.: 46. Memilih Bertahan. :.
Semenjak hubungan mereka membaik dua hari yang lalu, kini Nalana sudah kembali tinggal bersama Arga. Perempuan itu sedang memasak untuk makan malam. Sedangkan Arga sedang bermain dengan Bian walaupun Bian terus memberontak ketika digendong oleh Arga. Bagaimana tidak, semenjak Arga bertemu dengan Bian, laki-laki itu terus mengurung anaknya untuk tetap bersamanya.
Alhasil, seperti sekarang, Bian menepuk-nepuk pipi Arga yang berbaring di belakangnya, meminta untuk dilepaskan. Arga masih enggan, pria itu memejamkan matanya, matanya terasa berat.
"Wawawawa." Emosi, bayi itu menjambak rambut Arga cukup kuat hingga laki-laki itu memekik kecil. Bian tertawa, ia bertepuk tangan lantas merangkak menghampiri Nalana.
Bayi itu menggapai kaki Nalana membuat perempuan yang tengah menyiapkan makan itu menunduk. Bian merentangkan tangannya, hampir saja terjatuh ke belakang jika Arga tidak menangkapnya.
Bian memberontak, lagi, dan untuk kesekian kali. Arga mendengkus pelan. "Nggak kangen apa sama gue," gumamnya.
"Dia tuh pengen ke sana ke mari, Ga. Udah nggak mau anteng di tempatnya lagi."
Baru digendong sebentar oleh Nalana, bayi itu meminta untuk diturunkan dan kembali merangkak menghampiri mainan-mainannya. Bian melewati Arga, lantas melemparkan tatapan sengit ala bayi itu. Arga melongo. Saking herannya ia menatap Nalana meminta penjelasan.
Nalana terkekeh. "Dia emang gitu. Sama Papa aja musuh banget karena sering diganggu pas main."
"Tatatata, hrgg," oceh Bian. Melemparkan mobil mainannya ketika tau Nalana sedang membicarakan dirinya.
Arga menghela napas. "Aku ketinggalan banyak perkembangan dia."
"Maaf."
Arga tersenyum, mencuri kecupan dari Nalana. "Nggak apa-apa."
"Kamu makan dulu, gih. Mumpung masih jam 7 jadi bisa lanjut tidur lagi."
Nalana duduk di karpet, menghalau Bian yang hendak menganggu acara makan malam Arga. Bian mengerjap, menunjuk Arga, mengadu pada Nalana. "Mam!"
"Iya ayah mam dulu, Bian 'kan udah tadi," balas Nalana.
"Mam mam mam mam!" pekik Bian makin menjadi.
"Bian laper lagi mungkin, Nal?"
"Enggak, Ga. Dia udah makan tadi. Emang anaknya suka nge-rusuh aja." Nalana mengambil biskuit milik Bian lalu memecahkannya menjadi kecil-kecil.
Bian menikmati dalam diam biskuit yang ia makan. "Mam?" tanya Bian sambil menunjukkan biskuitnya.
"Iya, Bian mam biskuit. Bian belum boleh mam yang dimakan sama ayah."
Bian menggaruk rambutnya. Bayi itu pergi lagi, mengejar bolanya yang menggelinding.
"Nal! Nal! Awas kepalanya Bian kena pintu!"
Nalana menghampiri Bian tergesa. Bian menyengir, bertepuk tangan setelah mendapatkan bolanya. Nalana memejamkan mata jengkel. "Ampun, kamu nggak bisa diem banget. Nanti kalau kepalanya kena pintu gimana?"
"Ayo tidur aja. Kamu makin malem makin usil," keluhnya.
Arga memperhatikan Nalana yang menggendong Bian. Memberikan bayi itu susu membuat ia diam, walaupun terkadang masih memberontak beberapa kali hingga akhirnya tertidur juga.
Arga menggeleng pelan, ia tersenyum geli. Sebelumnya ketika ia tinggal bersama kedua orang tuanya, Arga tidak pernah merasakan hal ini. Rumahnya sepi, semuanya sibuk dengan urusan masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASA REMAJA KITA [End]
Novela JuvenilCover : Pinterest. Nalana Sasmita menyukai Arga sejak kali pertama bertemu. Sedangkan Arganta Gilang Bhagawanta hanya menganggap Nalana seorang gadis cupu. "Positif?" Nalana bungkam, hanya terdengar suara isakan yang menjawab semua pertanyaan Arga...