8. Jelita

1.1K 127 17
                                    

Twelves 08

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Twelves 08.

Arga duduk sendirian di depan halaman rumahnya. Cowok itu meluruskan kaki, membawa kedua lengannya ke belakang sebagai bantalan kepalanya. Arga menutup matanya, menikmati angin malam seorang diri.

Biasanya selalu ada Skyra yang masih ada di rumahnya di jam-jam segini. Gadis itu pasti akan membuatkannya masakan-masakan baru yang dipelajarinya di YouTube. Skyra akan memasakannya makanan, dan pasti akan memarahinya karena terlambat mandi pada jam-jam malam.

Arga menyunggingkan senyumnya mengingat itu. Dan dibalik senyum itu juga, Arga merasakan kehampaan yang tiba-tiba menyerang.

Sekarang Skyra tidak ingin berbicara dengannya, bahkan sepertinya, melihatnya saja Skyra tidak sudi.

“Om! Bantuin dong.”

Arga membuka mata, menoleh mendengar suara seorang anak kecil meminta tolong. Tapi, dimana gerangan si pemilik suara itu?

Arga bangun, melihat seorang bocah Laki-laki menyengir di depan gerbang rumahnya. Arga mendekat, berfikir sekiranya siapa bocah Laki-laki yang memanggilnya Om itu.

“Bantuin tangkap Jelita dong, om!”

Arga membuka gerbang, merasa sedikit iba melihat cengiran bocil itu. “Jelita siapa?”

“Kucing aku yang warnanya oren.” Jawab si bocil menunjuk pohon yang ada di dekat rumah Arga. Arga memincingkan mata, mencoba untuk mencari keberadaan kucing Oren yang katanya bernama Jelita itu. “Lo anak siapa?”

Bocil yang tidak diketahui namanya itu menunjuk rumah di seberang rumah Arga. Arga seketika mengarahkan matanya ke arah tunjuk bocil itu.

“Tetangga baru,” Gumam Arga yang tidak didengar bocil itu. “Sebelum gue tangkepin kucing lo, coba sebut, nama lo siapa?”

“Zidan.” Sahut si bocil, “Nama om pasti lebih jelek dari namaku.”

Arga menatap malas bocil itu. “Gue gak setua itu sampai harus lo panggil om. Nama gue Arga,”

“Jadi panggil Arga aja?”

Malas melanjutkan yang sudah pasti akan panjang kemana-mana bila berurusan dengan bocil, Arga mengangguk saja. “Serah lo.”

“Arga, ayo cepet tangkap Jelita! Kasihan Jelita di atas Pohon!”

“Lagian siapa suruh kucing lo itu pake segala manjat.” Dumel Arga kesal. Ini bocil dan kucing Orennya membuat dirinya repot tak jelas.

“Jelita itu cewek, Arga. Jangan dikasarin. Lagian Jelita pasti gak sengaja manjat pohon.”

Arga mendekati pohon mangga tersebut, mengamati seekor kucing betina berwarna Oren yang duduk santai di sebuah ranting besar. “Kucing lo kayanya seneng disini deh cil. Jangan diambil ya, kasian kayanya di rumah lo tekanan batin.”

TwelvesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang