00. Berawal Dari

10.5K 429 34
                                    

"Dengan ini hakim memutuskan untuk menjatuhkan hukuman kurungan penjara sementara kepada saudara Jung Jaehyun selama lima bulan sembari menunggu semua bukti-bukti terkumpul!"

TOK TOK TOK

Ketukan palu yang di bunyikan oleh hakim yang memimpin jalannya sidang tersebut menjadi pertanda awal mulanya semua ini terjadi.

"NGGAK! NGGAK BISA KAYA GITU, PAK! SUAMI SAYA NGGAK SALAH! DIA BUKAN PEMBUNUH!"

Atensi semua orang yang menyaksikan sekaligus menjadi saksi atas sidang yang sedang di lakukan itupun tertuju kepada seorang laki-laki yang saat ini tengah menatap ke arah sang hakim dengan mata yang basah. Ia tak terima ketika mendengar langsung penjelasan dari hakim yang memutuskan menjatuhkan hukuman penjara bagi suaminya yang jelas-jelas tidak bersalah.

"Saudara Taeyong, anda bisa melakukan pembelaan terhadap suami anda nanti jika bukti sudah semuanya terkumpul. Untuk sementara, suami anda akan di tahan di kantor polisi." Sang hakim kembali menjelaskan kemudian segera berlalu dari sana meninggalkan ruangan sidang.

Beberapa polisi yang mengawal jalannya persidangan lalu membawa Jaehyun untuk ikut ke sel dimana akan menjadi tempat sementara untuk laki-laki berlesung pipi itu.

Namun, sebelum itu, Jaehyun terlebih dahulu meminta agar dirinya bisa menemui istri dan anaknya yang ikut dalam persidangan tersebut. Mendapat anggukan kepala dari kedua polisi yang akan mengawalnya, Jaehyun dengan segera menghampiri tempat Taeyong berada.

"Ja--Jaehyun, hiks."

Pecah lah sudah air mata yang sedari tadi keluar dari mata cantik Taeyong, memeluk tubuh Jaehyun dengan begitu erat, Taeyong hanya bisa menangis sejadi-jadinya.

"Jangan nangis, kamu buat aku makin sakit," ucap Jaehyun setengah berbisik.

Tak mengindahkan kalimat itu, Taeyong justru semakin menangis kencang dalam pelukan Jaehyun. Meremat erat kemeja putih yang Jaehyun kenakan. Taeyong tidak sanggup dan tidak mau berpisah dengan sang suami.

"Kamu ng--nggak boleh pergi, hiks. Nggak boleh jauh dari aku, Jeje nggak salah, hiks." Dengan suara yang hampir habis, Taeyong merapatkan tubuhnya ke pelukan Jaehyun.

"Kamu sumber kekuatan aku kalau kamu lemah, aku juga lemah, kamu sakit, aku lebih sakit. Harus kuat, kita harus kuat." Jaehyun mengecup lama kening Taeyong dengan air mata yang berhasil turun membasahi pipi kirinya.

"Kita ikutin proses ini kalaupun nantinya aku emang bersalah, aku siap tanggung jawab. Tapi, satu hal yang harus kamu tahu, bukan aku orangnya. Aku pasti bebas. Percaya itu."

Setelah mengucapkan kalimat demikian, Jaehyun beralih pada kedua anaknya yang sedari tadi menundukkan kepala, "Abang."

Mendengar panggilan itu keluar dari mulut Jaehyun membuat oknum yang di maksud oleh laki-laki berlesung pipi itu mendongak, menatap wajah sang ayah.

Mensejajarkan dirinya pada sang anak, pelukan itu tidak dapat terhindarkan lagi. Dimana sang anak kedua menangis sesenggukan, menyandarkan kepalanya pada bahu Jaehyun.

"Daddy tinggal sebentar, Abang harus janji kalau Abang nggak boleh nakal, jangan buat Bubu sedih, nurut sama Kakak dan juga Bubu," pesan Jaehyun.

Jeno, anak kedua dari pasangan Jaehyun dan Taeyong itu menggeleng keras, tangisannya semakin menjadi-jadi, tidak rela harus jauh dan melepaskan sang ayah dalam waktu yang cukup lama.

"Da--daddy, hiks, Daddy harus pulang." Begitu kata Jeno yang mampu membuat hati Jaehyun berdenyut sakit.

"Daddy pergi cuma sebentar, janji setelah semua ini selesai, Daddy cepat pulang. Daddy janji!"

(✔) Pertama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang