TROUBLEMAKER TWINS:14

4.9K 752 204
                                    

Happy Reading!


"Perpisahan sangat menyakit kan, apalagi di pisah kan lewat kematian." -Ardhan Christian.

•••••••••••••••••••••••••••••••••••

Navya melirik kearah suaminya yang hanya diam, dia tau jika sekarang Samuel mengalami duka yang sangat dalam mendengar kabar cucu mereka mengalami kecelakaan hingga merengut nyawa dia. "Sam, apa nggak sebaiknya kamu izinkan Agnes melihat Cella? Dia kasian, dia nggak tau apa-apa tentang ini," ucap Navya yang membuka pembicaraan.

"Tapi dia pernah mengambaikan putri nya sendiri bukan? Apa kamu lupa? Waktu itu Cella mengadu ke kita jika dia di cuekin sama orang tua serta kembarannya hanya demi gadis sialan itu," ucap Samuel.

Navya mengangguk paham. "Paham, cuman bagaimana pun dia ibu kandung dari Cella. Tatapan Agnes sangat hancur tadi, bahkan dia sampe memohon kepada kita untuk melihat jenazah anak nya sendiri," kata Navya.

"Ayo lah, 30 menit aja kamu izinkan mereka melihat Cella. Apa kamu tidak kasian dengan putri kandung kamu sendiri?" sambung Navya.

Samuel menghela nafasnya kasar lalu mengeluarkan ponsel miliknya untuk menelpon tangan kanannya yang masih stay di rumah sakit.

"Izinkan Agnes, Melvin, dan juga Ardhan untuk masuk ke dalam ruang ICU. Tapi, jangan izinkan Aurel masuk ke dalam untuk melihat cucu saya! Pastikan hanya 30 menit mereka melihat Cella, setelahnya kamu usir mereka agar pemakaman Cella bisa berjalan dengan lancar besok pagi!" tegas Samuel.

"Baik tuan."

Samuel memutuskan sambungan telpon secara sepihak. Pria itu menatap kearah istrinya yang tersenyum kepadanya, ini adalah hari yang terburuk bagi Samuel dan Navya. Dan harusnya mereka hari ini pergi Paris untuk datang ke acara perusahaan, namun semua nya gagal karna mendengar kabar cucu perempuan mereka satu-satu nya telah meninggal dunia.

Di depan ruang ICU semua keadaan masih sama. Hening dengan aura yang sangat mencengkram. Agnes masih tetap disana sebelum dia melihat anak nya untuk terakhir kalinya. Agnes tidak akan percaya jika sebelum melihat putri nya sendiri, ini serasa mimpi buruk buat dia sekarang.

Seorang pria menghampiri Agnes. "Kalian di perbolehkan masuk oleh tuan Samuel, tapi hanya 30 menit. Dan untuk yang bernama Aurel tidak di perboleh kan masuk ke dalam, jadi hanya nyonya, tuan, dan tuan muda Ardhan."

Agnes yang mendengar itu langsung bangkit dari duduk nya. Dia berjalan menghampiri pintu ruangan ICU yang di buka dengan perlahan, Agnes masuk ke dalam dan diikutin oleh suami serta putra sulungnya.

Langkah mereka terhenti melihat seorang gadis yang masih ada di atas brankar dengan seluruh tubuh yang di tutupin kain putih.

Agnes menutup mulutnya dengan tidak percaya, airmata dia kembali turun membasahi pipi Agnes. Dia mendekati brankar putrinya dan membuka penutup kain itu. "NO! INI NGGAK MUNGKIN!" jerit Agnes ketika melihat benar-benar putri nya yang terbaring di atas brankar dengan luka di kepala dan darah yang sudah mengering.

Ardhan dan Melvin hanya diam tidak bisa berkutik apa-apa ketika melihat jika beneran Cella yang ada di atas brankar.

Agnes memeluk putrinya dan menangis sejadi-jadinya. "CELLA BANGUN NAK! KAMU NGGAK BOLEH NINGGALIN MOMMY, WAKE UP SAYANG!" jerit Agnes dengan mengguncangkan tubuh Cella.

Wanita itu menatap wajah Cella yang sudah pucat banget. "Cella mau apa nak? Mau ke Korea? Iya? Ayo sama momny, kita berangkat sekarang. Tapi kamu bangun ya? Jangan tinggalin mommy hiks..." lirih Agnes.

TROUBLEMAKER TWINS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang