Hanya berdua keduanya langsung memberesi rumah, mulai dari membuka semua kain putih yang menutupi perabotan. Ada banyak debu, hingga hidung Mentari gatal-gatal. Langit malah terkekeh melihat hidung istrinya yang tampak memerah. Mereka menghentikan kegiatan, saling tatap, kemudian Mentari bersin. Langit langsung menghampirinya.
"Udah, udah, yuk ke kamar aja. Istirahat." Langit ingin tertawa sebenarnya, tapi kasihan juga melihat keadaan Mentari, tidak perlu diteruskan jika memang gadis itu tidak tahan.
Mentari menurut saja, masuk ke sebuah kamar yang akan menjadi kamarnya. Jadi mereka berdua sudah memiliki kamar yang terpisah, kamar Langit tepat berada di sebelah kamar Mentari.
Langit keluar dari kamar itu, dia sendiri akan melanjutkan beberapa hal. Terasa sangat kurang ajar, tapi jika memang itu mau Langit sendiri ya Mentari juga tidak bisa menolak. Langit sangat baik, Mentari mulai takut kalau dia tidak bisa memperlakukannya dengan baik pula. Mereka menikah tanpa cinta dan memang Mentari belum bisa mengatur sikapnya sendiri, dia belum bisa jika dituntut untuk memahami seseorang.
Tidak mau terlalu memikirkan apa yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan, Mentari memilih menarik selimutnya kemudian tidur siang. Kalau sekarang Langit baik, ya nikmati saja dulu segala kebaikannya.
Langit sendiri melanjutkan kegiatan, tidak semua barang dia lepaskan kain putihnya, hanya beberapa yang menurutnya akan terpakai oleh dirinya dan Mentari. Mereka tidak akan selamanya tinggal di sana, mungkin sampai nanti Langit memulai perkuliahan kembali mereka akan meninggalkan rumah itu. Langit akan kembali ke kosannya di Bandung, sementara Mentari kembali ke rumah orang tuanya.
Jadi yang paling membebani Langit adalah perihal nafkah yang akan dia berikan pada Mentari. Pernikahan tidak pernah sesederhana wasiat dari nenek mereka yang sudah meninggal. Mereka yang menjalaninya harus siap mental dan finansial, sementara mereka berdua tidak siap. Itulah kenapa orang tua mereka memilih tetap bertanggung jawab, jadi kuliah keduanya masih ditanggung orang tua, diberi mobil juga diberi rumah walapun rumah hasil peninggalan. Untuk nafkah sehari-hari, nanti mungkin Langit akan kembali menjual illustrasi yang dia buat, pekerjaan itu sempat dia geluti semasa SMA, tapi semenjak kuliah dan kuliahnya menuntutnya untuk menghabiskan banyak waktu belajar, maka Langit memutuskan untuk fokus.
***
Mentari terbangun sekitar pukul lima sore, iya cukup lama dia tertidur. Gadis itu memutuskan langsung masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Setelah berganti pakaian dia keluar dari kamar, langsung menuju dapur karena kerongkongannya terasa kering dan dia tentu butuh minum. Mentari melangkah menapaki lantai, rumah itu lumayan besar, apalagi gaya zaman dulu yang amat melekat membuatnya benar-benar terlihat luas.
Begitu masuk ke dapur, hal yang pertama dia lihat adalah Langit yang memakai kaus tanpa lengan, dengan apron yang menutupi bagian depan tubuhnya, Laki-laki itu tampak fokus mengaduk adonan. Mentari menelan ludahnya, selain karena Langit tampak seratus kali lebih seksi, juga karena ternyata dia jago masak, sementara Mentari? Sama sekali buta soal bumbu masakan.
Mentari memutuskan pura-pura cool, dia berjalan melewati Langit.
"Udah bangun?"
Sial! Kenapa secandu itu suaranya!
Mentari hanya menganggukkan kepalanya, sebisa mungkin dia tidak menoleh ke arah Langit, pokoknya di antara mereka berdua, jangan sampai Mentari duluan yang suka, dia tidak mau! Pokoknya harus Langit!
"Laper ya?" tanya Langit, di rumah itu tidak ada makanan, maka dengan inisitifnya sendiri dia memutuskan mencoba membuat roti sosis, hanya itu yang mengenyangkan saat ini.
Malu sekali kalau mengakui dirinya lapar sekarang ini, tapi kemudian pikirannya tidak sejalan dengan lambungnya, perut kurang ajarnya berbunyi dan ya itu membuat Langit terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentarinya Langit
Romance~Young Adult *** Bagaimana jika kedua orang tuamu menghadiri pernikahan sepupumu, tapi tiba-tiba kamu yang hadir secara virtual dinikahkan juga? Itulah yang dialami Mentari. Ketika orang tuanya sampai di rumah mereka sudah membawa menantu yang nota...