6. Menyebalkan

1.1K 130 14
                                    

Twelves 06.


Hanna bersikeras untuk tidak menjalani perawatan di rumah sakit. Gadis itu memilih untuk istirahat dirumah. Selain tidak suka berada di tempat itu, Hanna juga tau diri tidak ingin merepotkan Arga dengan biaya-biaya opname dan lain sebagainya.

Kini Hanna bersama Arga tengah berada di taman rumah sakit tersebut. Hanna berkata, sebelum pulang, dia ingin melihat pasien-pasien lain disana, “Sebelum semuanya berubah seperti sekarang, aku punya cita-cita jadi dokter bedah,” Hanna mulai bercerita, senyum gadis itu mengembang menyaksikan interaksi antara seorang dokter dengan salah seorang pasien tak jauh dari tempatnya.

“Mama sama papa dukung aku banget. Bahkan mereka asuransi untuk biaya masa depan aku biar terjamin sampai cita-cita aku tercapai.” Arga mendengarkan, cowok itu memperhatikan setiap perubahan raut wajah Hanna ketika bercerita.

“Tapi segalanya direnggut dari aku. Harta, Mama, Papa, aku ga punya apa dan siapapun di dunia ini, Ga.”

Sahanna kirzenia dahulunya adalah versi terbalik dari Sahanna yang sekarang. Jika dulu dia serba berkecukupan, bahkan lebih dari cukup. Maka kini, dia hanyalah gadis sebatangkara yang tidak memiliki apa-apa lagi.

Kedua orangtua Sahanna adalah pengusaha ternama, pengusaha sukses di bidang properti hingga banyak memiliki cabang usaha hingga hampir ke seluruh negara. Guntur Adiputra adalah nama ayahnya, selain karena kekayaannya, pria itu juga dikenal sangat royal kepada masyarakat. Tak jarang juga Guntur bersama anak dan istrinya mengelar acara amal untuk membantu masyarakat kurang mampu.

Hingga suatu ketika, mereka terjerat investasi bodong yang mengakibatkan Guntur berhutang dimana-mana. Tidak sanggup membayar segala hutang piutangnya, pihak bank mengatakan akan menyita rumah beserta aset-aset milik keluarga itu segera.

Tapi satu kemalangan kembali menimpa mereka. Rumah bak istana milik keluarga Guntur Adiputra terlalap api hingga menewaskan Guntur dan juga Helina, istrinya.

Hanna satu-satunya yang selamat dari peristiwa kebakaran yang menimpa rumah keluarganya. Saat itu Hanna baru saja duduk di bangku kelas satu SMA. Dan diusia itu pula, dia harus menerima fakta bahwa kedua orangtuanya telah meninggalkannya.

“Aku gak pernah tau apa-apa tentang saudara dekat ataupun saudara jauh. Tapi dulu papa selalu bilang, kalau keluarga itu hanyalah kami bertiga, engga ada keluarga lainnya.” Hanna menendang kerikil-kerikil kecil yang ada di ujung kakinya.

“Aku sendirian, ga punya siapa-siapa lagi setelah kepergian mereka.” Meskipun hidup di keluarga kaya raya, Hanna dahulunya bukanlah seorang gadis manja yang selalu keinginannya ingin dituruti. Dan betapa bersyukurnya dia tidak memiliki sifat itu terdahulu, karena dengan begitu, hidup mandiri seperti saat ini tidaklah terlalu sulit banginya.

“Besok gue temenin ke makam orang tua lo.” Kata Arga yang mengelus sayang belakang kepala Hanna. Hanna menatap cowok itu, dia tersenyum. “Makasih ya, Ga.”

Arga tersenyum, menarik tangan Hanna mengajaknya untuk kembali ke kamar rawatnya karena sudah waktunya untuk Hanna pulang.

“Setelah ini—”

“Arga?”

Arga dan Hanna sama-sama tertegun mendengar suara itu. Arga dengan cepat menoleh ke depan, karena sebelumnya dia memandang Skyra. “Sky,”

Skyra dan Dean berdiri mematung di depannya. Skyra dengan jantungnya yang berpacu dengan cepat itu beralih menatap Hanna yang ada di samping Arga, dengan pakaian rumah sakit, dan hal yang paling membuat jantungnya berpacu adalah tangan Arga yang bertautan dengan tangan Hanna.

TwelvesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang