- Twenty Six -

59 5 0
                                    

°• Hwappie Reading •°

.
.

Tangan berotot itu memegang kuat sebotol wine. Penyesalan belum menghampirinya saat mengetahui fakta bahwa Alyssa menolaknya. Ia pun juga tak bisa marah dengan ini. Yang jelas ia tak bisa- ralat belum bisa berkutik apapun saat ini untuk menaklukkan Alyssa. Perasannya membuatnya harus mengalah untuk sesaat pada Alyssa.

Diteguknya wine berkali-kali hingga sebotol tandas. Ia menyeringai melihat foto Alyssa di ponselnya.

"You'll be mine."

***

Seperti apa yang ia harapkan saat pertama kali ia menginjakkan kaki ditempat ini. Ketenangan dan ketentraman. Sapaan terus datang dari berbagai arah kepadanya, bahkan pujian kembali datang padanya, sama persis dengan saat pertama kali dirinya memasuki kampus ini, tepatnya sebelum dia bertemu dengan sosok Rhysan Haddes. 

Sapaan demi sapaan dan begitu pujian yang tak jarang ia dengar terasa tak berarti untuknya. Walaupun inilah yang ia harapkan, tetapi tetap saja bagian dalam dirinya sudah mereka rusak. Dan mereka tidak atau mungkin belum meminta maaf untuk itu.

Lamunannya tersadar saat ada yang menepuk bahunya. Ia menoleh menatap perempuan berambut panjang yang sedikit menundukkan kepalanya. Perempuan yang dulu juga ia harapkan tetap menjadi temannya, perempuan yang hanya menjadi temannya dalam waktu satu hari. Viona.

"Ada apa?"

Viona menatap Alyssa saat gadis itu bertanya santai.

"Alyssa, maaf ya gue ninggalin lo. Maaf gue gabisa bantu lo dan milih pergi. Gue beneran nggak berani sama Rhysan, Lys."

Viona menghela nafas saat Alyssa meninggalkannya begitu saja. Hal yang pantas ia dapat saat dulu dirinya hanya menonton tanpa membantu Alyssa yang dibully habis-habisan.

"Lo kenapa diem aja? Kejar gue dong kalo niat minta maaf!" Viona mendongak dengan cepat melihat wajah Alyssa yang sengaja dibuat kesal. Ia tersenyum lalu mengejar Alyssa.

"Jadi gue dimaafin nih?"

"Emang gue ada bilang maafin lo?"

"Yah Alyssa. Maafin dong yayayaa?"

Alyssa mengedikkan bahu dan tetap melanjutkan jalannya.

"Asal lo ga jadiin gue temen cuma sehari lagi."

Viona tertawa, "Enggak astagaa."

"Sorry." Viona membuka tangannya lebar, bermaksud meminta peluk. Alyssa mengangkat alis sebelum menubruk Viona dan memeluk erat.

"Gue benci banget sama lo sumpah."

Mereka tertawa sebelum kembali melanjutkan jalan ke kelas. Suasana didalam kelas tidak jauh berbeda dengan diluar kelas. Mereka tampak lebih santai saat mendapati Alyssa masuk. Bahkan salah satu dari mereka menawarkan Alyssa untuk bergabung dengan kelompoknya. Hal yang masih sulit ia cerna. Sebegitu hebat kah kekuasaan Rhysan, hingga semua keadaan bisa ia rubah semaunya dia.

Alyssa duduk ditengah orang-orang tanpa gangguan sedikit pun, ia masih mencerna apa yang terjadi di hidupnya sebelum 2 pemuda dan pemudi datang menghampirinya. Menyodorkan 1 kotak coklat yang ia tau dari negara Inggris. Barulah setelahnya teman kelasnya menghampirinya untuk memberikan secarik kertas. Tidak ada lagi lemparan, hanya sodoran lembut dengan senyum tipis. Setelah dirasa tidak ada yang memberikannya lagi. Alyssa dengan perlahan membuka satu persatu kertas itu. Tidak lupa menguatkan diri dengan isinya.

'Alyssa gue Rania. Maaf Lys, gue udah jahat sama lo.'

'Hai Lys, salken ya. Gue Varo. Sorry kita ga kenal tapi gue udah ikut bully lo. Dari hati gue yang paling dalem gue minta maaf Lys. Itu semua ga kemauan gue. Maafin gue ya biar kita bisa jadi temen."

Not YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang