03. Biaya

2.4K 237 14
                                    

"Jeno, uang SPP untuk dua bulan ini belum kamu bayar, ya. Tolong bilang sama orang tua kamu suruh melunasi dan temui ibu di kantor."

Penuturan dari sang guru sekaligus wali kelas Jeno terus terngiang dalam pikiran anak kedua Jung Jaehyun itu. Sembari terus melangkahkan kakinya menuju ke rumah dalam benak dan juga pikirannya saat ini tengah beradu.

Dalam situasi keluarganya sekarang, bagaimana Jeno menyampaikan hal ini terutama pada Taeyong.

"Udah benar aku nggak usah sekolah aja. Kenapa Daddy kekeuh banget suruh sekolah dan kejar pendidikan kalau situasi sama biaya nggak dukung," keluh Jeno dengan kakinya menendang batu kerikil yang di lihatnya.

Gerbang rumah Jeno sudah terlihat hanya tinggal beberapa langkah saja tetapi Jeno menghentikan langkahnya, menatap rumah bercat putih sebelum hembusan nafas panjang ia keluarkan. Jujur, rasanya berat bagi Jeno untuk pulang dengan keadaan hati juga pikirannya yang tidak sejalan.

"Jeno pulang!" seru Jeno setelah membuka pintu rumahnya dan masuk ke dalam rumah itu.

"Abang!"

Seorang anak kecil yang usianya baru menginjak empat tahun berlari ke arah Jeno, menyambut kedatangannya.

Melepas sepatu yang menjadi alas kaki, Jeno memeluk tubuh yang lebih kecil sembari mengelus lembut rambut hitam sang adik.

"Bubu sama Kakak kemana?" tanya Jeno yang berjalan mengikuti langkah adiknya dari belakang.

"Kakak nonton tv, Bubu di dapul lagi siapin mam," jawab sang adik dan Jeno mengangguk menanggapi.

Berjalan mendekat ke arah Mark yang sedang terlihat serius menonton sebuah acara berita, Jeno duduk di samping sang kakak membuat laki-laki kelahiran Kanada itu langsung menolehkan kepalanya ke arah Jeno.

Di lihatnya wajah dengan eskpresinya yang sedang kusut itu, Mark kemudian bertanya, "Jalan kaki lagi, Jen?"

Mendongakkan kepalanya sedikit lebih tinggi, Jeno mengangguk. Perlu di ketahui jarak rumah Jeno ke sekolahnya cukup jauh, jika di tempuh dengan menggunakan kendaraan menghabiskan waktu sekitar tiga puluh menit sedangkan berjalan kaki akan menghabiskan waktu sekitar satu jam lamanya.

"Terus kenapa mukanya di tekuk gitu? Capek?" Mark kembali bertanya karena sedari tadi ia perhatikan ekspresi wajah adiknya itu tidak berubah.

Mata sipit Jeno menatap lekat wajah Mark membuat seseorang yang di tatap mengangkat kedua alisnya bersamaan merasa bingung. Saat Mark akan kembali bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi dan menganggu pikiran Jeno, adik bungsunya yang sedari tadi diam, berjalan ke arahnya, tangannya tergerak untuk menggoyangkan lengan Mark.

"Kenapa?" tanya Mark dengan nada dan tatapan yang begitu lembut.

"Susu~" ucapnya.

Paham dengan sang adik yang sepertinya sudah mulai rewel, Mark memilih untuk mengurus terlebih dulu adik bungsunya, menggendong tubuh sang adik kemudian Mark berjalan ke arah dapur setelah menyuruh Jeno untuk membersihkan diri lebih dulu.

Di dapur, Mark dapat melihat Taeyong yang sedang mengiris bawang dan beberapa bahan lainnya untuk di masak sebagai menu makan malam mereka hari ini.

"Bubu belum selesai?"

Taeyong mengalihkan perhatiannya beberapa saat ketika mendapat pertanyaan dari Mark, "Tinggal goreng telur habis itu semuanya selesai," jawabnya lalu kembali fokus memotong kembali beberapa bawang-bawangan.

"Adek minta susu, ada nggak?"

"Masih ada, Bubu buatin sebentar, ya." Taeyong meninggalkan sejenak pekerjaannya dari memotong bawang untuk membuatkan susu formula si bungsu.

(✔) Pertama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang