- Twelve-

73 11 6
                                    

⚠️ // Trigger Warning

Hwappie Reading!

.
.

"Oh ini pelakunya."

"Gak punya hati banget sih?"

"Anak baru udah bikin ulah!"

"Gak tau diri banget lo bitch!"

"Pembunuh lo anjing!"

"Mau sok sokan berkuasa lo sampe bunuh orang kaya gitu?!"

"Dasar pembunuh! gak punya malu apa dateng seenaknya ke kampus!"

"Malu maluin lo dasar gak punya muka!"

"Tanda tanda beban keluarga ya lo!"

Alyssa memejamkan mata rapat. Seperti dugannya, ia mendapat cibiran itu lagi, setelah kemarin berita itu tersebar. Kenapa dia selalu lupa membawa headset. Sesungguhnya dia lelah mendengar cibiran yang seolah tak ingin berhenti itu. Bahkan di kelas dirinya diserbu dengan temannya dengan hate speech yang, jika orang tidak kuat mental sudah pasti depresi. Untung mental Alyssa kuat, jadi dia tidak sampai depresi, hanya saja moodnya menurun drastis.

Dia menatap layar ponselnya yang retak, seseorang sengaja mendorongnya hingga ponsel dengan 3 kamera itu terjatuh. Kesal? tentu, ponsel miliknya bahkan belum ada di negara ini. Para bocah sialan! tidak bisa apa ya mereka tidak mendengar Rhysan. Anarkis lo pada. Begitulah isi hati Alyssa.

"Kenapa lagi? gitu banget mukanya." mendengar suaranya saja mood Alyssa meningkat. Alyssa mendongak cepat, menatap lelaki dengan wajah semangatnya. Seperti tidak terjadi sesuatu sebelumnya. Asher yang melihat itu pun hanya terkekeh lalu mengusap kepala Alyssa.

"Asher liat hp aku! rusak ih kesel. Tapi gapapa liat aja besok udah dateng baru." Alyssa menaik turunkan alisnya. Mengingat tadi dia sudah meminta hp baru ke daddy-nya, dan asisten daddy-nya besok datang langsung dari New York untuk memberinya ponsel baru.

"Rich people ya beda."

"Hehe gapapa ya sombong? biar mereka sadar lagi ngelawan siapa." Alyssa tersenyum lebar membuat Asher memicing.

"Iya An, gapapa. Lawan mereka dengan cara lo sendiri."

Alyssa mengangguk semangat, seperti anak kecil yang patuh pada perintah orang tuanya.

"Mari kak." sapa perempuan yang membawa kertas itu kepada Asher.

"Maaf kak, saya ada perlu sama Alyssa."

Asher hanya mengangguk singkat dengan wajah datarnya. Berbeda drastis saat berhadapan dengan Alyssa.

"Alyssa Moréanna kan? ditunggu di ruang auditorium sekarang."

"Gue?" tanyanya dengan ekspresi yang dibuat buat.

"Ngapain? gue bukan orang penting heii."

"Lo kan ikut lomba cipta puisi, mewakili prodi sastra Inggris."

"HAH?! lomba apaan? tau ada lomba itu aja gue gatau! gak gak! gak bisa gue. Gak handal jadi penyair gue sumpah!"

"Bule nyablak banget sih."

"Apa lo bilang?!"

"Hei, An. Keep calm okei?"

"Dan lo. Jadi panitia yang sopan."

Alyssa menghirup nafas panjang saat mendapat teguran dari Asher.

"Gini ya kak panitia. Gue gak pernah daftar jadi anggota lomba. Jadi lo salah orang kali kak."

Not YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang