Jungkook tidak mengerti. Sangat tidak mengerti dengan jalan pikirnya yang terlalu aneh dan tidak logis. Ia lebih tidak mengerti lagi ketika dirinya dengan lugas menyetujui ide gila yang disarankan otaknya.
Sungguh, ia tahu bahwa hal ini akan merugikan, tapi ide itu terasa menggugah dan begitu menggoda untuk dicoba. Hal ini membuat adrenalinnya berpacu, membuatnya tertantang dan penasaran. Dan Tuhan tahu, jikalau Jungkook adalah seorang yang selalu siap untuk tantangan baru.
Tantangan kali ini merupakan hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya. Tentu, ia pernah memakai vibrator—namun hal itu hanya untuk pemakaian di dalam ruangan, tidak untuk di luar. Dan sekarang, ia akan memakai vibrator selama perjalanannya dari Busan menuju Seoul menggunakan KTX. Dua jam penuh ia harus bertahan dengan benda bergetar yang dapat merangsang.
Jungkook itu tertarik untuk mencoba hal baru, tertarik juga untuk menarik perhatian orang lain. Ia suka atensi yang tertuju padanya. Lagipula, perjalanan dua jam penuh tanpa melakukan apa-apa itu membosankan. Sehingga melakukan tantangan ini adalah sesuatu yang tentu akan membuatnya sibuk.
Siapa tahu, di KTX nanti—akan ada seseorang yang dapat memuaskannya? Yah, Jungkook tidak akan menolak selama orang itu tidak menjijikan. Toh, dirinya sudah lama tidak bercinta. Jadi mungkin, hal ini adalah hal yang cukup logis untuk dilakukan.
Saat ini Jungkook sedang berdiri menunggu keretanya untuk datang, vibrator sudah berada di dalam dirinya namun belum ia nyalakan.
Nanti dulu. Ketika ia sudah naik dalam kereta dan duduk manis.
Seolah kereta itu panjang umur, kendaraan yang disebutkan sampai di hadapan Jungkook tak berapa lama kemudian. Jungkook lantas masuk ke dalam kereta tersebut dan mulai mencari tempat duduknya. Setelah menemukan kursinya dan menaruh koper di tempat yang telah disediakan, Jungkook segera duduk dan menyamankan diri.
Tidak sekarang, tunggu keretanya berjalan dan tantangannya akan dimulai.
Sementara itu, Jungkook memutuskan untuk memakai earphonenya dan menyalakan lagu, sembari menunggu siapa yang kiranya akan menjadi teman sebangkunya nanti. Ia berharap orang itu adalah lelaki tampan.
Apalagi sekarang ia hanya menggunakan rok sebatas dengkul berwarna putih dengan kaus hitam dan jaket kulit senada, serta kaus kaki setinggi betis serta sepatu boots hitam favoritnya. Jungkook tahu bahwa ia terlihat menakjubkan dalam pakaian ini.
Jungkook membuka matanya yang tadi tertutup tatkala mendengar suara gemerusuk koper yang diangkat dari sebelahnya. Lantas ia membuka earphone yang terpasang di telinganya dan melihat penyebab suara tersebut. Itu ... seorang lelaki tampan. Jungkook termangu melihat pria itu.
Pria itu tidak berotot seperti Jungkook, namun bahunya lebar dan kokoh. Fitur wajahnya yang tegas dengan sedikit bulu tipis kumis yang telah dicukur membuatnya tampak lebih tegas. Mata elang tajamnya seketika menatap Jungkook, membuat yang lebih muda mengalihkan pandangannya dari pria itu ke lantai.
Sang pria yang telah disebut duduk di bangku sebelah Jungkook, terdiam tanpa menyapa Jungkook yang sekarang justru menahan senyuman juga menahan diri untuk tidak bertingkah aneh-aneh di sebelah pria itu.
Entah. Ia selalu menyukai lelaki tampan—apalagi lelaki tegas seperti pria di sebelahnya ini. Dengan sengaja ia bergerak, menyebabkan rok di pahanya terangkat dan menampakkan sedikit dari paha mulusnya.
Pemberitahuan bahwa kereta akan segera berangkat terdengar di penjuru gerbong. Jungkook menyiapkan ponselnya, membuka aplikasi pengontrol vibrasi dari vibrator yang ada di dalamnya, bersiap untuk menyalakan alat itu.
Dan ketika kereta mulai bergerak, Jungkook mulai melancarkan aksinya. Ia menyalakan vibrator dalam kecepatan rendah dan menggigit bibir bawahnya kala getarannya membuat tubuh Jungkook berdesir.
Jungkook bersandar pada kursi kereta, menutup matanya dan berusaha menetralkan reaksi tubuhnya terhadap getaran yang terasa di titik manisnya sebab vibrator itu menancap begitu dalam.
Beberapa menit kemudian Jungkook mulai menaikkan getaran lebih tinggi dari sebelumnya. Ia tak dapat menahan lenguhan kecil untuk tak keluar dari lisannya, ia menutup matanya begitu erat dan menggigit satu jarinya.
"Hngh—" Lenguhannya tertahan, ia berusaha untuk tetap diam namun terasa sulit ketika getaran itu terasa di seluruh tubuhnya.
"Hey, kamu gapapa?" Sebuah suara mengalihkan fokus Jungkook, membuat pria itu menengok ke arah empunya.
Jungkook tersenyum tipis dan mengangguk, berusaha menyatakan bahwa ia tidak apa-apa. "Nggakpapa, kok."
"Sakit?" Pria di sebelahnya bertanya lagi.
Jungkook menggeleng, "Nggak, gapapa. I'm fine."
"Oke," ucap lelaki tadi, kemudian kembali berkutat dengan kegiatannya menggunakan ponsel.
Jungkook menaikkan getaran vibratornya lebih kencang di kecepatan menengah. Rasa nikmat yang ia rasakan di dalam membuat dirinya menutup mata dan bersandar pada kursi, buku-buku jarinya memutih sebab terlalu kencang meremas penyangga tangan kursi kereta tersebut.
"Uh—" Lirihan Jungkook tergelincir keluar, membuat pria di sebelahnya kembali menengok ke arah Jungkook yang sekarang terlihat kesakitan. Wajah sang pria Jeon memerah, matanya ditutup erat-erat, dan bulir keringat terbentuk di dahinya meski pendingin ruangan menyala.
"Hey, serius, kamu gapapa?" Lelaki di sebelah Jungkook bertanya lagi.
Jungkook lantas kembali menatap pria itu, "Nggakpapa, serius," ucapnya, namun keadaan Jungkook yang berbanding terbalik membuat sang pria tak yakin.
"Kamu gak kelihatan baik-baik aja. Perlu saya bantuin atau—" Ucapan pria itu terhenti, tatkala netra elangnya mendapati ponsel Jungkook yang menyala, menunjukkan suatu aplikasi. Dan ia tahu aplikasi apa itu.
"Oh. Berani sekali, ya?" Pria itu berucap lagi, menatap Jungkook dengan seringaian yang mulai terbentuk.
Keringat di dahi Jungkook mengalir turun, ia sadar bahwa pria di sebelahnya itu sudah tahu apa yang sedang ia lakukan. Ia menggigit bibir bawahnya, tak berani berkata apa-apa.
"Saya Taehyung. Kamu?" tanya sang pria.
"J-Jungkook," balas Jungkook terbata-bata. Adrenalinnya semakin berpacu, antara malu, takut, dan rasa senang bercampur menjadi satu.
"Cantik. Kamu ngapain kaya gini di kereta?" Taehyung kembali bertanya. Tangannya dibawa ke arah paha Jungkook dan merabanya.
"Uh, i-iseng," balas Jungkook.
"May i?" Taehyung meminta izin, menginginkan untuk mengambil alih ponsel Jungkook agar ia sendiri yang dapat mengontrol getaran vibrator.
Jungkook lantas mengangguk, memberi ponselnya pada Taehyung dan mempercayai pria itu. Taehyung mengambil ponsel dan lantas mulai bermain dengan aplikasi itu. Mengontrol getaran yang di dalam Jungkook dengan begitu acak dan berantakan serta tidak konsisten. Hal ini membuat Jungkook tak dapat menahan lenguhan dan desahan tipisnya, ia bersandar pada kursi lebih dalam dan kali ini memberanikan diri menggenggam tangan Taehyung dan meremasnya.
"Ah—fuck," umpat Jungkook, merasakan bagaimana Taehyung bermain-main begitu berantakan. Membuat Jungkook merasa kenikmatan dan kewalahan secara bersamaan.
"Hngh, h-hyung!" Jungkook memekik pelan ketika Taehyung menaikkan getaran sampai kecepatan tertinggi. Jungkook menatap pria itu dengan air mata yang berkumpul di pelupuknya, yang lalu dibalas oleh tatapan tajam Taehyung.
"Kenapa pakai yang seperti ini, Jungkook? Anak nakal," ucap Taehyung.
"A-Ah, hng, bosan," balas Jungkook. Genggamannya pada tangan Taehyung menguat, pria di sebelahnya itu benar-benar menggodanya begitu lihai.
"Such a dirty one, sengaja mau menggoda penumpang kereta, hm?" Taehyung menyeringai pada Jungkook, masih bermain-main dengan getaran vibrator di dalam Jungkook.
"Aah, shit. Umh, i-iya," jawab Jungkook begitu baik.
"Nakal. Daripada di sini, mau ke kamar mandi saja?" Taehyung menawarkan sembari menatap Jungkook.
Hati Jungkook bersorak. Ia tahu hal ini akan berujung ke mana, dan dengan Taehyung sebagai pria tampan yang mengajaknya, Jungkook takkan bisa menolak. Lantas pria itu mengangguk, membuat Taehyung tersenyum melihatnya. Pria itu bangkit dari tempat dari tempat duduk dan bergegas meninggalkan tempat duduk menuju kamar mandi di ujung gerbong diikuti Jungkook yang mengekorinya.
Satu bilik kosong kamar mandi dibuka, keduanya masuk dan mengunci biliknya. Keduanya menatap satu sama lain sebelum kemudian Taehyung melingkarkan lengan di pinggul Jungkook dan menariknya menuju sebuah ciuman. Jungkook membalas ciuman Taehyung yang melumat bibirnya begitu ganas, memberi pria yang lebih tua kesempatan untuk menelusupkan lidah ke dalam mulutnya yang lantas Taehyung ambil. Lidah pria itu mengabsen deretan gigi rapi Jungkook, sesekali bermain dengan lidah Jungkook dan menghisapnya.
Sementara keduanya bercumbu begitu panas, sebelah tangan Taehyung masuk ke dalam rok yang dipakai Jungkook, meraba dan meremas paha dalamnya. Membuat Jungkook tak dapat menahan desahan di sela cumbuannya. Ciuman keduanya terlepas, bibir Taehyung berpindah pada rahang Jungkook dan memberinya kecupan, lalu turun sampai leher, kembali memberi kecupan dan jilatan bersamaan dengan tangan yang berpindah pada bokong kenyal Jungkook, meremasnya kencang.
Taehyung menjauhkan diri dari leher Jungkook dan menatap pria itu, tangannya bergerak pada lubang Jungkook dan mengeluarkan vibrator yang sejak tadi masih menyala di dalam lubang pria itu. Taehyung berlanjut mematikan benda itu dan meletakkannya di atas kloset.
"Pakai rok, cantik sekali," ucap Taehyung, tangannya menampar pipi bokong Jungkook, membuat pekikan terdengar keluar dari lisan yang lebih muda bersamaan dengan rona merah yang menjalar di pipi gembul pria itu.
"Mau langsung saja, Jungkook?" tanya Taehyung, meminta persetujuan Jungkook.
"Iya, langsung, hyungie." Jungkook berucap dengan anggukan di akhir kalimatnya.
"Needy sekali," ucap yang lebih tua lalu memberi kecupan di bibir Jungkook.
Taehyung lantas membuka ikat pinggang yang dipakainya dan membuka retsleting, mengeluarkan kejantanannya yang sudah mengeras dari dalam celananya. Rona merah di pipi Jungkook semakin memerah kala melihat kepemilikkan Taehyung yang besar dan mengeras.
Selanjutnya sang pria Kim mengangkat satu kaki Jungkook dan melingkarkan pada pinggangnya, lengan kokohnya memeluk erat pinggang Jungkook agar pria itu tidak terjatuh. Kemudian Taehyung mengarahkan miliknya pada lubang Jungkook yang telah dipersiapkan dengan vibrator tadi, Jungkook lantas memekik pelan tatkala Taehyung mulai melesakkan kejantanannya.
"Aah h-hyungie! Ungh," lenguh Jungkook, tangannya melingkari leher Taehyung, dan kepalanya mendongak ke atas kala keseluruhan kejantanan Taehyung telah masuk sepenuhnya.
"Maaf. Sakit?" Taehyung bertanya, memberi usapan halus di pinggul Jungkook.
