d u a p u l u h

68.5K 4.2K 77
                                    

.: 20. Hari Buruk untuk Arga. :.

"Sorry banget tapi gue harus bilang ini sama lo, Ga. Lo ... nggak bisa kerja lagi di sini. Lo dipecat."

"Loh, kenapa, bang? Gue ngelakuin kesalahan, ya? Atau apa?" Tentu Arga bingung, selama kerja part time di restoran ini, Arga melakukan pekerjaannya dengan baik. Lalu tiba-tiba dipecat dengan alasan tidak jelas, tidak heran jika ia bingung, 'kan?

"Sorry, Ga, tapi gue nggak bisa jelasin alasannya. Ini gaji lo."

"Loh, ya, nggak bisa gitu dong, bang. Di mana-mana orang dipecat ada alasannya, lah gue aja nggak ngelakuin kesalahan kok tiba-tiba dipecat? Nggak etis aja kalau dipikir," protes Arga spontan.

"Saya yang pecat kamu. Kenapa? Kamu nggak terima?"

Arga sontak menoleh ke belakang. Pradipta berdiri angkuh dengan senyum miringnya. Ah, Arga lupa jika yang membuatnya bekerja di sini juga Agatha. Namun, gadis itu bungkam dengan kebenaran bahwa restoran ini milik Pradipta, ayah gadis itu.

Arga membalas senyuman Pradipta dengan sinis. Jujur, ia muak dengan pria itu. "Maaf, om, saya nggak tau. Saya akan keluar sekarang, maaf kalau sempet ngerepotin, om."

Arga beralih pada Yosua. "Makasih, bang. Maaf kalau gue ada salah di sini."

Beralih lagi pada Pradipta, Arga membungkuk sedikit. "Saya rasa, pecat orang karena ada hubungan pribadi yang tidak mengenakkan, itu bukan suatu hal yang profesional. Saya permisi. Mari."

Arga berusaha meredam amarahnya. Ia melirik ke arah Carlos, Liam, Agatha dan Kristal yang sedari tadi menguping pembicaraan. Tidak berniat menyapa, Arga langsung pergi begitu saja.

Agatha menghampiri sang ayah.

"Pi! Papi kok gitu sih sama Arga? Agatha nggak suka, ya, papi jadi kayak gini."

"Papi nggak suka sama orang yang menyakiti kamu, sayang. Papi melakukan ini buat kamu, kok."

"Nggak. Papi nggak ngelakuin ini buat Agatha. Agatha nggak suka, Pi."

"Tapi Papi rasa itu hal sepadan dengan yang dia lakukan. Sudahlah, Papi ingin kembali bekerja. Have fun dengan temanmu."

Agatha dengan rasa kesalnya menatap Pradipta yang sudah pergi dari hadapannya. Agatha tau sakitnya Pradipta saat ia disakiti oleh Arga di saat pria itu tak pernah menyakitinya. Hanya saja, Agatha tidak ingin ayahnya dikelilingi oleh dendam. Atau Agatha yang sudah terlanjur cinta dengan Arga? Agatha juga tidak tau. Bodoh memang.

"Gue gemes banget sama Papi, Los. Gue pengen ngamuk. Tapi gue sayang sama Papi. Kasihan Arga 'kan, gue nggak enak sama dia."

Carlos menatap Agatha dari samping. Ia hanya tersenyum tipis.

"Belum tentu Arga aja mikirin lo. Kenapa lo harus mikirin dia segitunya?" ucap Carlos, nada bicaranya tampak tidak suka.

Saat Agatha menoleh, ada Carlos yang masih senantiasa menatap gadis itu dari samping. Agatha mengalihkan pandangannya, merasa tertohok dengan ucapan Carlos dan merasa sedikit salting akan tatapan laki-laki itu.

"G-gue duluan, Los. Gue tunggu di mobil."

Liam menyenggol lengan Kristal saat Carlos menyusul Agatha.

"Lo mau tau rahasia Carlos yang nggak diketahui sama orang-orang, nggak?"

"Pa'an?" Kristal menoleh.

"Janji dulu mau gue anter pulang, ya?"

"Nggak dulu."

Kristal melenggang pergi. Liam melongo.

"Anjir, awas aja lo kalau gue nggak ada gue yakin lo bakalan nyariin gue!" pekiknya jengkel setengah mati.

MASA REMAJA KITA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang