Chapter 10

36 3 1
                                    

Warning : Typo, AU and OOC

Happy Reading

.
.

🐻🐻🐻

"Haechan itu sebenarnya suka beneran nggak sih sama kamu?!"

Boneka beruang sebesar lemari milik Somi jadi sasaran uneg-uneg Shin Yuna. Si Pirang ini memang sengaja main ke rumah Somi setelah gadis Oh itu curhat soal sikap Haechan. Yuna penganut love oriented, itu sebabnya ia selalu gemas menantikan romansa Haechan dan Somi dipenuhi bunga-bunga. Sayangnya, baik Haechan maupun teman baiknya sama-sama tidak berkeinginan mengucapkan kata cinta.

Somi sendiri tak bisa menjawab pertanyaan Yuna dengan jawaban pasti. Pribadi Haechan memang terlalu sulit dimengerti. Kadang-kadang ia cuek setengah mati, lalu tiba-tiba ia datang dan memperlakukan Somi bak seorang putri. Yang paling sering adalah melontarkan kata-kata sarat seduksi. Lebih parah lagi jika ia melakukannya disertai tindakan fisik yang biasanya hanya dilakukan pasangan lovey-dovey. Seperti kemarin, ketika Haechan memeluk Somi yang sebelumnya tengah bersama Mark.

Entah Haechan benar-benar suka padanya tapi tak mau bilang atau ia hanya sekadar senang bermain-main, Somi tak pernah tahu apa yang sebenarnya ada di pikiran Haechan.

"Entahlah. Aku juga bingung. Sikapnya yang kadang-kadang seperti tidak suka kalau Kak Mark mendekatiku itu membuatku punya harapan lebih. Tapi ... tetap saja tidak ada kepastian begini," tutur Somi termangu.

"Ngomong-ngomong, Kak Mark itu ganteng banget, lho. Pintar lagi. Kelihatannya dia juga baik. Kamu yakin nggak mau mempertimbangkan dia?" tanya Yuna.

"Kak Mark tidak pernah bilang kalau dia menyukaiku. Surat cinta yang dulu ditulisnya kan sudah belasan tahun yang lalu. Aku bahkan tidak yakin ia mengerti apa yang ditulisnya waktu itu," ujar Somi.

"Tapi kemarin dia bilang kamu cantik, lho," Yuna mencoba mengingatkan Somi, "kurasa itu bukan pujian kosong. Menurutku, dia juga sedang melakukan upaya penjajakan padamu."

Somi tak sepenuhnya menolak argumen sahabatnya. Ada sisi lain dalam dirinya yang merasa tersanjung dengan cara Mark memperhatikan dirinya. Ia juga cukup peka untuk menilai bahwa perhatian Mark bukan tanpa tujuan apa-apa. Hanya saja, sepanjang Mark tak terang-terangan mengatakan cinta padanya, Somi bisa bersikap santai dan menganggap Mark sebagai teman biasa.

Lagi pula selama ini Mark juga menjadi teman bicara yang menyenangkan. Setidaknya Somi tak perlu berjuang melawan rasa deg-degan seperti yang sering terjadi tiap kali ia mendengar kata-kata seduktif yang Haechan ucapkan. Memang terkadang terselip pujian yang membuatnya merona, tapi Mark tak pernah mengodanya terus-terusan.

Ya ampun ... sejak kapan aku membandingkan Senior Lee dengan Haechan begini

"Bagaimanapun Kak Mark itu layak dipertimbangkan, lho," komentar Yuna, "aaa~~ pasti menyenangkan sekali ditaksir pemuda se-perfect Kak Mark. Aku mauu...!"

"Kamu kan sudah punya Hyunjin," seloroh Somi.

"Hyunjin nggak secetar Kak Mark," kata Yuna setengah keceplosan, "eh, tapi dia tetap yang terbaik buatku sih. Jangan bilang-bilang sama Hyunjin, lho, Somi."

Somi tertawa kecil, "Iya, iya. Wajar saja kan kalau kita punya sosok idola."

"Syukurlah...," Yuna terlihat lega, "eh, kenapa kamu nggak coba mancing Haechan supaya mengaku? Biar kamu nggak dikasih harapan palsu melulu. Atau kalau perlu, kamu duluan yang bilang kalau kamu suka sama dia. Menyimpan uang di bank sih bisa dapat bunga, tapi menyimpan cinta di dalam hati sih mana bisa bikin kita berbunga-bunga."

Gara Gara HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang