14. Housemate

1.4K 136 5
                                    

Twelves 14.

Pagi-pagi buta Arga sudah menahan kekesalannya akibat ulah Zidan yang memencet bel rumahnya secara brutal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi-pagi buta Arga sudah menahan kekesalannya akibat ulah Zidan yang memencet bel rumahnya secara brutal. Kata bocil majikan Jelita itu, dia sedang kesepian dirumah karena dua orangtuanya yang tidak pulang sejak semalam. Arga kesal, entah sudah keberapa kalinya Arga mengacak rambut dan menghela nafasnya.

“Arga, Jelita kok gamau makan dari kemarin ya?” Zidan membuka suara, mata bulatnya menatap Arga meminta pendapat, dengan tangan yang sibuk memasukkan sosis ke dalam mulut Jelita yang membuka setengah matanya menahan kantuk.

“Sakit kali, intinya gue gatau cil! Gue pengen tidur, lo pulang gih.” Arga sudah kepalang kesal. Zidan menganggu tidurnya yang tersisa hanya beberapa menit lagi sebelum dia mandi untuk sekolah.

“Yaudah tidur aja kenapa sih, Arga, lagian Zidan gak ganggu. Zidan cuma mau diem disini aja karena dirumah sepi cuma ada mbak Lina.” Dumel Zidan yang tak Arga mengerti. Ini yang seharusnya marah itu dia 'kan?

“Tapi sebelum Arga tidur lagi, buatin Zidan susu dong. Tapi jangan susu coklat, Zidan sukanya susu murni.”

“Maksud lo susu murni itu gimana sih, cil?”

“Arga pasti mikir jorok ya! Ngaku!”

Arga tertawa hampa. Sumpah demi apapun Arga sedang blank pagi ini, bahkan untuk berfikir jorok macam ucapan Zidanpun Arga tak mampu. “Gue beneran gatau anjir lo mau susu murni kaya gimana. Lo bocil-bocil pikirannya udah nyasar kemana-mana.”

“Idih Arga playing victim nih! Malah salahin Zidan.”

“Taulah, serah lo.” Arga beranjak, membawa langkah beratnya turun ke lantai bawah menuju dapur. Arga membuka rak atas, mencari sekiranya apakah dia punya susu disana.

“Gue adanya prenagen cil, lo mau?” Arga tau Zidan pasti menyusulnya, Zidan yang menggendong Jelita mendekati Arga, “Prenagen apaan, Arga?”

“Susu.”

“Iya Zidan tau susu. Tapi susu apa? Zidan kaya pernah denger.” Ungkap Zidan tak paham.

“Gue gatau juga susu apa. Tapi gini bungkusnya.” Arga memperlihatkannya kepada Zidan.

“Kaya susu yang diminum mama Zidan,”

Arga mengeceknya, melihat baik-baik bungkusnya. “Oh iya ini susu Ibu hamil. Untung lo bilang sebelum gue buatin.” Arga kembali menyimpan bungkus susu itu. “Gue gapunya susu lain. Lo pulang sana, buat susu dirumah.”

Zidan berdecak. “Arga rumah aja gede, tapi susu ga mampu beli.”

Arga mendelik. “Gue empat puluh menitan lagi mau mandi, cil. Emang lo gak sekolah?”

“Sekolah lah, Arga. Cuma Zidan lagi capek sekolah soalnya pelajarannya ribet.”

Arga kembali tertawa sumbang mendengar ucapan Zidan. Zidan ini masih TK belagak punya beban hidup paling tinggi, “Lo selain gambar sama nulis angka emang ngapain lagi sih, dan? Kaya lo dapet logaritma sama hukum newton aja,”

TwelvesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang