e m p a t p u l u h l i m a

67.5K 3.8K 65
                                    

.: 45. Seluruh Nafas Ini. :.

Arga menjentikkan jarinya. Laki-laki itu mengubah posisi tidurnya menjadi tengkurap. Helaan napas kembali terdengar. Arga menatap Carlos dan Liam yang asyik main PS. Arga berguling kembali, posisinya berubah kembali menjadi berbaring. Cowok itu bergumam pelan menatap langit-langit kamar milik Liam. Sesekali cowok itu menyanyikan sebuah lagu. Hingga pada puncaknya, Arga bangkit duduk dan berdecak kesal. Orang menyebutnya 'gabut'.

"Gue kok gelisah banget, ya?" tanyanya tiba-tiba.

Jujur, ada perasaan gelisah sedari tadi. Arga mengkhawatirkan sesuatu, tapi entah apa itu, Arga tidak tau pasti.

"Kenapa, njir? Lo harusnya seneng lah habis menang balapan."

"Betul!" Carlos menjentikkan jarinya kembali ketika mendapati Liam kalah. "Lagian, lo harusnya seneng, karena lo bakalan ketemu Nalana habis ini."

Arga mengernyit bingung. "Kok?"

"Tadi gue telepon Nalana. Niatnya sih mau bantu lo sama dia biar masalah kalian cepet clear. Gue bilang aja lo kecelakaan, terus dia panik dan gue yakin mesti sekarang dia lagi panik nyari lo."

"Goblok," umpat Arga pelan. Cowok itu mengacak rambutnya frustrasi. Tanpa sadar, ia mengambil jaket Liam dengan asal, mengambil kunci motor milik Carlos dan segera berlalu begitu saja. Cowok itu tampak tergesa-gesa, raut wajahnya begitu khawatir.

"Kita salah, ya?" Liam menatap Carlos.

Carlos meringis. "Kayaknya."

🍑🍑🍑

Napas Arga memburu tak karuan. Pikirannya kalut bukan main. Entah mengapa ada perasaan gelisah yang terus menghinggapi dirinya. Cowok itu melirik ke arah ponselnya, bagusnya lagi Nalana belum terlalu jauh dari rumah. Hanya saja yang Arga khawatirkan, perempuan itu melewati jalan pintas. Di mana jalan itu sepi dan gelap. Arga hanya takut Nalana kenapa-kenapa.

Motor Arga melaju begitu cepat. Napasnya tercekat melihat Nalana ketika ia menemukan perempuan itu terduduk dan melindungi diri dengan kedua tangannya. Dengan gesit, cowok itu turun dan menghajar beberapa pria yang hendak melakukan merampas barang berharga yang Nalana punya.

"Brengsek," umpatnya.

Arga membabi buta. Cowok itu tidak mempedulikan berapa banyak pria itu, pikirannya kacau melihat Nalana menangis seperti itu.

"Anjing lo! Bangsat!" Arga melemparkan helm miliknya mengenai kepala salah satu dari mereka.

Arga melupakan fakta jika dirinya dulu sering ikut tawuran. Mungkin, sudah lama dirinya tidak menghajar orang sampai babak belur. Dan mungkin inilah waktunya.

Arga mengambil tongkat baseball milik preman itu yang tergelatak di tanah. Tanpa apa-apa, ia memukul seorang pria yang hendak memukulnya balik. Arga mendecih. "Jangan harap lo sentuh muka gue!"

Arga beralih menatap Nalana. Cowok itu mendekat, tetapi Nalana beringsut mundur ketakutan. "Nal," ucapnya lembut. "Ini aku, Arga. Kita pulang, ya."

Nalana diam. Arga menghela napas, sepertinya Nalana masih shock akan apa yang terjadi barusan. Arga menuntun Nalana pelan. Setelah memastikan Nalana duduk dengan baik, Arga segera melajukan motornya menuju rumah Nalana.

Sumpah demi apapun, Arga akan menghajar Carlos dan Liam besok.

🍑🍑🍑

Arga mengecek suhu badan Nalana. Untungnya sudah tak sepanas tadi. Arga duduk di samping Nalana yang berbaring, wajah perempuan itu memerah dan sembab. Semalaman Nalana menangis sembari memeluk Arga. Perempuan itu mengatakan ketakutan karena pria-pria kemarin hendak berbuat tak senonoh padanya, juga berlaku kasar.

MASA REMAJA KITA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang