Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam saat Allona akhirnya menyelesaikan berbagai sajian masakan untuk dinner mereka malam ini. Mereka kini telah kembali ke villa, setelah mengambil beberapa bahan makanan dan buah-buahan serta bertemu dengan Jacob, ketiganya akhirnya pulang di sore hari, perjalanan yang membutuhkan kurang lebih dua jam setengah itu tidak terasa bagi Allona yang mempunyai kebiasaan tidur dalam mobil. Kini mereka bertiga tengah berada di halaman yang berhadapan dengan lautan, keinginan Allona yang ingin mereka makan malam bersama dengan sajian yang ia siapkan sendiri. Bagi Allona memasak adalah bagian dari seni, jika melukis adalah caranya mencurahkan ide dan berekspresi maka memasak adalah menciptakan ekspresi. Dia sangat senang melihat bagaimana ekspresi setiap orang yang mencicipi masakannya, terkadang masakannya membuat ia melihat ekspresi-ekspresi orang lain yang belum pernah ia lihat, seolah masakannya memang menciptakan ekspresi itu.
"Han..." suara lembut itu datang dari pria yang kini tengah memeluknya dari belakang. Allona yang cukup khatam dengan suara Mark membalikkan badannya, tersenyum dengan tangan kanannya yang menangkup pipi kiri prianya.
"Kau sangat menawan Mark," puji gadis itu saat menangkap visual Mark yang kini tengah memakai kemeja putih tanpa dalaman sehingga dada bidangnya sedikit nampak menembus kain putihnya dipadukan dengan celana jeans pendek berwarna biru terang, rambut hitam legam yang mulai memanjang itu melambai mengikuti angin, merayunya untuk menyusupkan jari-jarinya disana.
"Kau pasti kedinginan" ujar Mark merujuk pada gaun tipis nan kurang bahan terlebih dibagian punggung yang Allona kenakan malam ini.
"No, Mark. It's okay" timpal gadis itu cepat menghentikan pergerakan tangan Mark yang hendak membuka kancing kemejanya, berniat untuk memberikan kemeja putihnya untuk gadis itu kenakan. Malam ini memang cukup dingin, apalagi angin pantai yang berhembus kencang, hanya saja Allona tidak peduli, dia menyukai gaun yang ia kenakan. Dia cukup egois dengan keinginannya dibanding apa yang ia butuhkan. Jadi, percuma berbicara dengannya, biarkan saja ia menanggung resikonya dalam hal ini.
"Ada yang bisa kubantu?" tawar Mark kemudian, mengalah pada topic gaun Allona. Malam ini gadis itu memang dengan sengaja ingin menyiapkan makanannya sendiri, dari memasak sampai menyusun meja makan tanpa bantuan maid. Allona nampak mengedarkan pandangannya pada meja makan mereka, mengabsen satu persatu masakan italia dan jepang yang menjadi highlight malam ini.
"Mark, bisa bantu buatkan aku jus strawberry segar yang tadi kita petik? Harus yang benar-benar baru kita petik. Malam ini entah kenapa aku sangat ingin jus strawberry dan sedang tidak ingin minum alcohol" Mark tertawa renyah, merasa gemas dengan permintaan panjang Allona, tangan pria itu terangkat untuk merapihkan anak rambut Allona yang menghalangi mata gadisnya.
"As you wish"
Allona menatap kepergian Mark dengan senyum hingga beberapa detik kemudian gadis itu menghela napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAINT ME NAKED
Fanfiction[18+] "If you wanna be my slave, make me be your slave too."