah pilihan satu-satunya secara mendesak. Semua menatap cengang. Matahari benar-benar hampir tenggelam. Jika terlalu lama, kapal sekoci itu akan segeram tenggelam.
"KALIAN SETUJU!?" Rafael membentak kasar. Situasi ini sangat mendesaknya untuk melakukan hal itu.
Satu persatu penumpang mengangguk, termasuk Alequa yang duduk di antara penumpang wanita lain. Rafael melempar tangannya ke tengah. Permainan ini mudah, hanya membalik-balikkan 2 telapak tangan, kemudian bagian telapak tangan paling banyak terpampang akan lolos (menang). Lalu diulang kembali hingga tersisa satu orang.
Permainan ini ditentukan oleh keberuntungan. Mereka yang beruntung akan menang, dan yang tidak beruntung akan kalah. Arti menang-kalah permainan ini berbeda dalam situasi sekarang. Kemenangan berubah arti menjadi hidup, sedangkan kekalahan berubah menjadi mati.
Seluruh wajah di atas sekoci itu terlihat kaku. Oh Tuhan, mereka semua ingin "menang". 11 telapak tangan akhirnya berkumpul di tengah sekoci. Rafael menarik napas.
"Tiga... Dua.... Satu..." permainan dimulai. Seluruh penumpang membalikkan telapak tangannya.
6 telapak tangan terpampang bagian atas, sedangkan 5 telapak lain terpampang bagian bawah. Rafael menelan ludah. 6 penumpang itu telah selamat. Termasuk Alequa di antaranya. Sedangkan ia berada di posisi 5 telapak tangan lain yang harus lanjut bermain.
Sisa 5 orang itu diisi dengan 3 penumpang wanita dan 2 penumpang pria. Wanita penjual bir telah lolos bersama Alequa. Dan gadis itu tampak takut untuk menyaksikan permainan selanjutnya.
Rafael menarik napas kembali. Kini tersisa 5 telapak tangan yang siap lanjut bermain. "Tiga... Dua... SATU!"
Deg!
3 telapak tangan terpampang bagian atasnya, dan 2 telapak tangan lagi terpampang bagian bawahnya. Celaka! 2 di antara telapak tangan yang kalah itu adalah telapak tangan milik Rafael!Oh Tuhan... Kini hanya tersisa 2 orang. Jika seperti ini, bagaimana cara menentukan pemenang selanjutnya? Rafael kembali berpikir.
"Hei, kau! Tolong bantu kami menyelesaikan permainan ini. Untuk dapat menemukan jumlah paling banyak, harus bermain paling sedikit bersama tiga orang. Dengan seperti itu pasti akan ada yang menang dan kalah. Tapi kau tak perlu khawatir, kau hanya membantu. Jika kau kalah, kekalahanmu tidak akan dihitung." Rafael meminta tolong kepada wanita penjual bir yang duduk di sebelahnya.
Dengan wajah penuh kecemasan, gadis penjual bir itu akhirnya mengangguk. Hanya sekedar membantu untuk menentukan sosok yang kalah. Dan kini mereka kembali siap untuk bermain. 2 penumpang wanita, dan 1 penumpang pria yaitu Rafael.
"Tiga.... Dua... Satu!" Permainan kembali dimulai.
Deng...
Gendang telinga Rafael terasa seperti ditusuk. Membuat pendengarannya terasa sayup seketika. 3 sisa telapak tangan di tengah sekoci itu terpampang bagian atasnya. Mereka harus mengulang permainan kembali.
Rafael terdiam. Menatap kosong ke arah Alequa di seberangnya. Pria itu tampak hendak mengatakan sesuatu. Firasat itu Alequa rasakan lewat tatapan kosongnya. Entah apa yang ada di dalam benak Rafael. Seharusnya ia menghitung mundur kembali untuk melanjutkan permainan.
"Hei, Bung! Kenapa tak dilanjutkan? Lihatlah ombak sudah semakin besar! Kapal ini keberatan beban! Kau ingin kita mati bersama?" Salah seorang penumpang pria membentak kesal.
"Oh..... iya!" Rafael tersadar. Tampak ada yang aneh darinya.
"Tiga... Dua.... Satu!"
DEG!
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEQUA
Adventure𝙆𝙚𝙩𝙞𝙠𝙖 𝙝𝙞𝙙𝙪𝙥 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙨𝙚𝙗𝙪𝙖𝙝 𝙝𝙖𝙧𝙖𝙥𝙖𝙣, 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙢𝙖𝙩𝙞𝙖𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙚𝙧𝙪𝙨 𝙢𝙚𝙧𝙖𝙮𝙪 𝙙𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙡𝙖𝙢𝙗𝙖𝙞-𝙡𝙖𝙢𝙗𝙖𝙞... Bagaimana rasanya membiarkan jasad insan tercinta perlahan mengurai di atas tana...