"Papa Oci! Lihat, Minjeongie dapat nilai selatus di pelajalan menghitung!"
Minjeong yang begitu pulang dari TK langsung ke rumah sakit dengan semangat menunjukkan salah satu buku tugasnya pada Hoseok yang sedang disuapi makan siang oleh ibunya.
"Minjeongie pintar~"
Hoseok mengusap kepala sang anak dengan lembut. Hal sekecil apapun yang Minjeong lakukan tak pernah luput dari apresiasi darinya. Entah itu hanya sekedar pujian, atau juga hadiah kecil.
"Minjeongie ingin hadiah apa dari papa Oci?"
Tak diduga, Minjeong justru menggeleng. "Minjeongie tidak ingin hadiah apapun, papa. Minjeongie hanya ingin papa cepat sembuh dan kelual dali lumah sakit..."
Nyonya Jung tersenyum lebar. "Keinginan Minjeongie akan segera terkabul, sayang. Tadi Dr. Kim bilang papa Oci sudah bisa pulang besok."
Mata polos Minjeong berbinar. "Benalkah? Asyiiiik! Papa Oci sudah mau sembuuh!"
Minjeong lalu membuka tasnya dan mengeluarkan dua batang cokelat. "Papa, halmeoni, ayo makan cokelatnya sama-sama. Tadi Minjeongi dapat dali Asahi dan mamanya. Hali ini Asahi ulang tahun..."
"Asahi? Papa baru dengar nama itu, sayang? Anak baru di TK Minjeongie?"
Minjeong mengangguk lucu. "Dia balu pindah seminggu ini, papa. Asalnya dali Jepang. Bahasa koleanya masih belajal juga, tapi anaknya pintal dan cepat mengelti..."
"Wah, ada teman baru rupanya. Kalau begitu besok kita berikan hadiah untuk Asahi itu, ya? Minjeongie tahu Asahi itu sukanya apa?"
"Waktu pelkenalan, dia bilang dia suka sepak bola."
Sedang asyik mengobrol begitu, mendadak terdengar ketukan di pintu kamar rawat Hoseok. Ketiga orang itu kompak menoleh, mengira tuan Jung atau Jungkook yang datang. Tapi ditunggu-tunggu, tidak ada yang masuk. Nyonya Jung meletakkan piring makan Hoseok lalu berjalan menuju pintu. Saat dibuka, ternyata tidak ada siapapun di sana. Hanya ada parsel buah-buahan dan juga paper bag berisi boneka kelinci dan beberapa batang lolipop yang tergeletak. Ada tulisan 'To: Minjeongie' di bagian atas paper bagnya. Nyonya Jung mengambil dan membawa barang-barang itu masuk lalu menunjukkannya pada Hoseok.
"Tidak ada nama pengirimnya, Hoseok-ah..."
Hoseok melihat ke sekeliling parsel buah itu, mengecek sekiranya ada kartu nama atau apa. Dan benar saja, dia menemukan selembar kartu berwarna biru polos dengan aksen glitter di tepinya bertuliskan satu kalimat berikut inisial nama.
Get well soon, Hoseok.
_P.C.Y_
Melihat inisial nama itu, Hoseok langsung mendecih kesal. Dilihatnya Minjeong yang mengintip ke dalam paper bag. "Minjeongie sayang, jangan diambil hadiahnya, nak. Itu dari orang jahat."
Minjeong mematuhi ucapan sang ayah dan langsung mendorong paper bag itu menjauh. Nyonya Jung menatap Hoseok dan bertanya dengan berbisik agar Minjeong tidak mendengar.
"Park Chanyeol?"
Hoseok mengangguk. "Nanti berikan saja buah-buahan ini pada para perawat di nurse station, eomma. Aku tidak mau menerimanya."
"Oke."
.
.
.
Tidak ada yang menyadari kalau setelah nyonya Jung membawa masuk parsel buahnya, Chanyeol yang tadi bersembunyi di area tangga darurat kini kembali lagi ke depan pintu dan mengintip ke dalam melalui celah pintu yang rupanya tidak tertutup rapat. Dia mendengar ucapan Hoseok yang menyuruh Minjeong untuk tidak menerima hadiah pemberiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[KookHope] - Our Destiny
FanfictionHoseok, 30, tidak tahu harus bagaimana saat ada seorang pemuda tanggung yang mendekatinya. Pahitnya kisah cintanya di masa lalu membuat Hoseok tidak berani untuk membuka hati. Tujuan hidupnya saat ini hanyalah Minjeong, anak gadis semata wayangnya. ...