"Nggak. Uh—lanjut hyungie," ucap Jungkook.
Taehyung mengangguk, lantas mulai bergerak pelan di dalam pria itu. Ia menggeram pelan, merasakan lubang Jungkook yang meremas miliknya begitu kuat dan nikmat. Sementara Jungkook masih terus mengeluarkan desahan-desahan pelan, milik Taehyung adalah salah satu terbesar yang pernah ia rasakan.
Taehyung mulai mempercepat tempo gerakannya setelah memastikan Jungkook menyesuaikan, ia menghentak pelan dalam Jungkook—berhasil membuat pria yang lebih muda memekik pelan. Menyadari bahwa keduanya benar-benar melakukan seks dalam bilik toilet kereta, Taehyung lantas memasukkan dua jari ke dalam mulut Jungkook, mencegah pria itu bersuara lebih besar.
"Suck this. Jangan bersuara lebih keras sayang," ujar Taehyung.
Dan pria itu mulai bergerak lebih cepat, berusaha mencari titik manis Jungkook dan tahu bahwa ia telah menemukannya kala Jungkook melenguh tertahan. Sehingga Taehyung menumbuk titik manis Jungkook kuat, membuat sang pria Jeon merengek kencang, nikmat sekali sampai-sampai membuat Jungkook hilang akal.
"Ungh h-hyung, umh!" Jungkook tak dapat mendesah dengan lancar sebab dua jari Taehyung masih berada di dalamnya, melihat pria di hadapannya kesusahn membuat Taehyung menyeringai dan lantas bergerak semakin cepat, menghujam lubang Jungkook dengan tempo yang cepat dan berantakan, memberi kenikmatan pada pria itu.
"Fuck Jungkook ketat sekali," ucap Taehyung disertai geraman di akhir kalimatnya.
"Kamu suka seperti ini hm? Suka pakai rok pendek dan bercinta di publik seperti ini? Biarin orang asing membawa kamu dan manjain kamu kaya gini, hm? Dasar jalang kecil." Omongan Taehyung yang kotor semakin merangsang Jungkook, pria itu merengek semakin kencang dan ikut menggerakan pinggulnya.
"Suka? Jungkookie suka?" tanya Taehyung yang lantas dibalas oleh anggukan Jungkook. Pria itu menatap Taehyung dengan air mata di pelupuknya, meminta lebih dengan hanya tatapan dan Taehyung menyadari hal itu.
Taehyung kembali menghentak dalam Jungkook, memberi kenikmatan tak terhingga pada yang lebih muda. Tahu bahwa ia ada di ranah publik, Jungkook memutuskan untuk menghisap jari Taehyung untuk menyalurkan kenikmatan yang ia rasakan. Tangannya meremas rambut coklat yang lebih tua dengan kuat ketika ia merasakan rasa panas dan membakar di perutnya, tanda orgasmenya sebentar lagi datang.
Lalu beberapa hentakan kemudian ketika Taehyung menghentak titik manisnya begitu kuat, Jungkook menyentuh orgasmenya, mendesah begitu kuat namun tertahan oleh dua jari Taehyung yang masih berada di dalam mulutnya. Bersamaan dengan Taehyung yang menggeram kuat tatkala turut mencapai pelepasannya dan menembakkan cairan putih di dalam lubang Jungkook.
Keduanya terengah dan menatap satu sama lain, saling memberi senyuman.
***
Kereta telah mencapai tujuannya di Seoul, Jungkook keluar dari gerbong kereta dan menyeret kopernya, diikuti seorang yang berjalan di sebelahnya.
"Saya duluan. Nanti saya telpon, oke?" Taehyung berucap, menatap Jungkook.
Jungkook lantas mengangguk, tersenyum manis pada Taehyung kemudian memberi kecupan di bibir pria itu. "See you Taehyung. Kapan-kapan kita harus kencan!"
"Iya manis, nanti kita kencan. Saya duluan, see you."
"See you, Taehyung!"
Dan keduanya berpisah di stasiun, pergi menuju tujuan masing-masing. Yah, mari kita berharap bahwa keduanya akan bertemu lagi, di lain waktu, di luar bilik kamar mandi. []
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRTY HABITS | oneshot
Fanfictioncollections of oneshot from my twitter account. 18+ nsfw please be a wise reader. follow @ilenoirr on twitter for more! Top!Tae Bot!Kook