SEKOCI

386 83 0
                                    

Alequa meringkuk bersama 6 penumpang wanita di bagian dalam kapal. Celah kayu dinding kapal membuat mereka yang bersembunyi paling depan dapat mendengar dan mengintip apa yang terjadi di luar.

Wajah salah seorang penumpang wanita yang mengintip ke luar tampak memucat. Secepat kedipan mata gadis itu memalingkan wajah dari celah dinding di depannya.

"Ada apa?" Seorang penumpang wanita yang tak dapat mengintip bertanya dengan bisikan pelan.

"Diam!" Gadis yang ditanya membentak kecut.

Hening di dalam sana. Keringat dingin serta lutut-lutut yang bergetar membuat suasana semakin mencekam. Riuh suara para bajak laut di luar terdengar samar-samar oleh mereka yang bersembunyi di belakang.

Celaka! Entah apa yang terjadi di luar sana, lantai kapal yang terbuat dari kayu ini perlahan tergenang air. Bagaimana bisa? Wanita-wanita di dalam sana sama sekali tak mengetahui. Apa mungkin ada kebocoran? Sudahlah, kini yang pertama harus dilakukan adalah menyelematkan diri dari para bajak laut yang keji itu.

Wajah Alequa memucat. Abu bercampur cokelat terlukis jelas pada warna kulitnya. Gadis itu bersembunyi paling depan. Dan apa yang terjadi di luar dapat ia lihat. Termasuk dengan tubuh dan aliran darah Nahkoda yang sudah menyusut ke lantai.

"Ikat mereka!" Di satu sisi, pemimpin bajak laut menyuruh anak buahnya untuk mengikat 5 penumpang pria termasuk Rafael.

3 anggota bajak laut dengan sigap menuruti. Mengeluarkan tali-tali panjang berwarna hitam dan segera mengikat 5 penumpang pria itu di sudut-sudut kapal yang memungkinkan.

Kini di luar sana sudah tak ada lagi yang dapat melindungi para penumpang wanita yang bersembunyi. Tak terdengar begitu jelas dari dalam, Alequa melihat pemimpin bajak laut menyuruh 14 anggotanya untuk kembali ke kapal mereka di belakang. Tersisalah pemimpin bajak laut itu dengan 1 anggota lagi yang berdiri menemaninya.

Tuk...

Tuk....

Tuk.....

Perlahan pemimpin bajak laut itu melangkah. Mendekat ke bagian dalam kapal yang dikunci rapat-rapat dari dalam. Dengusan suara napas dan tenggorokannya terdengar samar di telinga Alequa. 3 penumpang wanita yang mengintip di depan tercengang, reflek mendorong tubuh ke belakang.

Desakan terjadi di dalam ruang penyimpanan yang sempit itu. Tak dapat untuk mundur lagi. Sebab 70% ruang penyimpanan itu diisi dengan sebuah sekoci darurat. 4 penumpang yang meringkuk di belakang merasa terdesak. Kepala mereka penuh tanda tanya. Namun 3 penumpang di depan termasuk Alequa hanya menjulurkan jari, menyuruh agar tetap tak bersuara.

BRUK!
Pintu digubrak dari luar. Semua terkejut. Seorang penumpang wanita tak sengaja hampir mengeluarkan jeritan. Tapi untungnya ditahan oleh wanita lain di sebelahnya.

BRUK!
Pintu itu kembali didobrak.

"KELUAR!" Masih tak dapat dibuka, pemimpin bajak laut berteriak dari luar. Tak ada satu-pun yang menjawab, semua tegang mengunci mulut.

"Hai, gadis-gadis cantik. Keluarlah salah satu dari kalian. Atau akan kudobrak pintu ini secara paksa dan kubunuh kalian satu-persatu!" Pemimpin bajak laut mengancam, semuanya tetap diam.

"Kalian tahu, apa yang ada di tanganku? Ini adalah botol bensin... Jika tak ada satu-pun dari kalian yang keluar, maka akan kubakar kapal ini sesegera mungkin. Dan jadilah kalian mayat-mayat malang beserta dengan pria-pria kalian di sini. HAHAHAHA!" Bisikan tajam mengalun dengan ancaman keras dari cibir pemimpin bajak laut.

ALEQUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang