04. Sosok

2.4K 212 17
                                    

Teriknya sinar matahari tidak menghentikan langkah seorang laki-laki bernama Mark, dirinya terus berjalan meskipun Mark sendiri tidak tahu harus melangkah dan menuju kemana.

Pergi dari rumah pukul sepuluh pagi hingga saat ini hari semakin siang dan semakin panas. Lelah, haus dan lapar, Mark rasakan tetapi tidak di hiraukan. Kakinya terus berjalan dan kedua matanya tidak berhenti melihat-lihat sekitar untuk mengetahui apakah ada sebuah lowongan untuknya dapat bekerja.

"Permisi," ucap Mark kepada seorang laki-laki paruh baya yang saat itu tengah duduk di depan toko miliknya.

"Iya, ada apa?" tanya laki-laki itu.

"Saya mau tanya, di sini buka lowongan pekerjaan nggak, ya? Saya mau kerja jadi apa aja," kata Mark kemudian.

Laki-laki paruh baya itu tidak langsung menjawab pertanyaan Mark melainkan dirinya memperhatikan penampilan Mark dari ujung kepala sampai ujung kaki kemudian kembali menatap wajah Mark.

Sedikit merasa kasihan karena wajah Mark yang sudah nampak kelelahan dengan adanya keringat yang muncul di sekitar keningnya, laki-laki yang Mark tidak ketahui siapa namanya itupun mengajak Mark untuk duduk terlebih dulu sembari berbincang.

"Ni, buatin minum," suruh laki-laki tersebut kepada seorang wanita yang Mark yakini adalah salah satu karyawan toko.

Tanpa menjawab lagi, wanita itu segera melakukan apa yang di perintahkan olehnya, meninggalkan dirinya dan juga Mark.

"Kamu cari pekerjaan?" tanyanya.

"Iya, Pak. Kalau toko ini butuh karyawan, saya mau kerja di sini jadi apa aja bagiannya saya mau."

Terlihat dari kedua mata Mark, anak itu sangat butuh pekerjaan dan benar-benar ingin bekerja.

"Makasih, Ni," ucap laki-laki paruh baya itu saat minumannya telah di antar oleh wanita yang sempat ia perintahkan tadi.

Mark pun mengucapkan terima kasih sembari tersenyum tipis saat wanita asing tersebut memberikan padanya segelas es teh manis lalu segera pergi dari hadapan mereka.

"Minum dulu, nak." Laki-laki itu mempersilakan.

Meminumnya beberapa tegukan, rasa dahaga yang sempat menyerang tenggorokan Mark pun tergantikan dengan sensasi dingin juga segar yang perlahan menjalar ke seluruh tubuhnya yang terasa panas.

"Kamu benar-benar pengen pekerjaan?" Kembali laki-laki itu bertanya.

"Iya, Pak." Dan Mark menjawab singkat.

"Tapi, saya lagi nggak buka lowongan." Perkataan dari laki-laki paruh baya tersebut sempat membuat harapan Mark runtuh seketika.

"Apa bapak nggak ada niat buat tambah satu karyawan lagi? Apapun itu tugasnya, pak." Mark nampak membujuk dan sedikit merayu.

Menggelengkan kepalanya, "Karyawan saya udah banyak, nak. Toko saya juga cuma ada ini dan nggak terlalu besar jadi beberapa orang aja cukup," ucapnya.

Mendengar penjelasan itu semangat dan juga harapan Mark yang sempat kembali bangkit pun semakin luruh, hancur dan hilang. Gagal sudah dirinya untuk mendapat pekerjaan secepat mungkin.

Tak mau berlama-lama ataupun berbasa-basi dahulu dengan laki-laki asing tersebut, Mark pun memutuskan untuk pamit, tak lupa dirinya mengucapkan banyak terima kasih karena laki-laki itu telah memberikannya minum juga memperbolehkannya istirahat sebentar.

🐯

"Mark mau pulang, boleh jemput Mark? Mark capek, Tuhan, hiks."

(✔) Pertama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang