"Jungkook-ah, kau ini dari kemarin cemberut terus. Ada apa, nak?"
Jungkook menatap sang ibu yang duduk di kursi penumpang depan. Dia dan orang tuanya saat ini sedang dalam perjalanan menuju rumah salah satu kenalan ayahnya yang mengadakan pesta ulang tahun pernikahan. Jungkook selalu ikut jika orang tuanya diundang ke acara-acara seperti itu. Bukan untuk bersosialisasi dan menambah kenalan baru atau apa. Jungkook hanya mengincar makanan yang ada di sana.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedang kesal dengan dosenku." jawab Jungkook berbohong. Beruntung orangtuanya percaya. Sebagai seorang dokter senior, mereka tentu sudah lebih dulu merasakan bagaimana sulitnya kuliah kedokteran. Jadi mereka pun akhirnya maklum melihat sikap anak mereka itu dan tidak berpikir macam-macam.
"Sudah, hilangkan dulu kesalnya, Jungkook. Sebentar lagi kita sampai dan kamu bisa makan-makan sepuasnya." sang ibu tentu tahu bagaimana rasa cinta Jungkook untuk makanan. Maka hal terbaik yang bisa membujuknya adalah tentang makanan juga. Tapi sepertinya kali ini siasat itu tidak berhasil. Jungkook masih saja memasang ekspresi wajah yang ditekuk sepanjang perjalanan.
***
Setibanya di rumah tujuan, orang tua Jungkook langsung menyapa tuan rumah sekaligus pemilik acara. Jungkook hanya memperhatikan orang tuanya berbicara basa-basi menanyakan kabar dan juga mengucapkan selamat. Matanya melirik ke arah foto besar milik tuan dan nyonya besar yang dipajang di salah satu dinding ruang tamu. Terdapat nama pasangan suami istri itu di bagian bawah pigura.
'Park Chanhyun dan Lee Minji.'
"Terima kasih sudah mengundang kami, tuan Park. Kami merasa sangat tersanjung..."
"Ah, tidak tidak. Justru saya merasa terhormat pasangan dokter hebat seperti Dr. Jeon dan Dr. Kim mau datang kemari. Kehebatan kalian di dunia kedokteran modern sudah sangat dikenal."
"Tuan Park terlalu memuji."
"Tidak, Dr. Kim. Saya hanya mengatakan kebenaran..."
Jungkook memperhatikan cara bicara tuan Park dengan seksama. 'Sepertinya dia orang yang suka bermulut manis...' batinnya. Dia membungkuk sopan ketika orang tuanya memperkenalkannya pada sang tuan rumah. Tuan Park menepuk bahu Jungkook seraya tersenyum lebar.
"Saya yakin anak kalian pun kelak akan menjadi dokter yang hebat!"
"Terima kasih banyak, tuan Park." sekali lagi Jungkook membungkuk ke arah lelaki itu.
"Ayo, dokter! Silakan nikmati hidangan yang tersedia!"
'Finally...' Jungkook membatin lega saat basa-basi itu selesai. Dia hanya ingin segera makan sampai kenyang, lalu pulang. Ia dan orang tuanya berpencar mencari makanan sesuai keinginan masing-masing. Jungkook langsung saja menuju meja panjang tempat kumpulan dessert dan minuman diletakkan. Ia ambil sebuah piring kecil dan capitan, setelah itu dia mengambil sepotong opera cake, choco tart, dan fruit tart. Langsung saja dia makan tiga potong kue itu sambil memperhatikan sekelilingnya.
'Not bad. Tapi masih lebih enak cake di bakery Seokjin hyung...'
Sebuah tepukan kecil Jungkook rasakan di punggungnya. Disusul dengan suara yang sangat Jungkook kenal. "Jeon Jungkook?"
Jungkook menoleh ke belakang dan mendapati Jimin yang melihatnya dengan tatapan kaget. "Kamu diundang kemari?"
"Orang tuaku. Aku hanya ikut-ikutan saja." Jungkook menunjuk orang tuanya yang sedang menikmati bebek peking.
"Oh, kamu anak Dr. Jeon?"
Jungkook mengangguk. "Aku tidak tahu kalau hyung kenal dengan ayahku."
"Aku hanya pernah bertemu dua kali saat Dr. Jeon sedang memeriksa harabeoji. Beliau adalah dokter yang mengobati penyakit harabeoji dua tahun lalu."
"Hyung sendiri?"
"Aku anak pemilik acara, Jungkook. Ini rumahku."
Jungkook mematung. Raut wajahnya mendadak berubah. Dan Jimin tahu penyebabnya. Dia tahu semuanya karena Jungkook sudah menceritakan semua permasalahan yang terjadi saat di kampus kemarin. Meskipun begitu, Jimin hanya diam saja dan bersikap seolah tak mengetahui apapun atas permintaan Jungkook.
"Jimin-ah, kau lihat Toben? Dia belum diberi makan malam ini."
Jimin merutuk melihat kemunculan kakaknya di saat dia sedang berhadapan dengan Jungkook. Lelaki berperawakan tinggi itu masih belum menyadari keberadaan Jungkook.
"Oh, Chanyeol hyung. Aku tidak tahu dimana Toben. Aku dari tadi mengobrol dengan temanku..."
Barulah ketika Jimin menyebut kata 'temanku', Chanyeol menyadari kehadiran Jungkook di sana. Dia diam mematung saat melakukan kontak mata dengan Jungkook yang kini terlihat menunjukkan seringainya.
"Siapa ini, Jimin hyung?" tanya Jungkook berpura-pura tidak tahu.
"Ini...Park Chanyeol. Dia kakakku Jungkook-ah."
Jimin menghadap ke arah sang kakak. "Hyung, kenalkan ini Jeon Jungkook. Dia anak dari Dr. Kim, sekaligus juniorku di kampus..."
Jungkook menyodorkan tangannya ke arah Chanyeol lebih dulu dan dibalas dengan gerakan yang sangat kaku. "K-kau adik kelas Jiminnie? Salam kenal... Jungkook." Chanyeol berusaha agar kata-katanya tidak terbata. Namun sulit saat menyadari siapa yang kini ada di hadapannya.
Seringai Jungkook semakin lebar. "Salam kenal juga..... Park Chanyeol hyungnim."
***
To be Continue...
Hai~ ada yang masih inget sama book ini?
Dikarnakan bang Nu baru bisa ngetik pake 1 tangan, jadinya chapter ini dikit dulu, ya? 😁Ntar kalo tangan kirinya udah lepas gips, dan udah lancar lagi ngetiknya, bakal gue panjangin kok per chapternya.
Ini cuma lagi pengen melepas rindu aja sama dunia ketikan. Story debut gitu loh (ajib~)Bye~
Salam,
N U N U 😎
KAMU SEDANG MEMBACA
[KookHope] - Our Destiny
FanfictionHoseok, 30, tidak tahu harus bagaimana saat ada seorang pemuda tanggung yang mendekatinya. Pahitnya kisah cintanya di masa lalu membuat Hoseok tidak berani untuk membuka hati. Tujuan hidupnya saat ini hanyalah Minjeong, anak gadis semata wayangnya. ...