"Samchun, kenapa papa Oci jadi mulung?"
Seokjin yang sedang mencuci sayuran di dapur terpaku dengan pertanyaan Minjeong. Gadis kecil itu tentu tidak terbiasa dengan perubahan sikap papanya yang selama ini selalu menunjukkan senyum cerah di hadapannya.
"Apa olang yang beltemu papa yang membuat papa sedih, samchun?"
Seokjin berjongkok di depan Minjeong, masih kebingungan harus menjawab apa. Jadi dia memutuskan balik bertanya pada bocah cantik itu. "Sekarang papa Oci dimana, sayang?"
"Ada di kamal belsama halabeoji dan halmeoni. Minjeongie tidak bisa masuk, samchun..."
Seokjin mengusap pipi Minjeong dengan lembut. "Saat ini, papa Oci memang sedang ada masalah, sayang. Jadi kita biarkan dulu papa Oci dengan harabeoji dan halmeoni, ya?"
Minjeong mengangguk paham. Dia sendiri ketika sedih selalu mencari rasa nyaman pada papanya. Jadi sekarang Minjeong memahami kalau Hoseok juga sedang mencari rasa nyaman pada orang tuanya seperti yang biasa dirinya lakukan.
"Bagaimana kalau Minjeongie bantu samchun memasak saja? Setelah itu kita ke bakery dan bawakan tiramisu cake untuk papa Oci. Mau, kan?"
Minjeong tersenyum lebar. "Mau, samchun! Papa kan suka sekali dengan tilamisu cake. Pasti papa bisa telsenyum lagi nanti!"
Seokjin tersenyum melihat betapa semangatnya Minjeong menarik sebuah bangku kecil untuk pijakannya agar sejajar dengan wastafel dapur. Tangan kecilnya membantu Seokjin mencuci tomat dan sayuran lainnya.
Seokjin sesekali melirik ke arah pintu kamar Hoseok yang masih tertutup rapat. Saat Minjeong tak melihatnya, senyuman Seokjin luntur dan raut wajahnya berganti dengan kemarahan serta rasa kecewa.
'Kim Namjoon. Setelah membuang Hoseok, berani-beraninya sekarang kau muncul kembali dan bersikap seolah tak terjadi apapun. Aku tidak peduli meskipun kau dulu adalah temanku. Seandainya tidak ada hukum dan norma di dunia ini, aku pasti sudah menghabisimu karena membuat Hoseok terpuruk lagi.'
.
.
.
.
.
Jungkook membaca pesan dari Seokjin yang menjelaskan soal kondisi Hoseok saat ini. Sudah tiga hari semenjak Hoseok bertemu lagi dengan masa lalunya, sikapnya berubah jadi terus murung. Dia bahkan sampai dipaksa orang tuanya untuk mengambil cuti dari kantornya dulu.
Jungkook yang sebelumnya sudah cukup lama menahan diri untuk tidak menemui Hoseok akhirnya memutuskan untuk datang ke rumahnya. Setelah kelas terakhirnya, Jungkook langsung pergi tanpa menghiraukan ajakan teman-temannya untuk makan siang bersama. Tak lupa Jungkook juga mampir ke toko mainan dan membeli beberapa hadiah untuk Minjeong.
Pelukan dari Minjeong adalah hal pertama yang Jungkook dapatkan begitu dia memasuki halaman rumah Hoseok. Sepertinya Seokjin memberitahu Minjeong kalau ia akan datang, makanya gadis kecil itu tadi dilihatnya berdiri di depan teras sambil memeluk bonekanya. Saat berlari menghampiri Jungkook, Minjeong bahkan tidak ragu untuk melempar bonekanya begitu saja. Jungkook mengangkat Minjeong ke gendongannya dan membiarkan bocah itu memeluk erat lehernya.
"Ahjussi kemana saja? Kenapa tidak pelnah ke sini lagi kemalin? Minjeongie lindu sekali pada Kookie ahjussi. Sekalang papa Oci juga sedang sedih dan jadi sakit, ahjussi."
Jungkook terkejut mendengarnya. Dia tahu soal kondisi Hoseok yang sedang terpuruk, tapi Seokjin tidak memberitahunya juga kalau Hoseok sedang sakit. "Papa Oci sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[KookHope] - Our Destiny
FanfictionHoseok, 30, tidak tahu harus bagaimana saat ada seorang pemuda tanggung yang mendekatinya. Pahitnya kisah cintanya di masa lalu membuat Hoseok tidak berani untuk membuka hati. Tujuan hidupnya saat ini hanyalah Minjeong, anak gadis semata wayangnya. ...