Bab 7

196 18 10
                                    

Haiii maafin aku baru dateng lagi dan nulis lagii. Real life kuu bener-bener hectic.

Tapi, beneran deh aku selalu usahain buat nulis and here we are

So, langsung ajaaa, enjoy yaaa :)

.

.

.

(18+)

"Mark...," panggil Jaehyun setelahnya berhasil masuk ke apartemen temannya. Tidak ada jawaban, membuat langkah kakinya semakin berani untuk masuk ke dalam. "Kemana anak itu pergi?" keluh Jaehyun, melepaskan jas seragam sma elitnya.

"Ahhh...," sebuah suara lenguhan yang samar menyeruak ke dalam indra pendengaran Jaehyun, membuat pria itu sontak mengedarkan pandangannya mencari sumber suara. Matanya berhenti pada pintu kamar Mark yang tertutup dengan rapat.

"Ahhh... ahhhh," suara desahan itu semakin terdengar kala kaki panjang pria itu perlahan mendekat, membuka pintu kamar yang tidak terdapat siapapun di dalamnya. Matanya kembali beredar, terhenti di sebuah pintu kamar mandi berwarna putih.

Jaehyun tersenyum nyaris tertawa saat suara itu semakin nyaring terdengar, tak menyangka bahwa temannya yang ia kenal pendiam itu bisa melakukan hal segila ini tanpa memberitahunya. Pria itu diam-diam mengeluarkan ponselnya, berencana untuk mengambil beberapa bukti untuk jadi bahan candaan bersama temannya yang lain.

Kriettt

Jaehyun menghembuskan napasnya lega saat berhasil membuka pintu kamar mandi secara perlahan, tanpa disadari oleh dua sejoli yang saling mencari kenikmatan itu. Pria itu kini mulai memposisikan ponselnya, mencari angle terbaik untuk mengambil video.

"Ahhh... yahh Mark, di sana. Faster.... Kau benar-benar anak pintar,"

Brukk

Suara dentuman pintu yang dibanting keras itu sontak berhasil menghentikan kegiatan dua orang pencari kenikmatan di dalam sana, kelabakan dengan segera keduanya mencari penutup badan yang tergantung.

"J-jaehyun...,"

"SIALAN! APA YANG KAU LAKUKAN DENGAN IBUKU BAJINGAN?"

--

Mata pria itu terbuka lebar bersamaan dengan kesadarannya yang terjaga dengan sempurna. Menyadari ruangan asing yang ia tempati, dengan susah payah pria itu mencoba untuk terbangun, mendudukan dirinya.

"Sstt, argh!" ringis pria itu, memegang tengkorak belakangnya yang begitu nyeri. Pria itu menggelengkan kepalanya, mekanisme yang ia coba agar tetap sadar saat pandangannya meredup kala sakit di belakang kepalanya begitu menusuk.

"Akhirnya Anda bangun juga, Tuan Jung Jaehyun,"

Jaehyun mengalihkan pandangannya pada seorang pria bersetelan rapi yang ia ketahui sebagai orang kepercayaan Allona-sialan-Han.

"Jangan khawatir, dokter bilang tidak terjadi kerusakan apapun pada kepala Anda. Nona Han sepertinya tengah berbaik hati. Nona Han sedikit mempertimbangkan Anda sebagai calon suaminya, tentunya ia tak ingin memiliki suami yang cacat atau gegar otak," ucap Hendery dengan datar, seolah tidak ada yang salah dengan ucapannya. Di sisi lain, Jaehyun tidak terlalu peduli dengan kalimat pria di depannya, ia terlalu sibuk dengan rasa sakit yang bersemayam di kepalanya.

"Kalian akan mati, ayahku tidak akan membiarkan kalian,"

"Jangan khawatir, saya sudah menyampaikan kabar pada Tuan Jung bahwa Anda akan menginap selama 3 hari di kediaman Nona Han. Tuan Jung nampak sangat senang dengan kabar baik yang menguntungkan ini,"

PAINT ME NAKEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang