Hai~ maaf Panda baru bisa nongol lagi...
Ini asilnya 2 chapter, tapi sengaja Panda gabungin jadi 1 supaya bacanya lebih puas ya gaes. Ehehe~Tapi tenang, next chapternya ga bakal lama kok. Alias.....besok Panda bakal apdet lagi~ 😁
Enjoy reading~ 💓
.
.
.
Hoseok memutuskan untuk mampir ke supermarket setelah pulang kerja. Dia ingat isi kulkasnya sudah mulai kosong karena dia sudah lama tidak belanja. Beberapa hari ini Hoseok lebih sering pesan antar makanan via online untuk dirinya dan Minjeong. Orang tuanya juga sudah kembali ke kampung halaman mereka dua hari lalu. Hoseok hanya ingin membeli sayur, buah, daging, dan telur untuk stok selama seminggu ke depan. Tak lupa dia juga membeli beberapa cokelat batangan untuk cemilan Minjeong.
"Hoseok-ah..."
Tangan Hoseok yang sedang memilih buah terhenti ketika suara yang amat ia kenal memasuki telinganya. Dia menoleh ke belakang dan mendapati sosok mimpi buruknya di masa lalu yang menatapnya dengan tatapan yang sama seperti yang dulu. Namun kali ini Hoseok sudah lebih mempersiapkan diri. Ia yakin ke depannya akan sering bertemu orang itu. Maka dari itu Hoseok selalu mensugesti dirinya sendiri untuk tidak lagi terpuruk hingga sakit seperti tempo hari.
"Kim Namjoon..." Hoseok menyebut nama itu dengan datar. Rasa cintanya di masa lalu dikalahkan dengan rasa sakit hatinya hingga saat ini Hoseok tidak lagi memiliki getaran rasa cinta yang dulu.
Senyum di wajah Namjoon luntur saat melihat reaksi Hoseok. "Kamu sudah banyak berubah, Hoseok-ah..."
"Menurutmu siapa yang sudah membuatku berubah?"
Namjoon ingin menyentuh tangan Hoseok, namun dengan cepat pria manis itu menarik tangannya dan meletakannya di belakang punggung. Raut wajah Namjoon menunjukkan kekecewaan, dan hal itu membuat Hoseok tertawa sinis.
"Setelah apa yang kau lakukan dulu, apa kau masih punya hak untuk merasa kecewa begitu?"
Namjoon menghela napas panjang. "Aku menyesal, Hoseok-ah. Aku sudah mengatakannya padamu, bukan? Aku ingin kembali padamu..."
"Lalu kau pikir hanya dengan mengatakan 'aku menyesal' aku akan luluh dan akan menerimamu kembali semudah itu?"
"Setidaknya biarkan aku membuktikan penyesalanku, Hoseok-ah. Aku masih sangat mencintaimu..."
Mendengar itu, Hoseok memutar matanya malas. "Bullshit." ucapnya singkat, namun berhasil membuat Namjoon terbelalak kaget. Dari dulu Hoseok tidak pernah bicara sekasar itu padanya.
"Hoseok-ah..."
"Kau selalu ranking pertama di sekolah, dapat beasiswa kuliah, dan lulus cumlaude dengan nilai sempurna. Jadi aku yakin otakmu itu cukup pintar untuk mengasumsikan aku sudah sangat membencimu. Dulu kau yang membuangku, dan aku mengabulkannya dengan tidak pernah muncul lagi di hadapanmu. Tapi sekarang apa? Kau sendiri yang muncul di hadapanku, memelas meminta untuk kembali dan merasa aku masih memiliki rasa cinta yang tersisa untukmu. Ternyata kau tidak sepintar itu, Kim Namjoon. Sekarang enyah dari hadapanku. Kau membuatku muak."
Hoseok memutuskan untuk selesai memilih buah dan langsung menuju kasir. Emosinya sudah berada di puncak sekarang dan ia tidak ingin meledak di saat itu juga. Saat hendak membayar, Namjoon mendahuluinya dengan menyerahkan kartu kreditnya pada petugas kasir. Tapi dengan cepat Hoseok merebut kartu itu dan melemparnya asal. Petugas kasir yang bertugas hanya bisa terdiam syok dan menerima uang tunai dari Hoseok dengan tangan gemetar. Dia takut melihat ekspresi wajah Hoseok saat ini. Dia bahkan sampai terbata saat memproses pembayaran belanjaan Hoseok.
KAMU SEDANG MEMBACA
[KookHope] - Our Destiny
FanfictionHoseok, 30, tidak tahu harus bagaimana saat ada seorang pemuda tanggung yang mendekatinya. Pahitnya kisah cintanya di masa lalu membuat Hoseok tidak berani untuk membuka hati. Tujuan hidupnya saat ini hanyalah Minjeong, anak gadis semata wayangnya. ...