l i m a

81.5K 5.5K 20
                                    

.: 5. Hidup Baru. :.

Seminggu sejak ia dinikahkan dan dikeluarkan dari sekolah, kehidupan Nalana berubah 180°. Kini ia tinggal di sebuah kontrakan bersama Arga. Arga sendiri masih sekolah atas permintaan Papanya. Lagipula, Arga tinggal menjalani satu semester lagi lalu lulus.

Sedangkan kedua orang tua Nalana seakan tak peduli lagi dengannya. Orang tua Arga pun begitu. Mereka seolah-olah tidak lagi memiliki hubungan dengannya ataupun Arga. Nalana tau, ia tidak harusnya bersedih karena ia sedang menanggung risiko atas apa yang ia perbuat.

Gadis itu meletakkan dua mangkuk mie rebus membuat Arga yang sedang bermain ponsel mendongak.

Laki-laki itu tampak berhenti memainkan ponsel dan menarik satu mangkuk mie rebus itu. Selama seminggu ia tinggal bersama Nalana, ia baru tau jika gadis itu tidak bisa memasak. Jadilah ia yang memasak atau membeli sayur dan lauk pauk jika ia tidak sempat memasak.

"Lo harus belajar masak. Lo nggak bisa ngandelin gue ataupun kita nggak bisa beli di luar terus. Sayang uangnya."

Arga menghela napas lalu bangkit berdiri membuat arah pandangan Nalana mengikuti ke manapun laki-laki itu pergi.

"Gue keluar. Kunci aja pintunya. Gue bawa cadangan."

Nalana hanya diam tak menjawab. Yang ia lakukan hanyalah menatap Arga yang sudah menghilang di balik pintu. Selama seminggu ini pula, Nalana tau Arga melakukannya hanya sebatas tanggung jawab, tidak lebih. Laki-laki itu terkadang tampak cuek dan pulang larut malam di saat dirinya sudah terlelap.

Nalana menghela napas. Ia menarik mangkuk mie yang tidak Arga makan.

"Makan, Nal, jangan dimuntahin."

🍑🍑🍑

Suara jarum jam yang bergerak malam itu beradu dengan derasnya air yang turun ke bumi. Nalana yang tadinya terlelap sekarang terjaga sendirian karena lagi-lagi ia tidak mendapati Arga di sampingnya.

Ia menyingkap selimut dan turun dari kasur itu menuju ruang tamu yang sudah banjir dengan air. Nalana terperangah, ia mendongak dan menghela napas saat melihat lubang-lubang kecil di atas sana.

Ia berbalik dan mengambil beberapa baskom untuk ia gunakan menampung air-air dari atas sana. Selanjutnya ia mengambil pel dan segera mengepelnya agar tidak licin.

Kontrakan ini hanya ada satu ruang tamu sekaligus ruang keluarga, lanjut dapur sekaligus satu kamar yang ia dan Arga tempati dan kamar mandi di belakang sana.

Setelah Nalana mengepel, ia duduk sembari menyipitkan matanya menatap jam yang sudah menunjukkan pukul satu malam. Ia melirik ke arah pintu berharap Arga segera pulang.

Hujan deras dan angin yang cukup kencang terkadang membuat Nalana takut. Jadilah sekarang ia hanya diam dan melamun.

Bahkan, ketika Arga membuka pintu Nalana masih diam tak merespons kehadiran Arga. Arga yang baru pulang dibuat terkejut saat melihat baskom yang berjejer rapi dan Nalana yang melamun.

"Nal?"

Nalana masih bergeming.

"Nalana, jangan ngelamun," tegur Arga membuat Nalana tersentak.

"Eh, Ga?" Nalana mengerjap kaget. "Kok basah? Nggak bawa jas hujan?"

Arga melirik bajunya yang basah kuyup. "Nggak. Lo ngapain di sini?"

"Anu, emm, tadi itu bocor. Gue nggak bisa tidur."

"Hmm. Balik aja ke kamar, biar gue yang beresin."

Nalana mengernyit. "Kenapa gitu? Mending lo mandi habis itu tidur. Itu udah bersih."

"Ya udah, siapin air anget."

Nalana hanya mengangguk lalu beranjak dari duduknya. Arga mengusap wajahnya kasar. "Sialan, nambah kerjaan aja," desisnya menantap atap kontrakan yang bocor.

🍑🍑🍑

Nalana menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya kecuali kepala. Sudah berulang kali dirinya mencoba menutup mata dan memaksakan tidur. Namun, tetap saja hasilnya nihil. Ia tetap terjaga dengan Arga di sampingnya yang juga belum tidur.

Nalana menghela napas jengkel. Sebenarnya ia menginginkan sesuatu, tetapi ia tidak tau apa itu.

Arga yang menyadari Nalana belum tertidur menoleh. Ia menutup matanya mencoba tidur dan tak memperdulikan Nalana. Namun, rasanya sulit sekali. Laki-laki itu tampak kembali melirik Nalana. Jika diperhatikan, Nalana sering sekali melamun.

Arga mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping dan menarik Nalana agar dipeluknya. Cowok itu menarik selimut dan menyelimuti Nalana. "Tidur. Dingin," bisiknya.

Nalana masih diam dalam keterkejutannya. Dalam diamnya itu, Nalana baru menyadari jika yang ia inginkan hanyalah Arga. Buktinya, rasa kantuknya datang begitu saja tanpa diminta.

Saat menyadari Nalana sudah terlelap. Arga menyunggingkan senyum. Tangannya menelusup menyentuh perut Nalana dan mengusapnya pelan.

Hidup lo sekarang beda, Ga. Jangan pikirin yang lain. Fokus sama tanggung jawab lo aja.

🍑🍑🍑

"Gue kerja di bengkel."

Nalana mendongak. "Bengkel?" beonya.

"Hmm."

Nalana hanya manggut-manggut sembari memasukkan kotak bekal ke dalam tas Arga. Arga sendiri yang memintanya. Katanya, lebih hemat membawa bekal dari rumah daripada jajan di kantin. Arga sadar hidupnya sudah tak semewah dulu.

"Gue berangkat." Arga berjalan keluar.

Nalana diam melihatnya. Nalana mengerti Arga sebenarnya tak menginginkan pekerjaan itu. Memang, cowok remaja mana yang ingin hidupnya hanya berpusat pada kerja dan kerja?

Nalana tersenyum kecut. Nggak guna lo, Nal.

🍑🍑🍑

emm, geli nulisnya, tapi candu👨‍💻🤣

dipublikasikan : 03-03-2022.

MASA REMAJA KITA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang