t i g a p u l u h d e l a p a n

57.4K 3.7K 89
                                    

.: 38. Salah Paham. :.

Arga tidak pernah mengerti apa yang salah dari dirinya hingga Nalana mendiaminya seperti ini. Sudah berbagai cara ia lakukan untuk membujuk Nalana agar mau berbicara padanya, tetapi hasilnya nihil. Nalana masih mendiaminya sampai saat ini. Satu yang Arga tau, ketika ia kembali, Nalana tertidur dengan wajah memerah dan sembab, yang pasti, ada kesalahpahaman di antara keduanya.

"Nal," panggil Arga, lagi.

Nalana hanya menoleh, menatap sekilas dengan raut seolah bertanya : kenapa?

Arga menggeleng. "Kamu kenapa? Kamu sakit, ya? Atau aku ada buat kesalahan yang buat kamu jadi marah?"

Nalana memalingkan wajahnya. Ia hanya menggelengkan kepala.

Arga jenuh seperti ini. Laki-laki itu menghampiri Nalana dan menyentuh bahu perempuan itu. Namun, Nalana menyentaknya kasar dan kembali menangis membuat Arga tambah tidak mengerti.

"Kamu kenapa, Nal? Kalau kamu gini terus aku nggak tau kesalahan aku apa, aku bingung. Bicara sama aku biar aku tau kamu kenapa."

"Nggak usah pura-pura nggak tau, Ga." Ucapan Nalana kian melirih hilang terbawa suara isakannya yang memilukan.

Tidak usah berpura-pura tidak tau? Arga mengusap wajahnya kasar, apalagi ini? Ia bahkan sangat lelah semalam, ia juga tidak merasa melakukan apapun. Ia juga tidak merasa menyembunyikan apapun dari Nalana. Lalu, apalagi yang perempuan itu pikirkan?

"Nal--"

Plak!

Arga tersentak. Laki-laki menatap Nalana tajam. "Maksud kamu apa sih, Nal?! Aku capek kalau kamu kayak gini terus! Nggak mau cerita apapun sama aku, kamu selalu pendam semuanya sendiri! Aku capek, Nal! Capek!"

Nalana menatap Arga tidak percaya. "Kalau kamu capek aku apa, Arga? Kamu nyuruh aku percaya, tapi kamu sama sekali nggak pernah tunjukkin sikap biar aku bisa percaya sama kamu! Aku ..."

Nalana lemah soal ini. Ia ragu saat menatap sorot Arga yang juga sama-sama terluka.

"Kamu apa, hah? Kamu cuma bisa nyalahin aku! Aku bingung sama sikap kamu, Nal!"

Nalana melemparkan ponselnya tepat di depan wajah Arga. "Sekarang kamu bingung, nggak? Kamu pamit sama aku semalem karena mau ngurusin pekerjaan, tapi sekarang apa? Kamu ke Club sama cewek itu, Ga! Gila kamu, bahkan di saat anak kamu lagi sakit, kamu tega ngelakuin itu sama kita, Ga!"

Tangan Arga terkepal di sisi baju. Laki-laki itu melempar vas bunga yang ada di belakang Nalana. Suara bantingan yang sangat keras itu membuat Nalana terkejut, bahkan Bian yang baru saja terlelap sampai terbangun dan menangis.

Nalana beringsut mundur, ia ketakutan dan beralih menenangkan Bian. Memeluk bayi itu sembari menenangkan dirinya.

Arga mengusap wajahnya kasar, ia memilih keluar dari ruangan dengan emosi yang masih menggebu-gebu.

Di saat Arga keluar, Ratna dan Wijaya yang baru saja datang tampak terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

"Nal, Nalana!" pekik Ratna kaget lalu memilih memeluk menantu dan cucunya yang masih sama-sama menangis. Sedangkan Wijaya memilih mengejar Arga.

"Bun ... N-Nalana takut ..."

🍑🍑🍑

Raga melepaskan bogemannya tepat di rahang Arga hingga cowok itu terkapar tak berdaya. Raga menghela napas, ia menarik Arga kasar dan mendudukkan cowok yang sudah mabuk berat itu ke sofa. Sedangkan Carlos dan Liam hanya diam menyaksikan. Mereka takjub, selama ini Arga tidak pernah bercerita tentang Raga, kembarannya. Ketika cowok itu datang, maka terkejutlah Carlos dan Liam. Sempat terlintas di pikiran mereka bahwa itu adalah hantu.

Kembali pada Raga, cowok itu sibuk mencari ponsel Arga yang terus berdering. Nama 'Nalana' tertera di layar ponsel. Napas Raga memburu tak karuan, ia memilih menolak panggilan tersebut dan mengetikkan sesuatu.

Nalana.
online.

| Bisa pulang?

| Bian rewel cari kamu.

Sorry, Nal. Ini aku, Raga. Kembarannya Arga. Arga mabuk berat, kayaknya dia nggak bisa ke sana sekarang. |

Pesan itu hanya dibaca, Raga memilih untuk menyimpan ponsel Arga.

"Sorry kalau Arga bikin repot kalian. Kalian bisa pulang, biar aku yang urus Arga."

Sekali lagi, mereka cengo dibuatnya.

"O-oh, iya-iya, kita balik. Ayo, Yam. Kita duluan." Carlos menarik tangan Liam yang masih terbengong.

"Iya."

Setelah kepergian Carlos dan Liam, Raga melirik ke arah Arga yang terus meracau. Cowok itu memilih menopang tubuh Arga untuk sampai ke lantai atas, menidurkannya.

"Gimana Arga?"

Raga membalikkan badan. "Udah lumayan, Pa. Udah nggak ngamuk kayak orang gila."

"Jagain Arga, selesaikan masalahmu dengan dia."

Raga mengangguk singkat. "Iya. Maafin Raga, Pa."

"Maaf sama Arga, bukan sama Papa."

Melihat kepergian Wijaya, Raga menghela napasnya berat. Cowok itu melepas kaosnya, melirik ke arah Arga yang masih terus meracau perihal hal yang sama ; Nalana, permintaan maaf dan penyangkalan jika Arga tidak selingkuh.

Raga mengambil ponsel Arga, mengirim kontak Nalana ke ponselnya. Cowok itu tersenyum kecut.

"Ngomong sama kamu aja aku nggak pernah, Nal. Kok bisa, aku sesuka itu sama kamu?"

🍑🍑🍑

Raga memilih diam ketika Arga melayangkan pukulan berkali-kali ke arahnya. Cowok itu hanya bangkit berdiri dan mengusap sudut bibirnya yang berdarah.

"Bajingan lo!" maki Arga. "Nggak puas lo bikin hidup gue menderita?! Percuma lo sekolah jauh-jauh ke Perancis kalau otak lo aja nggak jalan, anjing!"

Arga mengatur napasnya yang memburu. "Lo suka 'kan sama Nalana? Foto yang selalu lo bawa ke mana-mana itu Nalana waktu SMP, 'kan? Asal lo tau, Ga, semenjak Nalana masuk SMA, gue selalu perhatiin dia. Gue tolongin dia waktu dia dikurung di gudang, karena gue tau lo suka dia. Gue coba berbagai cara biar Nalana nggak kenapa-kenapa. Gue jadiin dia target bully gue biar orang-orang nggak berani deketin dia. Demi apa? Demi lo!"

Arga tertawa sumbang setelahnya. Ia mengusap wajahnya kasar. "Nyesel gue lakuin hal itu kalau akhirnya kelakuan lo sama Nalana juga buat gue muak."

"Kamu nyesel nikah sama Nalana?"

Arga mendecih. "Lo pikir? Lo tau se-sayang apa gue sama Agatha. Tapi kelakuan lo di masa lalu malah buat gue jauh dari dia. Selama ini gue coba bertahan karena Bian, gue coba buka hati buat Nalana. Gue lakuin apapun itu biar gue bisa lupain Agatha. Tapi apa, Ga? Lo buat gue kecewa buat kesekian kalinya."

"Nalana, gue nggak tau lagi mau ngomong apa soal cewek itu. Gue kecewa sama dia, gue nggak tuntut apapun ke dia. Tapi, dia selalu nggak percaya sama gue. Dia selalu berpikiran hal buruk ke gue setelah apa yang gue lakuin ke dia. See? Nggak ada yang percaya gue mau berubah, 'kan? Jadi buat apa? Udahlah, gue capek."

Raga menahan Arga agar tidak pergi. "Biar aku yang ngomong sama Nalana."

"Gue nggak peduli apapun yang akan lo ataupun Nalana lakuin. Yang gue tau, tujuan hidup gue cuma buat Bian, nggak ada yang lain lagi."

Raga menatap kepergian Arga. Cowok itu menjambak rambutnya kasar. "Brengsek lo, Araga! Cewek yang lo suka menderita gara-gara lo!"

Hancur sudah pertahanan Raga jika menyangkut perihal Nalana.

🍑🍑🍑

sebenernya, kenapa?

ada yg bisa nebak?

wkwk, yg bisa nebak tak doain crushnya peka💅

dah, ya, segini dulu, bye

dipublikasikan : 05-06-2022.

MASA REMAJA KITA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang