Chapter 7

1.8K 253 37
                                        

Beomgyu menatap meja kantornya dengan pundung, rasanya malas, tidak bersemangat. Sebenarnya Beomgyu sedih saat tahu kalau Suaminya itu tidak ingin bercinta dengannya, entah karena alasan ia tidak bisa membuahi, tetapi Beomgyu membutuhkannya. Tak lama kemudian, Beomgyu melirik meja kantor sebelah kanannya.

"Hey, kau tau dimana Hueningkai?" tanya Beomgyu kepada teman kantornya yang berada di sebelah kiri.

"Hueningkai izin hari ini. Istrinya sedang sakit, dia harus menjaga anaknya," jawab pria itu sambil melirik ke arahnya sekilas.

Beomgyu menghela napasnya. Hueningkai yang notabene lebih muda darinya, sudah mempunyai anak. Lalu, bagaimana dengan dirinya?
Beomgyu mengusap wajahnya kasar, kemudian kembali fokus dengan laptopnya. Mengerjakan tumpukkan dokumen yang sempat ia tunda.

"Beomgyu, aku ingin meminta berkas tentang dokumen ini." Beomgyu menoleh ke arah sumber suara, melihat Arum yang sedang tersenyum ke arahnya sambil menyodorkan sebuah dokumen.

"Oh, sebentar. Aku akan mengeceknya lebih dulu." Beomgyu menerima dokumen yang dipegang Arum, kemudian ia menatap laptopnya kembali. Walaupun matanya sibuk menatap layar laptop, ia merasa kalau Arum menatapnya tanpa berkedip. Awalnya Beomgyu sempat menatapnya balik, tetapi wanita itu malah memutar bola matanya ke arah lain.

Setelahnya, Beomgyu mendorong sedikit kursinya, membuka salah satu laci miliknya, lalu mengambil beberapa berkas dan kemudian memberikannya ke Arum.

"Semua sudah lengkap, kau boleh ambil." Arum menerima berkas itu, lalu tersenyum. "Oke, terima kasih."

Beomgyu mengangguk, kemudian membalas senyumnya. Saat Arum ingin melangkahkan kakinya pergi, tiba-tiba wanita itu menghampiri Beomgyu lagi.

"Hm ... Nanti seperti biasa kan? Makan bersama di kantin." Beomgyu menoleh ke arah wanita itu sekilas, kemudian menganggukkan kepalanya.

"Tentu."

—| | |—

"Aku tau, aku merasa ini adalah mimpi. Setelah tabrakan mobil, aku langsung menjadi suami Beomgyu hyung ... Dan juga kau, sudah menggendong anak. Apa kau percaya ini, Hueningkai?"

Hueningkai menatap Taehyun datar, sambil menggendong anaknya yang sedang tertidur pulas. Mereka sudah lama tinggal bersebelahan menjadi tetangga sekaligus rekan kerja, hubungan pertemanan Hueningkai dengan Taehyun memang sudah dekat sedari mereka yang sama-sama masih single.

Hueningkai menarik napasnya, ia melirik sejenak ke arah anaknya yang sedang tertidur digendongannya, hanya untuk memastikan anak itu tidak terusik. Kemudian Hueningkai menatap Taehyun, lalu membuka suaranya.

"Jadi?"

"Apakah menurutmu ini masuk akal?"

Hueningkai merotasikan bola matanya, lalu menjawab, "kau tau jawabannya, tidak perlu bertanya."

"Kalau aku tau, aku tidak akan bertanya, bodoh!" balas Taehyun yang berhasil mendapatkan pukulan dari Hueningkai.

"Anakku sedang tertidur, bisakah kau tenang?" ucap Hueningkai dengan nada berbisik, tetapi tatapannya begitu tajam. Taehyun tersadar, lalu ia mengucapkan minta maaf kepada yang lebih muda tanpa suara.

"Dimana suami mu?" tanya Taehyun yang kini menggunakan nada sedikit berbisik.

"Aku hanya punya istri. Lagipula, di antara rekan kerjaku yang memiliki seksualitas menyimpang hanya kau, Taehyun," balas Hueningkai yang membuat Taehyun mendengus.

Taehyun melihat jam tangannya sebentar, saat merasa kalau ia harus pulang, karena Beomgyu akan pulang dari kantor. Lantas, Taehyun berpamitan dengan Hueningkai untuk pulang. Tetapi sebelum itu, Hueningkai sempat memberitahunya suatu hal.

"Kau harus berhati-hati, aku lihat Beomgyu Hyung sangat dekat dengan salah satu rekannya, seorang wanita."

Awalnya Taehyun mencoba menepis omongan  Hueningkai dan mencoba berpikir positif. Ia percaya, kalau Beomgyu hanya mencintainya seorang. Setelah dekat sampai rumah, pemandangan yang pertama kali ia lihat sangat tidak bersahabat. Taehyun melihat Arum dan Beomgyu keluar dari mobil secara bersamaan, mereka saling melempat senyum dan juga melambaikan tangan.

Firasat yang ia rasakan seakan terjadi, mata Taehyun terasa panas, hatinya merasa terbakar dan tangannya gatal ingin meninju sesuatu yang berada di dekatnya.

Beomgyu yang sedang berada di depan pintu rumahnya, seketika terkejut saat melihat Taehyun yang berada di sampingnya. "Hm? Tumben kau sedang berada di luar, pantas ini terkunci. Kau bisa membukakan pintu rumah kita untukku, sayang?" 

Taehyun diam menatap suaminya dengan tajam, Beomgyu menyadarinya dan langsung menepuk bahunya pelan.

"Ada apa?" tanya Beomgyu dengan nada lembut.

Dengan cepat, Taehyun menepis tangan Beomgyu dari bahunya, lalu merogoh sakunya untuk mengambil kunci pintu rumah. Taehyun membuka pintunya dengan kasar, sampai-sampai gagang pintu rumahnya patah, lalu masuk begitu saja. Beomgyu terdiam, ia bingung sekaligus merasa aneh.

Saat dirinya masuk ke dalam rumah, ia meletakan tas kantornya di sofa, kemudian melihat Taehyun yang sedang membuatkannya kopi dengan gerakan cepat dan terdengar seperti dibanting-banting. Beomgyu masih terdiam sambil melihat tingkah suaminya. Setelah itu, Taehyun menghampiri Beomgyu, melepaskan dasinya serta jasnya dengan kasar. Dirinya juga terjungkal ke belakang saat Taehyun mendorongnya ke sofa untuk duduk, kekuatan suaminya terlalu kuat.

"Sayang?" panggil Beomgyu. Taehyun tidak menyahut, ia sibuk mengambil makanan di kulkas untuk Beomgyu.

"Makan," ucapnya singkat. Beomgyu hanya bisa diam sambil membeo, ia meraih kopi buatan Taehyun, lalu menyeruputnya.

"Sepertinya ini terlalu manis. Berapa sendok gula yang kau tuang?"

Seketika Beomgyu langsung mendapatkan tatapan tajam dari Taehyun, seperti ingin membunuhnya. Beomgyu menelan ludahnya kasar, suaminya benar-benar terlihat seram saat ini.

"Tidak enak? Buang saja," balas Taehyun dengan nada ketus. Beomgyu meletakan cangkir kopinya, menarik lengan yang lebih muda untuk duduk dipangkuannya. Taehyun tetap menurut, hanya saja wajahnya ia palingkan ke arah lain.

Beomgyu mencoba untuk menarik dagu yang lebih muda agar menatapnya, tetapi Taehyun menepis tangannya. Beomgyu tidak menyerah, ia menangkup pipi Taehyun dengan kedua tangannya dan kemudian membuka suara.

"Ada apa, hm? Ceritakan padaku."

This is Real?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang