Haii aku balik lagi nih, setelah maju mundur mau bikin cerita lagi yang kayak gimana, akhirnya aku muncul dengan cerita ini. Semoga gak stuck yaa idenya
Berharap banget kamu suka, jangan lupa komen sama vote nya yaaa!
Terimakasih ^^
.
.
.
Tangan lihai nan lentik itu mulai menarikan kuasnya di atas kanvas. Tatapannya yang sedalam lautan kini terfokus pada objek di depannya, tak menghiraukan gaun tidur putih jutaan dollarnya yang sudah terciprat cat lukis, begitu fokus mencoba menantang diri untuk membuat replika karya Tuhan yang begitu menggairahkan.
Bagaimana tidak menggairahkan?
Tak jauh dari sana nampak seorang pria tengah berdiam diri, sosoknya bertubuh ramping namun kekar dengan bagian otot yang nampak begitu pas terbentuk di tempat yang tepat. Detail tubuhnya semakin jelas terpampang dengan kenyataan bahwa tak ada sehelai benang pun yang menempel padanya.
Pria itu tak berbusana, begitu gagah, sempurna nyaris tanpa cacat.
Entah sudah berapa lama pria itu mempertahankan posisinya, terduduk di kursi tinggi dengan bagian atas tubuhnya yang sedikit ia sandarkan pada dinding di belakangnya, mempertunjukkan lekuk tubuh terbaiknya untuk disalin oleh gadis yang kini tengah berkutat dengan kuas dan kanvasnya.
Perlahan gadis itu menegakkan tubuhnya yang mulai pegal karena terduduk cukup lama sembari menyunggingkan senyuman puasnya. Mata yang sedalam lautan itu kini bertemu dengan mata elang pria di depannya. Tangannya terulur ke udara yang diketahui sebagai sinyal untuk pria itu agar menghampirinya. Pria itu menerima uluran tangan yang membawanya untuk mendekat ke samping gadis itu dengan perhatian mereka yang kini tertuju pada hasil replika yang susah payah gadis itu usahakan nampak semenggairahkan si empunya.
"Tangan lihaimu tak pernah mengecewakan. Di kanvas dan juga—"
"di tubuhku," goda pria itu dengan suara yang dalam setengah berbisik. Gadis itu tidak menjawab, hanya tersenyum kecil dan merangkulkan tangannya ke pinggang prianya. Perlahan menempatkan tangan lentiknya di salah satu bongkahan pantat si pria, meremasnya dengan mata yang mengawasi reaksi pria itu. Pria itu melemah, memejamkan matanya menahan erangan ketika gadis itu mulai menampar cukup keras pantatnya.
"Mendesahlah Mark, jangan ditahan," bisik gadis itu tepat di pusar pria yang bernama Mark, matanya terus menatap Mark, mengawasi setiap reaksi yang begitu menggairahkan dari Mark. Mark yang semakin melemah, akhirnya mulai mengelukan nama gadisnya dalam desahan.
"Ahh... Han," erang Mark, selanjutnya menundukan kepalanya untuk menemukan gadis bernama Allona Han itu tengah menciumi perutnya yang gagah, terbentuk dengan pas untuknya, cukup kokoh untuk dijadikan samsak tinju dan cakaran gadis yang kini sudah menjalari tubuhnya dengan lihai. Gadis itu mulai berdiri, menelusuri tubuh pria itu inchi demi inchi dengan kecupannya, berhenti cukup lama di bagian leher. Gadis itu menyesap cukup kuat bagian leher jenjang pria itu, berhasil meloloskan satu erangan tertahan pria itu bersamaan dengan sang gadis yang menghentikan aktivitasnya, tersenyum puas melihat warna kemerahan yang menghiasi bagian kecil leher prianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAINT ME NAKED
Fiksi Penggemar[18+] "If you wanna be my slave, make me be your slave too."