Hoseok memasuki area pemakaman dengan satu buket bunga besar berisi belasan mawar putih, pink, dan makin dipercantik dengan bunga baby breath di sekelilingnya. Dia tersenyum ramah ke arah penjaga makam yang sudah dikenalnya sebelum menuju salah satu makam yang nampak baru saja dibersihkan dan dirapikan.
Hoseok duduk bersimpuh di sisi makam dan meletakkan buket bunga itu tepat di atas pusara. Senyuman sendu terukir di wajahnya saat menatap foto yang terpajang di atas nisan.
"Annyeong, Wendy..."
Hoseok mengusap foto itu secara perlahan. Setitik air mata jatuh dan mengalir di pipinya. "Selamat tahun baru, Wen. Dan selamat hari lahir juga untuk Minjeongie..."
Sebuah isakan lolos dari mulut Hoseok. Dia tak bisa lagi menahan kesedihannya. "Minjeong..... dia tumbuh jadi anak yang cantik sama sepertimu, Wen. Dia benar-benar terlihat seperti versi kecil dirimu..."
Semakin lama, isakan itu berubah jadi tangisan pilu. Hoseok membungkuk menempelkan dahinya di atas foto Wendy. "Sudah lima tahun, dan aku masih belum bisa menerima kepergianmu. Kamu sahabatku satu-satunya, Wendy. Aku kesepian di sini. Tidak ada lagi kamu yang selalu menemaniku di setiap natal dan tahun baru. Tidak ada lagi kamu yang selalu dengan cerewet mengingatkanku untuk selalu menjaga pola makan dan kesehatanku. Aku tidak bisa lagi mendengar nyanyianmu yang indah, Wen. Aku merindukan semua masa-masa itu..."
Hoseok terus menangis tersedu-sedu di atas makam, tanpa menyadari Jungkook yang kini berdiri bersembunyi di balik salah satu pilar besar dan mendengar semua tangisannya. Tangannya terkepal erat melihat sosok yang disukainya itu nampak rapuh. Sekarang Jungkook paham maksud ucapan Seokjin.
"Seandainya bukan karena lelaki brengsek itu, kamu pasti masih ada bersamaku sekarang, Wen..."
Jungkook mengerutkan dahi. Dia penasaran dengan siapa lelaki brengsek yang Hoseok maksud. Tak mau ambil resiko ketahuan, Jungkook memilih untuk keluar dari area pemakaman dan kembali ke bakery Seokjin lebih dulu. Dia biarkan Hoseok menumpahkan seluruh rasa sedihnya seorang diri.
Saat kembali, dilihatnya Seokjin yang sedang berdiri bersandar di kap mobil Hoseok. Dua orang pegawainya nampak sedang memasukkan semua pesanan Hoseok ke dalam kursi penumpang belakang.
"Sudah paham maksudku?"
Jungkook mengangguk. Semangatnya entah kenapa langsung menguap saat melihat dan mendengar tangisan Hoseok tadi. Seokjin tersenyum kecil.
"Kau benar-benar suka pada Hoseokie, ya?"
"Iya, hyung. Aku langsung menyukainya di pertemuan pertama kami..."
"Tapi Hoseok saat ini usianya sudah 30 tahun. Dia setahun lebih muda dariku."
"Aku tidak peduli dengan usianya."
"Lalu dengan statusnya sebagai duda?"
"Aku juga tidak peduli."
"Well, kalau begitu kau harus berusaha dengan keras, Jungkook. Hoseok sudah lama menutup hatinya untuk orang lain karena kisah cintanya di masa lalu berakhir buruk dan menyakitkan. Aku saja sudah menyerah untuk mengejarnya..."
Jungkook membelalakkan mata mendengar kalimat terakhir Seokjin tadi. "Kau apa, hyung?"
Seokjin terkekeh melihat reaksi Jungkook. "Aku dulu juga sempat menyukai Hoseokie. Tapi dia menolakku dan aku menghargai keputusannya."
"Kapan kau menyatakan perasaanmu, hyung?"
"Tak lama setelah Hoseokie menikah..."
KAMU SEDANG MEMBACA
[KookHope] - Our Destiny
FanfictionHoseok, 30, tidak tahu harus bagaimana saat ada seorang pemuda tanggung yang mendekatinya. Pahitnya kisah cintanya di masa lalu membuat Hoseok tidak berani untuk membuka hati. Tujuan hidupnya saat ini hanyalah Minjeong, anak gadis semata wayangnya. ...