"Minjeongie tolong bantu bawakan tas kerja papa, oke?" Hoseok baru saja ingin memundurkan mobilnya dari garasi saat melihat Jungkook datang dengan mengendarai motor besar melalui spion mobilnya. Pemuda itu tidak membuka helm maupun turun dari motornya. Hoseok keluar dari mobil, bertepatan dengan Jungkook yang menyelipkan sebuah amplop putih di sela-sela pagar dan langsung pergi begitu saja.
"Jungkook-ah!"
Hoseok berlari ke pagar disusul oleh Minjeong yang terkejut mendengar teriakan papanya.
"Kookie ahjussi?" tanya Minjeong ketika mendengar Hoseok menyebut nama Jungkook. Sang ayah mengangguk seraya terus melihat ke arah jalanan depan rumahnya yang sepi. Berharap Jungkook memutar balik motornya dan kembali. Tapi pemuda itu sama sekali tidak kembali. Hoseok lalu mengambil amplop yang Jungkook letakkan di sela pagar dan membukanya. Di dalamnya terdapat beberapa lembar foto dan juga kertas notes kecil berisi beberapa baris kalimat.
'Kau pasti mengenal orang ini. Dia yang menguntitmu dan Minjeongie, hyung. Adiknya merupakan seniorku di kampus, namanya Park Jimin. Dan dari dia aku mengetahui tentang Park Chanyeol ini. Dia menyimpan foto Minjeongie hasil menguntit di dompetnya.'
Hoseok menggeram kecil melihat foto dan membaca surat dari Jungkook itu. Dia sama sekali tidak menyangka kalau yang menguntitnya adalah mantan kekasih sahabatnya.
'P.s. Maaf hanya melalui surat dan tidak bisa menemuimu secara langsung. Aku takut hyung akan merasa tidak nyaman bertemu denganku.
P.s.s.: Kudengar dari Seokjin hyung, Minjeongie sudah masuk kelas Nol Besar sekarang? Sampaikan salamku untuknya. Hadiah dariku akan menyusul :)'"Papa, kenapa Kookie ahjussi langsung pelgi begitu saja? Padahal Minjeongie lindu Kookie ahjussi."
Hoseok tersenyum menatap Minjeong kemudian mengusap kepalanya. "Kookie ahjussi kan masih harus kuliah, Minjeongie. Jadi dia pasti sedang sibuk dan terburu-buru."
"Apa itu kuliah, papa?"
"Mirip dengan sekolah, tapi tingkatannya lebih tinggi. Sama seperti Minjeongie sekarang yang sudah masuk TK Nol Besar."
Minjeong terlihat antusias. "Kalau Minjeongie sekolah dengan lajin dan jadi anak pintal, apa Minjeongi bisa kuliah juga sepelti Kookie ahjussi?"
Hoseok mengangguk dengan senyuman yang terkembang. Dia tidak ingin terlihat marah di depan Minjeong. "Tentu. Saat sudah besar nanti, Minjeongie juga akan kuliah seperti Kookie ahjussi."
"Kalau begitu Minjeongie akan belajal dengan lajin supaya bisa jadi olang hebat sepelti papa Oci dan Kookie ahjussi!"
Setelah berkata seperti itu, Minjeong lari ke dalam rumah untuk mengambil tas sekolahnya sekaligus tas kerja Hoseok sementara sang papa membuka pagar dan mengeluarkan mobilnya. Semenjak Minjeong selesai liburan dan kembali masuk TK, Hoseok memutuskan untuk selalu membawa mobilnya. Dia tidak mau ambil resiko dengan mengajak Minjeong naik kendaraan umum. Kalau Hoseok tidak bisa mengantar Minjeong, ada Seokjin atau Jisoo yang akan mengantarnya ke TK.
"Ini kunci lumahnya, papa. Pintu dan jendelanya sudah Minjeongie kunci dengan lapat."
Hoseok tersenyum kagum pada Minjeong yang sudah paham untuk mengunci semua pintu dan jendela sebelum pergi. Setelah Minjeong masuk ke mobil dan memasang seatbelt-nya, Hoseok menutup dan mengunci pagar rumahnya lalu mulai mengendarai mobilnya menuju TK Minjeong.
"Ini sudah dua minggu sejak Minjeongie naik ke kelas Nol Besar. Sudah dapat teman baru? Kelasnya diacak, kan?" tanya Hoseok seraya menoleh ke arah Minjeong yang sedang minum susu kotaknya. Saat ini sedang lampu merah jadi dia bisa santai sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[KookHope] - Our Destiny
FanfictionHoseok, 30, tidak tahu harus bagaimana saat ada seorang pemuda tanggung yang mendekatinya. Pahitnya kisah cintanya di masa lalu membuat Hoseok tidak berani untuk membuka hati. Tujuan hidupnya saat ini hanyalah Minjeong, anak gadis semata wayangnya. ...