13. Daddy!

2.3K 205 17
                                    

Ting!

Bunyi berasal dari ponsel yang tergeletak diatas meja belajar, satu-satunya barang mahal yang Jeno punya untuk sekarang. Menandakan ada notifikasi yang masuk ke dalam benda pipih itu membuat sang pemilik yang sedang tertidur diranjang nyamannya mulai terusik. Jeno memang seorang anak yang sensitif terhadap suara, sama seperti Jaehyun.

Mencari-cari benda pipih itu menggunakan tangan kanannya, dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya Jeno menyalakan ponsel tersebut dan ternyata benar. Ada satu notifikasi tertera pada layar.

Jeno nampak mengerjabkan mata sipitnya beberapa kali kemudian membaca ulang pesan yang dikirim oleh seorang dengan kontak yang Jeno beri nama Nana.

Membenarkan posisinya, Jeno bersandar pada headboard.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Ini serius?" monolog Jeno masih tidak percaya dengan apa yang ia baca. Tanpa menunggu lama lagi, segera Jeno menelepon adik kelasnya itu—yang merupakan seorang siswa pindahan dari Jepang.

Beberapa menit Jeno dan laki-laki yang kita ketahui memiliki nama panggilan Nana saling berbincang lewat panggilan telepon. Jeno mengakhirinya dengan terus mengucapkan kalimat terima kasih dan terima kasih sampai cukup membuat lawan bicaranya lelah karena terus berkata, iya.

Keluar dari kamar, Jeno berniat untuk bergegas mandi dan bersiap. Ia tak mau menyia-nyiakan kesempatan yang sudah datang padanya karena pada dasarnya kesempatan tak akan datang dua kali. Jika memang datang dua kali mungkin itu untuk memperbaiki kesempatan yang telah gagal didapatkan.

"Jeno, tumben mau mandi jam segini. Mau kemana?" Taeyong yang kebetulan melewati depan kamar Jeno bertanya. Ia habis dari kamar Mark, menyuapi dan membantu Mark meminum obat.

Apa yang harus Jeno katakan sekarang agar sang Bubu tak curiga dan memberikannya ijin pergi? Rasanya, tak mungkin bagi Jeno memberitahukan kepada Taeyong bahwa ia akan mulai bekerja.

"Em—" Jeno terdiam kembali. Memikirkan alasan apa yang tepat agar Taeyong cepat percaya.

"Aku mau main hari ini, diajak sama siswa pindahan. Dia juga udah kirim chat tadi bilang udah tungguin," jelas Jeno. Entah mengapa alasannya itu begitu mulus keluar dari mulutnya. Apakah skill berbohong Jeno mulai meningkat?

"Mau ke sini? Perlu Bubu buatin atau bawain sesuatu nggak?"

Jeno menggelengkan kepalanya dengan cepat, menolak tawaran Taeyong. "Nggak usah, Bubu. Dia nggak ke sini, kok. Justru, Jeno yang ke sana makanya ini mau langsung siap-siap."

🐯

Si bungsu, memperhatikan gaya pakaian yang sang Abang kenakan. Terlihat begitu rapi dan dipenglihatan Sungchan menambah kadar ketampanan sang Abang.

(✔) Pertama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang