d u a p u l u h t i g a

60.4K 4.1K 35
                                    

.: 23. Pulang sebagai Pemenang. .:

Seminggu itu tak terasa berlalu. Arga dengan senyum cerahnya menghampiri teman-temannya yang berdiri di depan kelas menyambut kedatangannya. Pulang sebagai juara 2 tentu membuat Arga bangga. Walau jauh di dalam hatinya ia masih tidak bisa terima jika Zuan dari SMA sebelah mengalahkannya, lagi.

"Weshh, yang dapet juara sombong amat." Reyhan merangkul bahu Arga.

"Cakep nggak? Foto-foto, buat pamer ke yang nggak mampu." Arga berpose sembari menunjukkan medali yang ia bawa.

Liam menggeplak kepala Arga dari belakang. "Anda nggak usah sok yes."

Mereka tertawa bersama di depan kelas hingga menjadi pusat perhatian. Selain karena ketampanan mereka, suara tawa mereka yang tidak bisa dikontrol juga menjadi salah satu faktor mengapa mereka terus ditatap dari segala penjuru.

"Carlos mana?" Arga celingak-celinguk mencari keberadaan cowok jangkung itu.

"Carlos sekarang jarang sama kita, Ga. Sombong tuh anak. Milih ngedekem di perpustakaan mulu nggak mau kumpul. Ada aja alasannya kalau diajak kumpul," jawab Ares sekaligus mengeluh akan sikap Carlos yang berubah drastis.

"Bener?" Arga menoleh ke arah Liam dan anggukan dari Liam membuat Arga menghela napas.

"Gue ada ide." Rafi tiba-tiba saja berucap dengan senyum manisnya.

"Pa'an?" tanya Dava heran. "Melihat senyum manis-manis tai ayammu itu membuat aku tidak yakin idemu akan berjalan dengan lancar," lanjutnya membuat mereka kembali tertawa.

Rafi mendengkus, tetapi tidak mengurungkan niatnya untuk berbagi ide. Walaupun dia sendiri juga tidak yakin akan berhasil atau tidak.

"Sini, say, aike kasih tau."

Rafi berbisik-bisik membuat mereka menatap cowok itu aneh. Setelahnya, seruan berbarengan dari mereka membuat Rafi mendengkus keras.

"Tumben, pinter."

🍑🍑🍑

Dorongan dari seseorang di belakang membuat Carlos terdesak maju. Cowok itu menghentikan langkahnya dengan tatapan tajam bak elang yang siap menerkam mangsanya. Liam, yang sedari tadi mendorong Carlos hanya bisa menyengir sembari menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya tanda meminta maaf.

Carlos tak peduli, ia mendahului Liam masuk ke dalam markas membuat cowok pemilik nama lengkap Kelvaska Liam Anindito itu mengelus dadanya sembari mengucap kata sabar dan segera menyusul Carlos.

Liam mengikuti Carlos dari belakang dengan was-was. Mereka kini sedang menjalankan rencana Rafi. Walau dalam hati Liam sebenernya takut rencana itu tidak akan berhasil mengingat Carlos adalah orang dengan tingkat kepekaan yang tinggi.

Liam memberi kode pada Arga yang duduk sendirian, sedangkan Rafi, Reyhan, Ares dan Dava memilih tidak ikut dengan alasan masing-masing.

Arga tidak membalas, tetapi Liam tau cowok itu mengerti kode yang ia berikan.

"Selamat," ucap Carlos singkat sembari duduk di sofa menyenderkan kepalanya yang pusing bukan main.

"Makasih, bro." Arga mencoba basa-basi. "Kenapa lo? Pusing?"

Carlos duduk tegak, ia menyipitkan matanya sembari menggeleng. Walau pandangannya mulai mengabur perlahan. "Nggak. Punya siapa, nih?" tanyanya mengangkat segelas kecil minuman ber-arkohol dan meminumnya tanpa basa-basi.

Arga melotot tajam seolah bertanya pada Liam : lo kasih apaan ke dia?

Liam yang dituduh ikut melotot dan menggeleng pertanda ia tidak melakukan apa-apa.

MASA REMAJA KITA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang