Bab 15

90 11 2
                                    

Jaehyun mengeryitkan dahinya saat cahaya matahari menyelinap mencoba mengetuk kelopak matanya yang tertutup. Matanya yang sudah beradaptasi perlahan terbuka hanya untuk menemukan gadis sialan yang sudah berkali kali menghantam tengkoraknya duduk dengan santai di sisi ranjang, menunggunya terbangun. Kehadiran gadis itu secara langsung memantik api dendam dalam dirinya, dengan refleks Jaehyun menggeram penuh amarah, menerjang dan mencekik gadis itu kuat-kuat.

Sudah cukup bagi Jaehyun menerima penghinaan dari gadis sialan ini, dia sudah muak dan tidak peduli jika ia harus dipenjara atau terbunuh sekalipun oleh keluaraga Han karena berhasil menghilangkan nyawa putri kesayangan mereka.

Jaehyun menyeringai melihat wajah Allona yang sudah memerah, nyaris kehabisan napas. Kedua tangan Allona yang awalnya mencoba menggapai wajah Jaehyun untuk mendorong wajah penuh amarah bak monster itu kini mulai melemah. Seolah tahu kapasitas dirinya yang lemah dan tak bisa melawan, kelopak mata yang biasanya gersang itu kini mulai berembun. Jaehyun mendecih mendapati lelehan air mata gadis yang berada dibawah cengkramannya. Dia tidak peduli.

Ya, harusnya begitu.

Harusnya dia tidak peduli.

Tapi, seolah ada sambaran petir di siang hari. Perlahan Jaehyun melepaskan cengkramannya atas leher Allona, membuat gadis itu terbatuk-batuk dan segera meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Dengan gemetar Allona mencoba bangun, mundur untuk mengambil jarak dari Jaehyun. Allona yang masih kesulitan bernapas, kini mulai menangis deras. Untuk pertama kalinya merasa sangat ketakutan hanya karena sebuah cekikan yang seharusnya bukan apa-apa. Tapi, kali ini berbeda.

"Apa benar yang kau katakan?" tanya Jaehyun, memastikan kebenaran dari ucapan Allona yang menjadi alasan ia melepaskan cengkramannya atas gadis itu.

Gadis itu pun mengangguk.

---

Di waktu yang sama, di sisi lain villa nampak Mark mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan, memastikan tidak ada eksistensi lain selain dirinya sebelum akhirnya membawa benda pipih yang bergetar sedari tadi ke telinganya.

"Bagaimana?" tanyanya pada seseorang di seberang telepon.

"Mereka sudah mulai bergerak"

"Pastikan gadis itu—," belum juga ucapan pria diseberang sana selesai, Mark dengan segera memutuskan sambungan telepon mereka. Pandangannya kini kembali mengedar, menyapu pemandangan laut yang terlihat dari jendela kamarnya yang besar. Tangannya yang sedari tadi terkepal kini nampak semakin menguat memperlihatkan buku-buku jarinya yang mulai memutih.

oOo

Langit sudah menunjukkan sisi gelapnya saat Allona tengah terduduk sendirian di bagian belakang villa yang menghadap ke area hutan. Sorot matanya memandang jauh ke atas langit, memandangi bulan yang membulat dengan cahaya redupnya. Di jari tangan kanannya terjepit sebatang rokok dengan pemantik api di tangan lainnya. Helaan napas yang tenang berhembus menyaru dengan udara malam yang cukup dingin.

"Aku janji ini yang terakhir" gumamnya pada diri sendiri, bersamaan dengan ia yang membawa rokok itu ke belahan bibirnya, memantik api dan menghisap dalam-dalam rokoknya.

Malam ini, ia merasa ingin menyendiri. Keadaan Mark yang belum pulih seutuhnya dan sikap Jaehyun sendiri yang tidak bersahabat membuatnya kepayahan, ia lelah dan sedang ingin menghindari konflik. Setidaknya, untuk saat ini.

Demi kebaikan kita

Kesendirian gadis itu nampaknya akan berlangsung lama jika saja suara gemerisik yang bersumber dari semak-semak tidak mengalihkan atensinya. Mata sedalam samudera itu menyipit, menemukan gumpalan daging besar familiar berwarna putih.

"Jacob?" ragunya, membuat kaki kecil itu melangkah mendekat dan mulai mengikuti anjing kesayangannya yang semakin masuk ke dalam hutan.

Saat ini yang ada dipikirannya adalah keselamatan Jacob, dalam hati gadis itu mengutuk dan berjanji akan menghabisi Zeus jika ternyata pria itu benar kecolongan kehilangan Jacob, sampai-sampai anjingnya itu mengikuti dirinya ke villa ini.

"Hei, Jake. What are you doing here? Lets go home," ajak Allona, mengelus anjing raksasa itu.

Kondisi bagian hutan yang cukup gelap dan dirinya yang hanya mengandalkan cahaya redup rembulan membuat gadis itu kesulitan saat mencoba meraih Jacob untuk membawanya kembali ke villa.

Tit tit tit tit

"Suara apa itu?"

Allona terkesiap saat dengan semena-mena dan tiba-tiba anjing putih itu meraung-raung dan memberontak membuat tubuhnya jatuh terlempar. "Sial"

"Jacob, wait" Allona tanpa ragu kembali mulai mengejar Jacob, sampai akhirnya kini mereka berhasil keluar dari hutan, tiba di sebuah jembatan buntu yang di depan dan di bawahnya sudah merupakan laut.

"Jake, what's wrong?" Allona mencoba mendekati anjing yang sedari tadi berputar-putar dengan raungannya yang terdengar lebih seperti raungan ketakutan?

Setelah berhasil meraih anjing putih itu, Allona mengelus anjing kesayangannya, tidak lama sampai akhirnya tangannya terhenti ketika mendengar kembali suara bak timer yang semakin nyaring di sekitar Jacob.

"HAN!" Allona menoleh cepat saat suara teriakan Mark menggema dari arah hutan, dengan segera menemukan pria itu berlari keluar dari arah hutan dengan wajah panic dan ketakutan.

Allona terdiam. Alarm mekanisme pertahanan dirinya berbunyi membuat perasaan was-was menyelimuti Allona detik itu juga, dengan cepat gadis itu mengedarkan tatapannya ke arah Jacob.

You're not Jacob.

SHIT!

Umpat gadis itu tertahan dalam hati ketika menemukan bom dibagian perut bawah anjing itu yang kini menunjukkan detik ke sembilan.

9

8

7

6

5

...

Allona tidak tahu lagi apa yang terjadi, terakhir dia hanya merasakan tubuhnya melayang saat Mark berlari sekuat tenaga dan menarik tubuhnya untuk terjun ke dalam laut.

DUARRR!

oOo

Satu jam sebelumnya

Di bagian lain lorong villa, nampak Mark berjalan cukup tergesa, sedari tadi matanya berkelana, menjamah setiap ruangan dengan mulut yang merutuki desain villa bak labirin. Entah sudah berapa ruangan yang ia masuki sampai ia pun tidak yakin apakah dia mengecek ruangan yang sama atau tidak. Tujuannya saat ini hanya satu, menemukan Allona.

"Apa yang kau lakukan?" interupsi suara bass, Mark membalikkan badannya, menemukan Jaehyun yang bersedekap di ujung lorong.

"Kau melihat Allona?" Persetan dengan gengsi, yang menjadi prioritas Mark saat ini adalah gadisnya. Jaehyun nampak menaikkan sebelah alisnya, tersenyum remeh kemudian.

"Ah, seekor anjing menggonggong kehilangan majikannya" Mark menghela napas, lupa kalau yang ia hadapi adalah bajingan bernama Jung Jaehyun.

"Persetan kau," desis Mark, beranjak melangkahkan kakinya menjauh, berlawanan arah datangnya Jaehyun.

"You lied!" sergah Jaehyun, tepat saat Mark berhasil melaluinya, membuat keduanya dalam posisi memunggungi satu sama lain dengan jarak yang cukup jikamana mereka berniat kembali bertarung.

"Pisau itu... aku tidak menusukmu" lanjut Jaehyun, mengepalkan tangan menahan gairah membunuhnya yang meluap karena bagaimanapun kasus penusukkan semalam membuat tengkoraknya kembali dihantam oleh gadis sialan bermarga Han.

"Dan kenapa kau diam saja?" balas Mark.

"Kau selalu seperti itu, Jung Jaehyun. Meskipun kau tahu kebenarannya yang kau lakukan hanya diam seperti pengecut."

---

Tbc

Hope you guys love it...

Adios :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PAINT ME NAKEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang