Bonus Chapter: 7
•° + ° • ° + ° •
"Teganya kau melakukan itu padaku, Leon!" bentak Arum dengan nada tinggi. Awalnya Leon juga terkejut atas kehadiran Arum yang berada di apartemennya secara tiba-tiba, wanita itu melampiaskan emosinya oleh seorang mantan pacarnya saat sekolah dulu. Saat ini kerah kemejanya ditarik paksa oleh Arum.
"M-maaf, aku hanya disuruh," ucap Leon dengan terbata-bata. Arum yang ingin menampar lelaki itu seketika tertahan, lalu ia melepaskan kerah lelaki dihadapannya.
"Dengan siapa?" tanya Arum dengan menahan emosinya untuk tidak melukai Leon.
"Aku tidak tau namanya. Tetapi aku masih mengingat ciri-ciri orang itu," Leon menjeda ucapannya, kemudian ia menatap Arum. "Dia seorang lelaki, berhidung mancung, dan tidak terlalu tinggi."
Arum terdiam sejenak, ia memikirkan ciri-ciri orang yang disebutkan oleh Leon. Seketika dirinya teringat dengan kisah masa lalu suaminya, bahwa Beomgyu pernah disukai oleh rekan kerjanya sendiri dan orang itu, seorang lelaki.
Dengan rasa kesal yang memuncak, Arum langsung pulang ke rumahnya. Sebab, dirinya sudah pusing memikirkan masalah Beomgyu yang salah paham, ia ingin menenangkan diri sendiri lebih dulu. Arum juga tidak ingin kandungan yang berada di perutnya akan bermasalah nantinya. Walaupun begitu, dirinya ingin Beomgyu tahu tentang kehamilannya, namun belum ada waktu yang tepat untuk membicarakannya.
Saat Arum sedang membuka pintunya dengan kunci, ia sempat melirik ke arah rumah tetangganya yang tampak sepi. Dirinya menghela napasnya, ia masih berusaha berpikir jernih tentang pelaku dibalik masalahnya ini. Namun, setelah dirinya mencoba melupakan hal itu sejenak, Arum memasuki rumahnya dan langsung bertemu dengan seseorang yang baru saja ia pikirkan.
"Kau mencariku?" tanya Taehyun sambil menyeringai. Dirinya memakai hoodie biru laut, tangannya juga dibaluti oleh sapu tangan berwarna putih.
"Berarti benar dugaanku, pelakunya adalah kau." Taehyun menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Arum mengepalkan tangannya, ia sudah menyadarinya sejak awal, karena tingkah baik Taehyun yang mencurigakan dan juga aneh.
"Ternyata kau wanita yang pintar, aku bangga," balas Taehyun. Arum menatap Taehyun kesal dan kemudian berkata, "Kenapa ... Kenapa kau melakukan itu padaku?"
"Karena Beomgyu milikku," jawab Taehyun dengan santai.
"Kau sudah tau bukan kalau kami sudah menikah?" Taehyun menatap Arum dengan tatapan tidak suka. Namun, setelahnya ia tersenyum ke arahnya. Tangannnya merogoh saku celananya, kemudian mengeluarkan pisau lipat.
"Oh, ya. Aku tau, kenapa memangnya?"
Taehyun mendekat ke arah Arum. Sedangkan, wanita itu merasa ketakutan, ia hanya bisa melangkahkan kakinya mundur saat Taehyun mendekatinya secara perlahan.
"Sekarang kau punya pilihan," Arum sudah terpojok, tubuhnya sudah terbentur oleh tembok. Taehyun meletakkan satu tangannya di samping kepala wanita itu, mengukung Arum sambil menyodorkan pisau lipat yang dipegangnnya.
"Biarkan Beomgyu menjadi milikku atau sama sekali dari kita tidak memilikinya?" lanjut Taehyun sambil memandang Arum yang tampak gemetar.
"Apa maksud dari perkataanmu, sama sekali dari kita tidak memiliknya?" tanya Arum yang berusaha untuk tidak takut, kemudian ia menatap Taehyun dengan tajam. Taehyun terkekeh pelan, dirinya sangat menikmati wajah wanita itu yang sebenarnya sangat ketakutan.
"Dengan kata lain, aku yang membunuh Beomgyu." Arum membulatkan matanya, tangannya langsung terangkat ingin menampar wajah Taehyun.
Namun sebelum itu, tangan Taehyun dengan cepat menahannya dengan pisau, sehingga telapak tangan Arum tertusuk. Dengan reflek Arum menarik tangannya yang tertusuk, dirinya mendesis kesakitan, darahnya mulai mengalir mengotori lantai rumahnya.
"Hei, tenanglah. Aku hanya berusaha adil disini," ucap Taehyun sambil mengusap pipi Arum dengan pisau, pipi wanita itu ternodai oleh darahnya sendiri.
"Dasar bajingan, sialan!" umpat Arum sambil mendorong tubuh Taehyun, berontak agar bisa kabur. Taehyun menatap Arum kesal, dirinya mencekik leher Arum dengan kuat. Wanita itu kesulitan bernapas, tangannya berusaha melepaskan lengan Taehyun yang tenaganya lebih besar dibanding dirinya.
"Kau lebih dari itu, Arum." Taehyun semakin mengeratkan genggamannya pada leher Arum. Wanita itu semakin bergerak tak karuan, sedangkan Taehyun masih sempat tertawa kecil.
"Oh, ya. Aku dengar kau sedang hamil, bukan?" Taehyun mengarahkan pisau lipatnya ke perut Arum, lalu menekannya secara perlahan.
Taehyun tidak peduli dengan darah yang mengenai hoodie serta wajahnya, Taehyun sedang menikmati Arum yang sedang mengalami masa sulit. Karena Arum sudah sulit bernapas, perutnya sudah terasa nyeri, nyawanya benar-benar seperti ditarik paksa dengan pelan. Dan saat itu pula, Arum menghebuskan napas terakhirnya.
Taehyuh melepaskan genggamannya pada leher Arum, membiarkan tubuh wanita itu terjatuh di lantai. Taehyun memposisikan tubuh Arum agar terlentang, lalu tangannya ia arahkan untuk memegang pisau yang masih menancap di perutnya. Taehyun mengusap pipinya yang terkena noda darah milik Arum, ia menatap jasad wanita itu dengan seringai.
"Soal pilihan, abaikan saja, oke? Aku tau kau tidak akan bisa memilih, selain merelakan Beomgyu padaku."
•° + ° • ° + ° •
Sudah lima hari terlewati, kematian Arum masih sangat misterius bagi kalangan para polisi, mereka sempat menyelidiki di tempat dan kejadian. Sayangnya, tidak ada tanda pembunuhan di sana, akhirnya polisi memutuskan kalau Arum bunuh diri karena sedang mengalami masa stress.
Polisi bodoh.
Taehyun memang sempat sebagai salah satu tersangka oleh polisi, namun saat diinterogasi Taehyun menjawabnya semua pertanyaan dengan baik, lalu ia hanya cukup bilang kalau dirinya sibuk bekerja dari siang sampai malam. Beomgyu juga tidak bisa mencurigainya, sebab Taehyun selalu ada saat di kantor yang sesuai jadwal untuknya, dari siang sampai malam, sedangkan dirinya dari pagi sampai malam.
Entah cara pintar apa yang membuat polisi dan juga Beomgyu sendiri tidak menumpahkan kecurigaan kepada Taehyun. Hanya dirinya dan Tuhan yang tahu.
Hari ini Taehyun sedang menemani Beomgyu pergi ke makam Arum. Beomgyu mengusap batu nisan yang bernamakan istrinya, awalnya ia terkejut saat masuk ke dalam rumah sudah disuguhkan jasad Arum yang sudah penuh darah, dan yang lebih menyedihkan, saat dirinya baru tahu kalau istrinya sedang hamil.
Setelah dari makam, Taehyun mengajak Beomgyu ke kedai kopi. Seperti biasa, Taehyun memesankan segelas cokelat panas untuk Beomgyu.
"Terima kasih," ucap Beomgyu yang membuat Taehyun tersenyum dan kemudian membalas, "tidak masalah, Hyung. Aku tau kau membutuhkan tempat yang—"
"Bukan itu," sela Beomgyu. Taehyun mengerutkan keningnya, lalu membiarkan yang lebih tua melanjutkan perkataannya.
"Aku berterima kasih untukmu, karena kau selalu menemaniku di saat aku sedih, kau selalu ada untukku." Taehyun tersenyum, lantas ia bangkit dari duduknya dan kemudian duduk di samping Beomgyu.
"Tenanglah, aku akan selalu bersamamu. Begitupula dengan perasaanku," balas Taehyun yang membuat Beomgyu menatapnya dengan tatapan penuh makna.
"Kau ..."
"Masih, aku masih menyukaimu."
Tanpa aba-aba, Beomgyu langsung memeluk nya. Taehyun sempat terkejut, namun setelahnya ia membalas pelukan dari yang lebih tua. Tak lama kemudian Taehyun melepaskan pelukannya lebih dulu, lalu dirinya menangkup pipi Beomgyu.
"Aku masih mencintaimu, Hyung."
Beomgyu menggenggam tangan Taehyun yang menangkup pipinya, matanya menatap Taehyun sayu. Setelahnya, Beomgyu mendekatkan wajahnya dengan yang lebih muda, kemudian bibir mereka menyatu dan pastinya Taehyun menikmati momen kemenangannya.
"Aku sudah menepati janjiku untuk merebutmu kembali."
°•-The End ᵖᵗ²-•°
![](https://img.wattpad.com/cover/296818467-288-k86988.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
This is Real?
FanfictionTaehyun sudah jatuh hati kepada Beomgyu sejak lama. Sayangnya Beomgyu tidak menerima cinta sejenis, alias dirinya straight. Pupus sudah harapan Taehyun untuk memilikinya. Saat sedang menyebrang jalan, Taehyun ditabrak oleh mobil ugal-ugalan. Beberap...