d u a p u l u h e n a m

62.9K 4.2K 53
                                    

.: 26. Nginep. :.

Nalana berjalan lesu dengan mulut yang tak berhenti mendumel. Sesekali kakinya menendang batu-batu kecil saking kesalnya. Nalana mengerang frustrasi. Tadi pagi ketika dirinya berangkat ke laundry, kabar buruk tiba-tiba saja menghampirinya. Ia dipecat dari laundry dengan alasan Mbak Tami sudah menemukan orang yang lebih tepat dan dengan keadaan Nalana yang sedang hamil membuat Nalana terbatas melakukan apapun. Mbak Tami takut jika terjadi sesuatu.

Nalana sebenarnya tidak masalah. Namun, apakah tidak bisa dibicarakan baik-baik dulu? Ah, sudahlah, Nalana terlanjur jengkel akan hal itu.

Nalana menggeram kesal saat seseorang berdiri di depannya. Saat ia mendongak dan akan mengomeli siapapun itu yang menghalangi jalannya, Nalana dibuat terkejut dengan Aruni yang berdiri di depannya dan merengkuh tubuhnya.

"Nalana ...," panggil Aruni lirih.

"M-Mama?"

"Ini mama sayang."

Aruni mengeratkan pelukannya. Sedangkan Nalana masih shock saat melihat kehadiran Aruni dan menangis di hadapannya.

"Mama, Nalana kangen ..." Nalana membalas pelukan Aruni.

"Maaf, sayang. Maafin Mama."

Aruni melepaskan pelukan dan menangkup wajah Nalana. Ibu jarinya menghapus air mata Nalana yang keluar membasahi pipi. "Ikut mama pulang, ya?"

Nalana diam. Tidak menjawab.

Aruni tersenyum tipis lalu mengajak Nalana untuk duduk. "Maafin mama soal keegoisan mama sama kamu dan Arga. Mama kalut, Nal. Mama takut kehilangan kamu. Semalem mama sadar kalau yang mama lakuin ini salah. Mama bertengkar sama Papamu masalah ini, Nal. Maafin mama."

"Maafin Nalana juga, ma."

Aruni mengelus kepala Nalana lembut. "Nginep di rumah, ya. Arga ajak sekalian biar mama bisa minta maaf sama dia."

Nalana hanya menganggukkan kepalanya enggan menolak. Keadaan hatinya sedang tidak baik dan ia merasa lebih baik jika ada Aruni.

"Iya, ma."

🍑🍑🍑

Aruni mengelus perut Nalana merasakan gerakan dari dalam yang cukup aktif. Saat menjumpai Nalana tadi, Aruni rasanya ingin menangis sekeras-kerasnya karena pangling melihat Nalana. Tidak menyangka jika sebentar lagi ia akan menimang cucu.

"Mama, jangan dielus terus, Nalana ngantuk." Nalana menguap lebar.

Aruni menatap Nalana aneh. Bisa begitu, ya?

"Ya udah tidur sana."

"Nanti kalau Arga pulang gimana? Papa juga. Nalana kangen Papa."

"Ya udah. Tunggu dulu. Mau bantuin mama masak?"

"Boleh, ma. Ajarin sekalian, ya."

"Iya, bumil."

Di sisi lain Arga yang baru pulang dari bengkel langsung menuju rumah Nalana. Setelah sampai, bukannya langsung masuk cowok itu malah menatap cemas rumah Nalana. Bukannya apa, Arga bertemu Sada dan Aruni hanya satu kali saja. Lalu di pesan tadi Nalana menuliskan akan menginap di sini apakah dirinya tidak mati canggung?

"Ga? Kenapa nggak masuk?"

Saat tepukan kecil mendarat di pundaknya, Arga terjengit kaget dengan mata yang melotot bersiap mengumpat.

Sada terkekeh geli melihat raut wajah Arga. "Kenapa nggak masuk? Malah berdiri di sini."

Arga gelagapan lalu menggeleng. "A-anu, Pa--"

MASA REMAJA KITA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang