Epilogue

2K 239 61
                                    

Taehyun mengambil tas kerjanya dan kemudian merapihkan dasinya sebentar dan kemudian pergi meninggalkan rumah, ia juga tidak lupa berpamitan dengan Ibunya terlebih dahulu.

"Aku berangkat!"

Mengingat kejadian Taehyun yang hampir tewas tertabrak mobil hingga koma beberapa minggu, Ibunya menjadi posesif dan cerewet untuk terus memperingati Taehyun agar tidak pulang terlalu larut, serta berhati-hati saat menyeberang.

"Taehyun!" Dirinya menoleh ke arah sumber suara, ia melihat Hueningkai yang sedang menghampirinya.

"Ah, kau sudah sembuh?" tanya Hueningkai sambil mensejajarkan langkahnya. Taehyun tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Bagaimana dengan kabarmu?" tanya Taehyun. Hueningkai menunjukkan deretan giginya dan kemudian menjawab, "cukup baik. Nyatanya, mengurus anak tidak semudah yang aku bayangkan."

Taehyun terdiam sejenak, ia merasa ada yang aneh dengan barusan apa yang dikatakan Hueningkai. Tetapi dengan cepat Taehyun menepis hal itu, dan melanjutkan perjalanannya ke kantor bersama Hueningkai.

Setelah sampai, Taehyun langsung menyibukkan diri dengan laptopnya, tanpa sadar jika bangku yang di sebelahnya sudah terisi. Taehyun tahu kalau Beomgyu telah datang, ia mencoba pura-pura tidak lihat saja.

"Hey, kau tau dimana Hueningkai?"

Seketika Taehyun mendapatkan pesan dari Hueningkai di ponselnya. Dia mengatakan kalau istrinya sakit dan ia harus mengurus anaknya. Taehyun melirik ke arah Beomgyu sekilas, lalu membuka suaranya.

"Hueningkai izin hari ini. Istrinya sedang sakit, dia harus menjaga anaknya."

Setelah itu mereka saling diam dan saling sibuk dengan laptopnya masing-masing. Tak lama kemudian, Taehyun bangkit dari duduknya, menghampiri Beomgyu sambil menyerahkan dokumen.

"Beomgyu, aku ingin meminta berkas tentang dokumen ini," ucap Taehyun. Beomgyu menoleh dan kemudian menerima dokumen dari tangannya.

"Oh, sebentar. Aku akan mengeceknya lebih dulu." Taehyun mengangguk dan kemudian menunggu. Pandangannya tak lepas dari Beomgyu, sejujurnya ia masih berharap dengannya, tetapi apa boleh buat jika ia sudah menjadi milik yang lain.

"Semua sudah lengkap, kau boleh ambil." Taehyun menerima beberapa berkas yang telah disatukan oleh Beomgyu. "Oke, terima kasih."

Saat Taehyun ingin kembali ke tempat duduknya, sekilas ia melihat kertas undangan berwana kuning keemasan berkombinasi putih dan tertulis 'Beomgyu dan Arum'.

Taehyun memberhentikan langkahnya, ia merasa kalau mimpinya itu sedang terjadi, hanya saja posisinya berbeda. Taehyun menggelengkan kepalanya, ia mencoba berpikir jernih dan bersikeras kalau mimpinya itu tidak benar. Tetapi ada satu hal yang membuatkan kembali tersadar, serta kembali paham apa yang terlah terjadi.

"Kau benar-benar menyayangiku, kan? Rebut aku kembali, Taehyun."

Taehyun membalikan badannya dan kembali menghampiri Beomgyu. Dirinya menatap lama yang lebih tua, sedangkan Beomgyu masih diam sembari melayangkan tatapan tanda tanya kepadanya. Taehyun tidak ingin merusak pikirannya, tetapi mulutnya sudah terlanjur membuka suara.

"Hm ... Nanti seperti biasa kan? Makan bersama di kantin."

"Tentu."

Taehyun mengehela napas lega dan kemudian kembali ke tempat duduknya. Pada akhirnya, Taehyun hanya bisa mengalah dan menerima keadaan secara terpaksa. Saat ia masih di rumah sakit, ia mencoba untuk melepaskan Beomgyu dan meninggalkan rasa laranya. Terdengar sulit, memang. Tapi Taehyun yakin, ia akan menuruti permintaan Beomgyu dalam mimpinya.

"Aku akan merebutmu kembali, Hyung," batin Taehyun sambil diam-diam menyeringai lebar. Ya, dia tau apa yang harus dilakukan.

-The End-

Note: Sejujurnya ini agak aneh, iya, memang. Tapi ya, beginilah ceritanya :)

This is Real?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang