Chapter 6-1

20 4 1
                                    

Warning : AU, TYPO, Boys Love and Time Skip.

" princess somi sangat cantik dan imut!!"

Gadis berusia tiga belas tahun itu tersipu malu mendengar pujian papanya yang menggebu. Ini memang kali pertama kai melihat dirinya mengenakan seragam musim gugurnya. Seminggu kemarin dia sibuk diluar kota hingga tak sempat melihat somi mengenakan seragam barunya.

" Aku pulang" Somi bahkan belum sempat mengucapkan salam.

"Selamat datang" sehun menyahut terlebih dahulu," ada kegiatan klub? Kau pulang satu jam lebih lama dari biasanya." Sehun melirik jam dinding yang menunjukkan pukul enam.

Somi menganggukkan kepala," Aku dan yuna ikut klub merangkai bunga."

"Sudah ayah kira," Komentar sehun," Kau lapar? Kemarilah. Mamamu baru membuat makan malam untuk kita."

Jdukk!!!!

Sendok sayur yang dipegang kai melayang ke kepalanya. Ia memasang raut cemberut—indikasi umum bila merasa tak suka. Belum lagi sorot matanya yang dipenuhi begitu banyak prasangka. Dan pandangan tak enak itu nyata-nyata ditunjukkan pada pasangan hidupnya.

" Pertama, jangan menyuruh Somi memanggilku 'Mama'. Aku ini Papanya, Tahu! Kedua, sejak kapan kau begitu dekat dengan Somi?" Kai menuding Sehun, dengan sendok sayur tentu saja.

"Kalau bicaramu begitu, kau terdengar seperti cemburu,"sehun menatap intens pasangan hidupnya. Demi kaus kerang ajaib, Kai bersumpah pandangan Sehun ini berisi seduksi berkali-kali lipat ketimbang biasanya!

" Tentu saja, bodoh! Aku kan jadi merasa kalah dalam hal memperhatikan Somi" gerutu Kai, " minggir! Ini punya somi."

Somi hanya tersenyum geli. Biarpun sering terlihat berkelahi – baik fisik maupun verbal – ia tahu kedua orang tuanya saling mencintai dan menyayangi. Orang lain mungkin melihatnya sebagai interaksi ekstrim, tapi itulah cara mereka berkomunikasi. Toh, selama ini pertengkaran itu selalu berakhir dengan pelukan erat atau ciuman di pipi.

" Haechan pasti tidak satu klub dengan mu" komentar kai sambil meletakkan mangkuk berisi sop ayam dihadapan putrinya. Pertanyaan yang bodoh sebenarnya. Tidak ada yang sanggup membayangkan bocah seperti haechan tiba-tiba duduk tenang menata lily dan fressia menjadi sebuah buket cantik lalu dipersembahkan pada seorang wanita.

" Emmm, Papa. Haechan tidak satu sekolah denganku," koreksi Somi.

" Hah? Kok bisa?" kai menatap tak percaya. Nyaris melotot saking kagetnya.

" Anak seperti Haechan tidak cocok memakai seragam sailor, rok pendek, dan pita warna-warni sayang," Sehun menyerigai, "aku memasukkan somi ke sekolah putri. Kau sendiri yang bilang kau takut somi akan didekati pemuda brengsek."

"Apa?! Kenapa kau tidak bilang padaku?! Ck.." Kai terlihat bersungut-sungut, " Soal menjaga Somi di sekolah , kan sudah ada Haechan."

"Kita tidak bisa seratus persen mengandalkan Haechan. Dan lagi, aku ingin Somi tumbuh seperti anak perempuan pada umumnya. Selama ini teman mainnya Cuma Haechan," jelas Sehun

" Tapi aku tetap merasa lebih aman kalau ada Haechan," komentar Kai lagi.

" Berdoa saja supaya Haechan jadi menantu kita suatu saat nanti" kata Sehun

Somi hanya bisa mengerjap-ngerjapkan bola matanya mendengar konversasi mereka. Ya ampun! Umurnya saja baru tiga belas tahun, tapi orang tuanya sudah berpikir jauh kesana. Yang Somi tahu, biasanya orang menikah karena cinta. Sedangkan ia tak begitu mengerti cinta itu apa. Ketika ia mengartikan cinta itu seperti perasaannya pada mereka, papanya mengatakan bahwa hal itu sama sekali berbeda. Saat ia dewasa, cinta yang dirasakannya pada seorang pemuda akan berbeda dengan cintanya pada orang tua.

Gara Gara HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang