Menjalin hubungan lima tahun lamanya bukanlah waktu yang bisa dibilang singkat. Semuanya berjalan dengan sebagai semestinya selama itu. Sampai dimana ditahun kelima hubungan mereka, Skyra mengetahui jika Arga menjalin hubungan juga dengan gadis lain...
Hai, hai, hai! Sebelum baca, jangan lupa drop your star di pojok kiri bawah yaaaa! Karena satu bintang kalian sangat-sangat berartiii.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Twelves 16
∞
“Kak Hanna, bantuin tangkap Jelita dong!”
Hanna memijat pelispisnya mendengar teriakan menggelegar dari Zidan. Anak itu tidak pernah membiarkan Hanna istirahat barang semenitpun.
Dimulai dari memberikan Jelita makanan dan susu, memandikan Jelita, membereskan kekacauan yang disebabkan Jelita dan Zidan, hingga kini menangkap Jelita yang tengah kerasukan reog.
Hanna dengan berat hati berdiri dari duduknya, berjalan ke arah Zidan yang berada di halaman depan. Hanna melihat jam tangannya, yang menunjukan pukul sebelas siang.
“Aww, sakit Kak Hanna!” Zidan berteriak kala tersandung sebuah batu dan kini lututnya mengeluarkan darah.
Hanna segera mendekati Zidan, berjongkok untuk melihat lutut Zidan, “Astaga Zidan, ayo kakak bantu, kita bersihin dulu luka kamu.”
“Tangkap Jelita dulu Kak,” Katanya yang menutup lukanya dengan tangan kecilnya, “Zidan bisa sendiri bersihin,”
Hanna menatap tak yakin pada Zidan, “Jelita gak bakalan jauh-jauh, yang penting sekarang luka kamu, nanti inveksi kalau dibiarin,”
“Enggak! Jelita tangkap dulu pokoknya.” Zidan kini mengeluarkan air matanya, membuat Hanna mau tak mau menyetujui.
“Oke, Kak Hanna cari Jelita dulu, kamu ambil kotak obat trus langsung obati, oke?”
Zidan mengangguk, berjalan terseok-seok memasuki rumah, sementara Hanna kini tengah kebingungan, kemana perginya kucing oren itu?
“Puss.. Puss, dimana sih kamu?” Hanna mencari di semak-semak diluar rumah, berharap dia menemukan keberadaan kucing milik Zidan itu.
Sementara di dalam rumah, kini Zidan tengah duduk selonjoran di sofa, dibukanya kotak obat yang ada di pangkuannya lalu menuangkan obat di atas kapas sebelum diarahkannya kapas itu ke lututnya.
Zidan meringis pelan, air matanya keluar merasakan rasa perih akibat obat itu. Bocah Lima tahun itu sangat jarang terluka, apalagi sampai berdarah lumayan banyak seperti sekarang.
“Zidan, kucingnya udah ketemu nih, kamu udah obati luka?” Hanna datang, menggendong Jelita yang sudah kotor bercampur tanah mendekati Zidan. Zidan spontan tersenyum cerah, mengulurkan tangannya untuk mengambil alih Jelita.