Chapter 8

16 3 2
                                    

Warning : Typo, AU, OOC, Boy's Love dan Panjang

.
.
.

Happy reading

.
🐻🐻🐻


Musim semi, saatnya bunga-bunga terbangun dari hawa yang membekukan. Berseri-seri, menyambut sinar mentari yang memberi kehangatan. Rasanya menyenangkan melihat kuncup-kuncup indah itu bermekaran. Apalagi kalau...,

... tunggu dulu.

Rasanya deskripsi musim semi macam itu cocoknya keluar dari bibir gadis-gadis remaja yang punya fanatisme terhadap flora. Shin Yuna misalnya. Bagi Haechan sendiri sih musim semi berarti ia bisa menyelinap ke atap sekolah untuk menebus waktu tidurnya. Musim semi itu hangat, jadi ia tidak perlu takut kedinginan ketika sedang menumpang memejamkan mata.

"Echan."

"Apa sih?"Haechan membuka sebelah matanya. Kalau yang memanggil namanya bukanlah temannya sejak kecil, mungkin ia sudah murka macam beruang keselek ikan. Bukan apa-apa, yang namanya pengganggu tidur ya tetap saja membuatnya batal memejamkan mata.

"Dicari Komite Kedisplinan," kata Somi.

"Terus kenapa cuma kamu yang ke sini?" Haechan menanggapinya dengan enggan.

"Mereka takut dibanting lagi sama kamu," Somi menggigit bibirnya pelan, "hey, ayolah. Aku tahu kamu pintar, tapi kan nggak berarti kamu boleh sering-sering bolos saat jam pelajaran."

"Tsk!" Haechan menutup matanya dengan punggung tangan.

Somi ikut berjongkok di sisi temannya. Menghadapi orang seeksentrik Haechan memang perlu kesabaran dan keahlian khusus—jika tak ingin merasakan tabokan mantap dari si beruang. Kata ayahnya, orang-orang dengan kemampuan tak biasa memang kadang-kadang punya kebiasaan nyeleneh dan nggak kira-kira.

Semenjak menjejakkan kaki di SMA Kwangya, Haechan langsung tenar berkat piercing di telinga dan pelipisnya yang jelas-jelas melanggar peraturan sekolah. Sialnya, dia masuk ke sekolah ini dengan nilai ujian masuk tertinggi dengan membawa segudang prestasi, jadi tak banyak pilihan guru-guru selain berpasrah. Dan mungkin ... yah ... sedikit 'memanfaatkan' Somi bila tingkah Haechan sudah dalam tahap parah.

Pada mulanya Haechan masuk ke sekolah ini seperti umumnya anak-anak yang lainnya. Memang sih penampilannya sedikit mengundang perhatian sesama murid baru ataupun kakak tingkatnya—terutama para wanita. Tapi rekor baik-baiknya pecah di hari pertamanya setelah ia terlibat baku hantam dengan kakak tingkat yang juga salah satu berandalan SMA Kwangya dengan masalah yang tidak tau apa, hari itu juga, Haechan memberika tiket gratis ke UGD untuk kakak tingkatnya. Bahkan seminggu setelah keluar dari rumah sakit, cara pemuda itu berjalan masih terlihat seperti kakek-kakek terserang encok. 

"Pelajaran siapa sih?" tanya Haechan ogah-ogahan.

"Pak Suho," jawab Somi, "Echan, rapikan bajumu."

"Halah, ngapain rapi-rapi baju. Toh, sebentar lagi juga tertutup jas lab," balas Haechan.

"Tapi kan...,"

"Kalau penampilanku begitu menyakiti matamu, tidak keberatan kan kalau kamu yang merapikannya?" goda Haechan.

"A-apa sih," Somi mendorong pelan bahu temannya. Tak berani menatap langsung ke mata Haechan. Duh gusti... rumus apa sih yang dipakai saat penciptaan Haechan? Jika ada feromonmeter, Somi sangat ingin mengukur berapa kadar feromon si beruang!

Gara Gara HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang