09. Nasehat Seorang Kakak

1.9K 184 17
                                    

Mark terdiam dengan mata yang terus menatap lekat wajah disertai kedua mata sipit Jeno yang sudah berkaca-kaca.

"Capek, gue capek," ucap Jeno lirih bahkan kepalanya sudah tertunduk di susul air matanya yang berhasil turun setelah berusaha ia tahan agar tidak keluar.

Jeno yang kita kenal sebagai anak yang kuat dan pemberani bahkan jarang sekali menangis kecuali saat pertama Jaehyun divonis bersalah dan penjara dalam waktu lima bulan itulah terakhir kali Jeno mengeluarkan air matanya.

Tapi, untuk sekarang tolong izinkan anak kedua dari Jaehyun dan Taeyong itu untuk kembali mengeluarkan air mata yang sudah lama ia tahan dan bendung sendirian. Tak sanggup lagi rasanya bagi Jeno untuk terus bersikap seolah dirinya bisa melewati kondisi ini walaupun bersama dengan anggota keluarganya yang lain.

Izinkan Jeno lelah untuk kali ini — melepas topeng kepalsuan yang selama ini Jeno pakai untuk menutupi segala beban dan luka dalam hatinya. Jeno lelah.

"Pengen mati, a-aku pengen mati aja."

Kalimat terlarang tetapi pernah Mark ucapkan kini sang adik pun mengucapkannya bahkan di hadapan Mark langsung.

"Jaga omongan kamu, Jen. Bubu bakal sedih kalau dengar," ucap Mark meskipun tak dapat di pungkiri ia sendiri sering mengucapkan hal yang demikian.

Saat keadaan sama sekali tak diharapkan, banyaknya cobaan yang harus dilalui. Sungguh, dengan hanya memikirkannya saja sudah membuat Jeno lelah bukan hanya lelah fisik tetapi juga lelah batin.

Meskipun sudah tahu bahwa mengeluh bukanlah jawaban tapi entah mengapa untuk sekarang mengeluh menjadi suatu hal yang sangat diperlukan untuk mengurangi setidaknya sedikit beban yang tersimpan di hati.

"Aku capek, kak."

Sebagai seorang kakak, apa yang akan kalian lakukan jika melihat adik kalian menangis dengan suaranya yang terdengar sangat menyayat hati. Memeluknya?

Dan, ya. Sepertinya, tindakan itulah yang akan Mark lakukan.

Mendekatkan dirinya ke arah Jeno membawa tubuh itu hingga saat ini tengah bersandar pada bahunya.

"Seperti yang pernah kakak bilang, kalau kamu ada apa-apa, cerita sama kakak. Jadiin kakak tempat kamu berkeluh kesah dan bersandar. Mental kamu sama Bubu itu juga penting, Jen," tutur Mark mengulang kembali perkataannya yang beberapa waktu lalu pernah ia ucapkan khususnya pada Jeno.

Dengan kepalanya yang masih bersandar pada bahu sang kakak, untuk beberapa orang yang melihatnya mungkin hal seperti ini terlihat menggelikan apalagi Jeno dan Mark sama-sama anak laki-laki.

Sebagaimana kita ketahui bahwa jarang sekali kakak beradik apalagi jika keduanya sama-sama laki-laki akan jarang melakukan hal yang tergolong wajar sekalipun contohnya saja seperti; berpelukan.

Tapi, hal itu tidak berlaku untuk kakak beradik ini. Sejak kecil kedua orangtuanya selalu mengajarkan untuk berani mengucapkan kalimat atau melakukan tindakan kecil yang menunjukkan rasa kasih dan sayang.

🐯

"Kita cuma punya Bubu untuk saat ini, Jen."

Saat ini, masih di ruangan yang sama meskipun jam telah menunjukkan pukul sebelas malam. Mark dan Jeno belum juga bersiap untuk memejamkan mata mereka, mengistirahatkan tubuh yang lelah.

"Bubu yang selalu berusaha untuk bisa jadi pengganti Daddy selama Daddy nggak ada."

"Tapi, Bubu nggak bisa," potong Jeno sejenak membuat sang kakak terdiam.

(✔) Pertama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang